HAPPY READING!✨
🏵️🏵️🏵️
Alena duduk di teras rumah nya sambil meminum satu kotak susu UHT yang baru saja ia beli di warung dekat rumahnya.
Malam ini ia memilih untuk mengistirahatkan otaknya sejenak.
Otak nya butuh istirahat sebentar dari berbagai macam pelajaran yang memaksa otaknya bekerja dua kali lebih keras.Alena menaruh kotak susunya di atas meja. Gadis itu lalu menghela nafas pelan kemudian memejamkan matanya untuk menikmati sejuknya udara di malam itu. Seperti biasa, ia sendiri dan merasa sunyi. Tak ada yang bisa Alena ajak bicara selain otaknya sendiri.
Alena membuka matanya saat mendengar deruan motor yang berhenti tepat di depan rumahnya. Alena mengernyit bingung saat melihat tubuh orang itu yang nampak tak asing. Namun, Alena belum bisa memastikan itu siapa, pasalnya laki-laki itu memakai pakaian serba hitam, juga ditambah minimnya pencahayaan malam itu.
Alena bisa melihat pergerakan laki-laki itu yang turun dari motor lalu melepaskan helmnya dan masuk ke pekarangan rumahnya.
Detik selanjutnya Alena terkejut dan refleks berdiri karena yang datang ternyata adalah Ares. Laki-laki itu datang dengan penampilan yang kacau, banyak lebam dan bercak darah di wajah dan jaket laki-laki itu.
"Ares? Lo kenapa?" Alena menyentuh lengan dan pipi Ares, mengecek kondisi laki-laki itu.
"Lo kenapa, Res?" Alena mulai panik karena Ares terlihat pucat dan tak mau berbicara.
Alena pun menuntun Ares untuk masuk ke dalam rumahnya dan menyuruhnya duduk di kursi kayu.
Suara ringisan Ares terdengar kala Alena menyentuh luka di kepalanya."Luka pagi tadi belum sembuh, dan ini kenapa lagi?" tanya Alena khawatir sekaligus kesal dengan Ares.
Ares menatap gadis itu, "Kok lo tau?"
"Karna gue nengok lo di UKS tadi," jawab Alena.
"Oh."
Alena menghela nafas sebentar, "Gue obatin, mau?" tawar Alena. Kini nada suaranya terdengar tenang dan lembut.
Ares tak menjawab, laki-laki itu lalu menyenderkan tubuhnya di kursi lalu menutup matanya. Alena memperhatikan setiap gerakan laki-laki itu, nampaknya ia sedang banyak masalah dan dia sedang berada di mood yang tidak baik.
Alena pun kemudian bangkit dan pergi mengambil obat untuk mengobati luka Ares.
–
"Gue tau lo nggak bakal ngasih tau ke gue kenapa lo bisa kayak gini. Tapi, satu yang gue tau, Lo itu bukan cowok baik-baik," kata Alena.
Ares menatap tajam Alena yang saat ini tengah mengobati lukanya. Laki-laki itu menepis tangan Alena dengan kasar.
"Maksud lo?" tanya Ares marah.
"Lo bukan Ares yang gue kenal di sekolah. Lo Ares berandalan yang ada di luar sekolah. Iyakan?" jawab Alena tanpa ragu.
"Jangan sok tau. Lo gak tau apa-apa tentang gue," sahut Ares.
Alena membalas tatapan tajam Ares, lalu berkata, "Iya! Gue emang gak tau apa-apa tentang lo. Tapi gue bisa dengan mudah cari tau tentang lo!"
Ares terdiam, Alena pun kembali melanjutkan kata-katanya. "Gue nggak bego! Luka di lengan lo, kepala lo, juga lebam-lebam kayak gini gimana lo bisa kayak gini, selain karena berantem?""Banyak omong lo!" Ares berdiri lalu melenggang pergi begitu saja. Alena menatap punggung laki-laki itu dengan penuh rasa kesal.
Alena lantas berdiri lalu menyusulnya. "Kalau emang lo mau pergi, gue nggak masalah. Tapi, setau gue, orang cerdas itu punya tata cara yang baik untuk mengucap kan terimakasih pada orang yang udah bantu dia. Sayangnya, lo emang masih di bawah gue tingkat kecerdasannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANTA
Teen Fiction"Gue hanya mau Alena. Sekeras itu dunia melarang, sekeras itu juga gue memberontak." Antares Vernando [WAJIB FOLLOW!]