Angin kencang berhembus, meniup helaian indigo gadis itu. Senyum manis terkulum di bibirnya. Buket bunga mawar merah di dekapnya erat-erat, beberapa orang disekitarnya juga sedang menunggu para pemuda yang tengah melakukan upacara kelulusan itu untuk turun dari atas kapal yang terparkir di pelabuhan.
Beberapa pria muda berseragam lengkap tengah dilantik di atas dek, menandakan berakhirnya masa pendidikan yang telah dienyam selama empat tahun.
Tangga kayu yang sangat kokoh diturunkan dari kapal, memberikan jembatan untuk para penumpang kapal itu menginjakan kakinya di tanah.
Hinata tersenyum lembut sambil mendongak, menunggu pria itu turun dan menghampirinya.
Naruto menarik napas dalam lalu menoleh, beberapa temannya bergegas menuruni tangga untuk menghampiri keluarga mereka. Samar-samar suara tangis haru anggota keluarga yang menunggu di bawah terdengar sampai ke telinganya.
Beberapa pasang orang tua yang sedang memeluk putra mereka menjadi pemandangan yang agak mengharukan di bawah kapal. Naruto berjalan pelan menuju tangga, akhirnya ia menyelesaikan pendidikannya ia cukup senang akhirnya hari ini tiba juga meski tanpa seorangpun menunggunya dibawah sana untuk mengucapkan selamat. Belum berakhir lamunan menyedihkannya itu, tiba-tiba seseorang memanggilnya.
"Naruto-kun."
Ia menoleh cepat kala mendengar suara lembut yang sangat ia rindukan itu memanggil namanya. Detik berikutnya ia mendapati sosok itu berada tepat di bawah tangga, berdiri dengan senyum manis di bibir, sebuah buket bunga berada di dekapannya.
Hinata berdiri menunggunya pulang, ada rasa senang yang bergejolak dalam batinnya. Entah kenapa ia merasa bahwa gadis cantik bersurai indigo itu akan selalu menjadi tempatnya kembali. Ia mempercepat langkahnya menuruni tangga untuk memeluk erat tubuh gadis itu. Menyampaikan maaf atas kebodohannya waktu itu karena lagi-lagi membuat gadis itu menangis.
"Selamat atas kelulusanmu." Hinata menerima pelukan hangat itu, ia melingkarkan lengannya di punggung Naruto seraya menenggelamkan wajahnya di bahu tegap tersebut.
"Terima kasih." Angin kencang berhembus menyapu area dermaga, Naruto mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping milik gadis itu, meghirup aroma bunga yang menguar kuat dari tubuh sang kekasih, ia merindukannya. Sangat merindukannya.
Hinata melerai pelukannya dan menatap pria itu dari ujung kaki hingga kepala, pria itu terlihat baik-baik saja kali ini dan itu saja sudah cukup untuknya. Ia menepuk pelan bahu tegap itu, menyingkirkan debu disana kemudian merapikan badge yang baru saja tersemat di seragamnya. "Aku bangga padamu, Naruto-kun."
Naruto mengecup kening Hinata lembut dan memejamkan mata, ia ingin menikmati momen indah ini sedikit lebih lama. "Maafkan aku, Hinata."
...
Naruto meletakan seikat bunga mawar yang tadi Hinata berikan ke dalam vas kaca berisi air, sudut kiri bibirnya tertarik keatas, di samping vas kaca itu terdapat sebuah figura kecil berisi fotonya dengan Hinata dua tahun lalu, saat mereka baru saja resmi menjadi sepasang kekasih. Waktu berlalu begitu cepat, rasanya baru kemarin ia bertemu dengan gadis itu.
"Naruto-kun." Hinata menoleh ke arah ruang tegah flat kecil miliknya.
Naruto melangkah ke dapur dan menghampiri gadis itu "sudah matang?" Ia berdiri disamping Hinata seraya menoleh ke arah kompor yang masih menyala.
"Cobalah." Hinata menyumpit sepotong daging Yakiniku dari atas wajan dan menyuapkanya pada pria itu.
"Enak." Naruto mengunyah daging yang Hinata suapkan padanya. Ia menatap mata Hinata yang berbinar saat ia puji. "Kau pandai memasak, Hinata." Ia mengusap lembut dagu lancip gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie
RomanceSatu kebohongan untuk menutupi kebohongan lainnya, hingga tanpa sadar mereka berada di titik buntu. Di penghujung segala kebohongan itu mereka harus menghadapi sebuah pertanggung jawaban atas apa yang telah mereka lakukan. Meski harus berpisah, mesk...