47. ALANTA •RUMIT•

114 15 14
                                    

HAPPY READING ❤️

🏵️🏵️🏵️

Pukul 2 siang, di ruang rawat nya Alena tengah membereskan barang-barangnya yang sempat di bawa oleh orang tuanya selama ia menginap di rumah sakit.

Hari ini Alena memutuskan untuk pulang. Ia tidak memberi tau Laskar ataupun orang tuanya. Ia hanya menghubungi sang kakek dan membujuk sang kakek agar ia boleh pulang hari ini.

Dengan cara khusus yang biasa Alena gunakan untuk membujuk Rafa, akhirnya pria tua yang berwibawa itu mengiyakan permintaan sang cucu.

Rafa tadi pagi sempat menjenguk Alena dan mengurus semua biaya rumah sakit. Tapi karena ada urusan mendadak dengan teman bisnisnya, terpaksa Rafa harus meninggalkan sang cucu sendirian di rumah sakit.

Alena menutup tas yang sudah penuh dengan pakaian miliknya. Sebentar lagi Laskar mungkin akan segera menemuinya disini.

Tok tok tok!

Suara pintu diketuk dari luar membuat senyum Alena mengembang. Ia yakin bahwa itu pasti Laskar.

"Masuk!" seru Alena.

Pintu terbuka, Alena tidak sabar menunggu Laskar yang sudah berjanji akan membawakannya es cendol siang ini.

"Es cendolnya ada ng—?"

Perkataan Alena harus terhenti karena ternyata bukan Laskar yang datang menemuinya. Tubuh Alena terasa menegang. Refleks ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Entah mengapa melihat wajah Ares membuat nya emosi.

"Gimana keadaan lo?" tanya Ares mengabaikan tatapan sengit Alena.

Alena diam tidak menjawab pertanyaan Ares. Ia mengatur nafasnya lalu menoleh ke arah lain.

Ares mendesah berat. Ia tau pasti Alena marah dengan perbuatannya. Tapi di sisi lain Ares juga senang. Marahnya Alena adalah pertanda bahwa gadis itu cemburu padanya.

"Maaf, gara-gara gue lo jadi kayak gini." Ares melangkah mendekati Alena yang sedang duduk di sofa. Sementara Alena masih diam, enggan untuk menyahuti ucapan Ares.

"Maaf juga baru jenguk lo sekarang," kata Ares.

Alena menoleh. "Yang suruh lo buat datang dan jenguk gue, siapa?" tanya Alena menusuk.

"Al, lo marah sama gue?" tanya Ares dengan raut wajah serius.

"Gue nggak marah. Cuman nggak suka aja lo ada di sini," jawab Alena dengan pandangan yang mengarah ketempat lain.

"Kenapa gue senang ya saat lo marah kayak gini?" tanya Ares dengan senyum di wajahnya.

Alena menoleh kembali pada Ares dan menatap pria itu tidak mengerti.
"Lo cemburu ya sama cewek itu?" tanya Ares tanpa pikir panjang.

Alena terdiam. Menghadirkan senyum di wajah Ares. Pria itu semakin yakin bahwa Alena benar-benar cemburu dengan Nalla.

"Maaf karena gue nggak ngertiin perasaan lo dan malah abaikan lo saat itu."

Mendengar hal itu, membuat Alena langsung tertawa. Bukan tertawa sungguhan, melainkan tertawa yang di buat-buat.

"Lo bilang gue cemburu?" tanya Alena setelah meredakan tawanya. Kini tatapan gadis itu berubah mendatar dan sangat dingin.

"Jujur aja, gue bener-bener malu dan dan nyesel karena udah memiliki rasa cemburu di hati gue. Gue Sampe mikir, kok bisa sih gue suka dan harus cemburu sama lo dan cewek itu?"

Ares diam dengan jantung yang mulai berdebar. Kenapa rasanya sakit mendengar kata penyesalan di ucapan Alena.

"Jujur aja, gue nyesel. Gue nyesel setelah tau kalau gue suka sama lo. Gue nyesel udah pernah kenal sama lo. Semenjak lo selalu ada di dekat gue, gue merasa bahwa gue yang sekarang udah beda dengan yang dulu."

ALANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang