Suara debaman keras menghantam lantai kayu kapal besar itu. Seorang awak kapal berseragam lengkap jatuh tersungkur dengan hidung mengucurkan darah segar.
"Cepat berdiri, pecundang!" Teriak seorang pria lain dengan pakaian seragam serupa, dua bintang berwarna emas di topi baret yang dikenakannya menandakan pria yang tengah berdiri itu memiliki satu pangkat lebih tinggi daripada pria yang tengah tersungkur.
Semua orang menatap ke arah mereka, tak ada satupun yang melerai penganiayaan yang tengah terjadi tersebut.
"A-aku.." Ujar pria yang tersungkur itu sambil memejamkan mata, suaranya tercekat, ia merasa seperti kehilangan kendali atas tubuhnya dan perlahan matanya terpejam.
BUGH
Tendangan keras mendarat di tulang rusuk pria itu, kemudian pria lain yang memegang tongkat besi menginjakan sepatu pantofel hitamnya di atas punggung pria yang tak sadarkan diri itu. "Siapapun yang berani melawan ucapanku, akan berakhir seperti ini!" Ujarnya dengan arogan, dia mengetukan besi panjang ditangannya ke lantai.
Naruto menghela napas sambil melirik ke arah temannya yang sudah tak sadarkan diri di bawah injakan kaki senior gila itu. "Lepaskan dia!" Ujarnya dengan cukup keras seraya berjalan keluar dari barisan, ia melangkah maju ke depan tanpa keraguan. Sesungguhnya ia benar-benar muak dengan semua penyiksaan yang mereka alami selama berlayar.
"Naruto! Berani-beraninya kau brengsek!" Senior itu berujar murka dan mendorong bahu Naruto menggunakan besi yang dipegangnya.
Naruto meraih besi itu dan menariknya dengan kasar. "Dia nyaris mati, brengsek!" Ia menoleh ke arah temannya yang sudah memuntahkan darah segar dari mulutnya.
Semua orang kemudian menoleh dan melihat bagaimana darah segar itu mengalir membasahi lantai dek kapal.
"Hey, cepat bawa ke klinik!" Teriak seorang.
Naruto menabrak keras bahu senior keparat itu dan bergegas membantu temannya yang sudah terkapar bersimbah darah di atas lantai.
Ilmu yang didapatkan selama menempuh pendidikan pelayaran ini berbanding lurus dengan segala penyiksaan yang dialaminya. Ya, bidang ini memang dikenal keras baik penataran fisik maupun mental, namun terkadang semua ini menjadi begitu berlebihan. Senior yang seharusnya memimpin dan mengayomi justru menjadi begitu superior di atas kapal.
Cacian, makian, bahkan pukulan, sudah menjadi makanan sehari-hari selama berlayar. Satu persatu anggota junior mulai mengundurkan diri, tersisa 8 anggota yang bertahan hingga di akhir masa pendidikan ini. Mereka yang bertahan akan segera mendapatkan gelar kelulusan jika berhasil kembali setelah pelayaran ini.
"Angkat dia perlahan." Naruto memberi arahan, berkali-kali sobatnya itu menerima pukulan di tulang rusuk, ia khawatir jika ada tulang yang patah dan mereka gagal menanganinya, seseorang bisa mati dalam pelayaran ini.
...
Hinata menatap layar ponsel flip ditangannya, belasan pesan yang ia kirim untuk Naruto belum mendapatkan balasan. Apa pria itu benar-benar marah karena ia minta bertemu malam itu?
Ah, atau disana memang tidak ada sinyal? Naruto sedang berada di laut, pasti sulit sekali mendapatkan sinyal. Ia tahu bahwa seharusnya tidak bersikap seperti ini, tapi sangat sulit menahan rasa khawatir itu.
"Hey, Hinata. Kau melamun?" Bisik Ino, matanya menatap lurus ke arah dosen yang tengah duduk di depan kelas.
Hinata memasukan ponselnya ke dalam tas dan menggeleng "tidak, apa aku melamun?"
"Kenapa kau bertanya padaku?" Ino keheranan sekarang. Ada apa dengan Hinata belakangan ini?
Hinata terdiam, tubuhnya letih sekali hari ini. Semalam ia bekerja paruh waktu di kedai Donburi hingga jam dua dini hari. Ya, hidup di perantauan memang tidak pernah mudah. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama berkuliah di Hokkaido ia bekerja patuh waktu. Tak perlu mengkhawatirkan biaya kuliah karena ia berada disini karena beasiswa. "Aku baik-baik saja."
![](https://img.wattpad.com/cover/254488143-288-k267540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie
RomanceSatu kebohongan untuk menutupi kebohongan lainnya, hingga tanpa sadar mereka berada di titik buntu. Di penghujung segala kebohongan itu mereka harus menghadapi sebuah pertanggung jawaban atas apa yang telah mereka lakukan. Meski harus berpisah, mesk...