A YEAR LATER
.
."Tadaima." Naruto melangkah masuk ke dalam kediaman keluarga Hyuga. Ia mengerutkan kening saat tak ada istri atau anaknya yang menyambutnya pulang setelah berlayar.
"Ah, Tuan sudah kembali." Sambut seorang pelayan paruh baya yang tengah membawa keranjang pakaian.
"Bi, dimana Hinata dan Bolt?" Tanya Naruto seraya meletakan tas besarnya di ruang tengah.
Ya, sejak musim dingin tahun lalu dirinya mulai tinggal disini bersama anak dan istrinya. Sesuai dengan keinginan Ayah Hinata. Hubungannya dengan Hinata berkembang menjadi jauh lebih baik, saling terbuka dan menghargai satu sama lain. Dirinya mulai mengerti keinginan Hinata begitu pula sebaliknya, segala permasalahan di bicarakan bersama agar tak ada selisih paham seperti yang sudah-sudah dan ternyata hidup menjadi jauh lebih mudah setelahnya, saat bisa saling memahami satu sama lain.
"Bolt sedang berenang di belakang, Nona Hinata ada di atas sedang beristirahat." Jawab pelayan itu dengan sopan.
"Ah begitu, baiklah terima kasih, Bi." Naruto melangkah ke pintu samping kediaman keluarga Hyuga.
"Kakek, lihat aku bisa melakukannya kan?" Boruto berujar sambil tertawa ke arah Kakeknya.
"Bolt semakin pandai berenang!" Ujar Hiashi dengan bangga, ia duduk di kursi yang ada di pinggir kolam sambil mengawasi cucunya berenang. Usianya baru tujuh tahun, namun bakat renangnya luar biasa. Minggu depan dia akan ada turnamen, jadi cucunya itu banyak berlatih belakangan ini.
"Bolt?" Naruto melangkah ke arah kolam sambil tersenyum tipis. Ia menoleh ke arah Aya Hinata sekilas dan membungkuk sopan untuk menyapanya.
"Ayah.." Boruto berenang ke bibir kolam untuk menghampiri ayahnya. "Ayah sudah pulang?" Ia menatap ayahnya yang masih mengenakan seragam di balik jaket hitam yang dikenakannya.
Naruto berjongkok di tepi kolam sambil menyingkap surai putranya yang menutupi wajah. "Hm, baru saja."
"Ayah pulang cepat kali ini." Ujar Boruto dengan senyum lebar di bibirnya.
"Ayah kan sudah janji ingin datang ke turnamenmu minggu depan." Ujar Naruto sambil tersenyum.
"Yeay!" Bocah berusia tujuh tahun melompat senang di dalam kolam.
"Bagaimana latihannya?" Tanya Naruto seraya menatap ke arah kolam luas yang sengaja ia bangun untuk putranya, tentu saja atas izin Ayah Hinata sebelumnya. Entahlah, ia merasa kemampuan berenang putranya bukan sekedar hobi saja, jadi ia hanya berusaha menunjang bakat itu.
"Sangat menyenangkan, pelatihku akan datang besok untuk latihan." Bolt bercerita dengan semangat. Memang sejak setahun terakhir ia mulai mengikuti pelatihan yang sebenarnya.
"Tunjukan pada Ayah, besok oke?" Ujar Naruto sambil mengusap surai putranya.
"Tentu saja." Ujar Boruto, dengan mata berbinar. Ia tak sabar menunjukan pada Ayah soal kemajuannya.
"Baiklah, kembali berlatih. Ayah akan bicara dengan Kakek dan Ibu dulu." Naruto bangkit berdiri dari bibir kolam.
"Iya." Boruto kembali berenang ke tengah kolam.
"Kau sudah kembali?" Hiashi bersandar di kursinya sambil menatap ke arah menantunya itu.
"Ya, semalam kapalnya tiba di dermaga." Ujar Naruto, ia baru saja berlayar di kapal niaga. Setahun belakangan ia kembali berlayar karena Hinata mengizinkannya, wanita itu sudah bisa menerima hal itu sebagai gantinya, Naruto hanya mengambil pelayaran-pelayaran singkat saja sebulan atau dua bulan untuk menjaga perasaan istrinya agar tidak merasa ditinggalkan lagi, apalagi dia tengah mengandung sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lie
RomanceSatu kebohongan untuk menutupi kebohongan lainnya, hingga tanpa sadar mereka berada di titik buntu. Di penghujung segala kebohongan itu mereka harus menghadapi sebuah pertanggung jawaban atas apa yang telah mereka lakukan. Meski harus berpisah, mesk...