Different

2K 265 22
                                    

Naruto melangkah masuk ke dalam ruang rawat sambil membawa dua paper bag berisi makanan. Dokter bilang, Hinata harus menaikan berat badannya sebelum melahirkan nanti. Jadi ia membeli banyak makanan hari ini.

"Sayang, aku membawa makanan untukmu." Naruto meletakan paper bagnya diatas meja dan mengusap bahu Hinata dengan lembut. Wanita itu berbaring memunggunginya.

Seperti biasa, wanita itu hanya bergeming. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Hinata selalu menolak semua makanan yang ia bawa dan lebih memilih untuk tidur sampai seorang pegawai mengantarkan makanan rumah sakit kemari.

"Tidak lapar?" Naruto duduk di tepi ranjang pasien seraya membelai helaian indigo kekasihnya. "Mungkin bayinya lapar." Ujarnya lembut, seraya menyentuh perut Hinata. Namun wanita itu menepisnya dengan pelan. Ia mengerti jika Hinata memang belum bisa menerimanya lagi, namun ia baru tahu bahwa penolakan dari wanita itu terasa begitu menyakitkan.

Tiba-tiba saja Hinata bangkit dari posiai berbaringnya dengan begitu kesulitan. Kandungannya sudah semakin membesar, ini sudah memasuki bulan ke tujuh.

"Sayang, kau mau kemana?" Naruto merangkul pinggul Hinata dengan lembut dan membantunya turun dari ranjang namun tentu saja yang ia dapatkan hanyalah sebuah penolakan.

Hinata berpegangan pada tiang infusnya, kakinya yang baru saja dijahit membuatnya begitu kesulitan berjalan.

SRAK

"Ingin ke toilet?" Seorang perawat tiba-tiba melangkah masuk dan buru-buru membantu Hinata.

"Iya." Jawab Hinata pelan, ia menggenggam lengan perawat itu dan berjalan pelan ke arah toilet di sudut ruangan.

Naruto hanya bergeming melihat Hinata menerima bantuan dari perawat itu dan menolaknya begitu saja. Sekarang ia menjadi begitu takut, Hinata benar-benar membencinya.

"Setelah ini kita harus ke Dokter kandungan, ada jadwal pemeriksaan kan?" Ujar sang perawat sambil menunggu di depan pintu kamar mandi.

Begitu Hinata keluar dari kamar mandi ia kembali menggenggam lengan perawat tersebut. "Sekarang kita kesana ya?"

"Iya." Perawat menoleh ke arah seorang pria yang berdiri didekat ranjang pasien. "Suami anda bisa ikut jika mau."

Hinata menggeleng tanpa menoleh ke arah Naruto "dia bukan suamiku."

Perawat itu hanya mengangguk "ah begitu."

Helaan napas pelan keluar dari bibir Naruto. Sepertinya ia telah menyakiti hati wanita itu terlalu dalam. Hingga menatap matanya saja Hinata sudah tidak mau lagi.

...

Dokter mengoleskan gel di atas perut wanita muda itu dengan lembut lalu menempelkan alat USG untuk melihat bayi dalam kandungan pasien itu.

"Apa dia sering bergerak?" Tanya Dokter seraya terus menggerakan benda itu di atas perut Hinata.

Hinata terdiam sebelum menjawab, matanya kembali menyendu saat menatap layar monitor yang menampilkan siluet hitam putih itu. Bentuk bayinya sudah nampak dengan jelas di layar. "Belakangan ini dia tak banyak bergerak."

Dokter mengambil napas panjang, banyak hal yang salah dalam kehamilan pasiennya kali ini. "Itu karena dia tidak memiliki energi yang cukup untuk menendang lagi."

"Kenapa?" Hinata bertanya dengan suara parau, tujuh bulan hidup menyatu bersama bayi dalam kandungannya, merasakan kepedihan dan penolakan bersama, membuat Hinata merasakan ikatan batin yang begitu kuat dengan bayinya. Ia merasa sedih jika hal buruk terjadi, meski ia tahu bahwa tak ada hal baik dalam hal ini bahkan mungkin dalam hidupnya yang menyedihkan ini.

LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang