Sore hari di musim semi, hari ini cuaca begitu hangat. Keputusan yang tepat untuk pergi ke kolam renang dan karena ini hari Senin, maka kolam begitu sepi. Hanya ada beberapa orang pengunjung yang berenang di sudut kolam berbeda.
Bocah bersurai pirang itu menyembulkan kepalanya di permukaan air sambil mengambil napas dalam, sang ayah memegang tubuhnya dengan erat di bawah kolam, kakinya melayang di kolam sedalam satu setengah meter itu.
Naruto terkekeh pelan sambil menyibak surai pirang Boruto yang menutupi wajahnya. "Bagaimana, tidak terlalu dalam kan?"
Boruto bernapas terengah sambil mengusap wajahnya. "Um, tapi aku takut tenggelam."
"Tidak akan tenggelam, gerakan kakimu dan jangan panik." Naruto menahan ketiak putranya dan mengajarinya berenang di tempat yang lebih dalam. Perlahan ia melepaskan pegangannya dan membiarkan putranya bergerak sendiri.
Boruto mengikuti apa yang ayahnya katakan lalu mulai berenang. Kepalanya terangkat tinggi-tinggi, kaki dan tangannya bergerak menyeimbangkan badan di dalam air.
"Berputar kemari." Naruto melangkah mundur sambil merentangkan tangannya, menunggu Bolt menghampirinya.
Boruto mengambil napas dalam, lalu menggembungkan pipinya. Ia berenang dengan cepat ke arah sang ayah.
Begitu putranya tiba, Naruto dengan sigap menangkap tubuh mungil balita berusia tiga tahun itu. "Bolt semakin pandai berenang." Ujarnya sambil tersenyum bangga, ia memeluk putranya sambil membawanya ke tapi kolam renang.
Hinata mengambil handuk kering di dalam tas saat melihat keduanya melipir ke bibir kolam lalu menghampirinya sambil berjongkok di tepi kolam. "Bolt sudah selesai?"
Naruto mengusap pipi gembil putranya yang mulai memerah karena terlalu lama berendam di dalam air kolam. "sudah ya, Bolt."
Bolt mencebikkan bibir bawahnya, ia masih ingin berenang. Selama musim dingin, ia hanya bermain di rumah. Jadi ia merasa benar-benar bosan.
"Minggu depan kita kemari lagi." Bujuk Hinata, sebentar lagi matahari tenggelam dan udara akan mulai dingin saat malam hari.
"Benar?" Tanya Bolt sambil menundukkan kepalanya. Ia masih ingin disini, berenang dengan ayahnya.
"Benar, Ayah dan Ibu akan menemanimu berenang lagi minggu depan." Ujar Naruto sambil menatap wajah putranya. "Ya? Kita pergi makan ramen setelah ini."
Boruto mengangguk setuju sambil merentangkan tangannya ke arah sang Ibu sedangkan ayah mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi untuk keluar dari kolam. Hinata membalut tubuh putranya dengan handuk kering lalu menggendongnya. "Naruto-kun, cepat pakai handukmu." Ia menunjuk ke arah kursi dimana ia duduk tadi.
Naruto hanya menarik sudut bibirnya seraya keluar dari kolam renang besar itu. Istrinya itu pasti cemburu karena sejak tadi beberapa wanita muda di sudut kolam terus menatapnya, bahkan menggodanya secara terang-terangan. "Kenapa hm?"
Hinata menatap Naruto dengan tatapan sulit diartikan. Hey, pria itu pasti hanya sedang menggodanya saat ini. Mana mungkin dia tak menyadari bahwa sekumpulan wanita muda di sana terus menggodanya dengan mengatakan hal-hal memalukan.
'Bukankah dia tampan?'
'Tapi sudah memiliki anak.'
'Dia nampak seperti Àtlet.'
'Cepat minta nomor teleponnya.'
"Cemburu?" Naruto melangkah di belakang istrinya yang sedang berdiri di depan kursi dimana barang mereka berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie
RomanceSatu kebohongan untuk menutupi kebohongan lainnya, hingga tanpa sadar mereka berada di titik buntu. Di penghujung segala kebohongan itu mereka harus menghadapi sebuah pertanggung jawaban atas apa yang telah mereka lakukan. Meski harus berpisah, mesk...