"Ayah!" Boruto menapaki tangga kapal besar itu dan berjalan cepat menuju sang Ayah.
Naruto menoleh saat mendengar suara putranya "Kau sudah sampai?" Ia memeluk singkat sambil mengacak surai putranya dengan lembut.
"Hm, Kakek mengantar kami." Ujar Boruto pada sang Ayah.
"Ah begitu." Naruto menyunggingkan senyum tipis saat melihat istrinya melangkah kemari dengan putrinya dalam gendongan. "Apa semua baik-baik saja, sayang?" Ia mengecup kening istrinya.
Empat bulan lalu Naruto berangkat berlayar di kapal pesiar dan kapalnya sempat bertandang di Toyama sebelum pelayaran ini akan berakhir di Hokkaido. Kesempatan ini Naruto gunakan untuk mengajak istri dan anak-anaknya untuk berlibur. Mereka akan ikut berlayar selama dua minggu menuju Hokkaido lalu menghabiskan musim panas di sana sebelum kembali ke Toyama.
"Em, tentu. Bagaimana denganmu? Kau baik-baik saja Naruto-kun?" Hinata mengusap punggung suaminya seraya memeluknya.
"Sangat baik, hanya merindukanmu dan anak-anak." Naruto mengecup puncak kepala istrinya, kemudian beralih ke putrinya.
"Aa..." Balita berusia satu tahun itu menggapaikan tangan mungilnya ke arah sang Ayah.
Naruto mengambil alih tubuh putrinya dengan terkejut. "Kenapa cepat sekali besar hm?" Ia mengecupi pipi gembil putrinya.
Balita itu hanya tersenyum lebar sambil berceloteh lucu.
"Kau minum susu dengan baik huh?" Naruto mengayunkan dengan lembut tubuh balita gemuk itu.
Hinata tersenyum simpul, ah tiap kali melihat Naruto bersama anak-anak, dirinya selalu terenyuh. Boruto dan Himawari telah berhasil merubah hidupnya dan Naruto sejauh ini. Ia dan Naruto selalu mensyukuri kelahiran anak-anaknya.
...
"Ini kamarnya." Naruto membuka pintu kamar di lantai tiga kapal pesiar itu. Ia memang sudah merencanakan liburan ini sejak berangkat dan Hinata setuju jadi ia mengambil jatah kamar untuk anak dan istrinya.
Boruto berlari masuk ke kamarnya melalui connected door di kamar utama dan meletakan ranselnya di atas meja. Ada dua kamar yang terhubung satu sama lain, tentu Boruto sudah mulai memiliki kamar sendiri, usianya sudah delapan tahun.
"Aku akan berada di ruang kemudi saat malam, jadi kau beristirahat disini bersama Hima." Naruto mengusap pinggul istrinya.
Hinata mengangguk, ia menatap sebuah ranjang king size dan baby crib di ujung ruangan. "Kau tidak beristirahat?"
"Aku akan bergantian dengan awak yang lain, mungkin tiga jam sekali saat malam." Naruto mendudukan istrinya di tepi ranjang.
"Ah begitu." Hinata mengerti sekarang, kenapa pria itu selalu pulang dengan kantung mata hitam. Dia pasti kesulitan untuk beristirahat.
Naruto duduk di samping istrinya "bagaimana di rumah?" Empat bulan pergi bekerja, mungkin banyak hal yang ia lewatkan.
"Bolt mulai sibuk di sekolah, Hima tumbuh dengan baik, berat tubuhnya terus bertambah dan Ayah sangat senang mengurus cucunya di rumah." Hinata tersenyum simpul sambil menatap netra saphire suaminya.
"Syukurlah, lalu bagaimana denganmu?" Ia mengusap lembut lutut istrinya yang terbalut rok berbahan halus.
"Aku?" Hinata berpikir sejenak "aku hanya mengurus anak-anak dan menunggumu kembali seperti biasa." Hinata rasa, dirinya tak banyak melakukan apapun.
Naruto meraih dagu istrinya dan membuatnya sedikit mendongak. "Apa kau merindukanku?"
"Tentu saja." Gumam Hinata dengan senyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie
RomanceSatu kebohongan untuk menutupi kebohongan lainnya, hingga tanpa sadar mereka berada di titik buntu. Di penghujung segala kebohongan itu mereka harus menghadapi sebuah pertanggung jawaban atas apa yang telah mereka lakukan. Meski harus berpisah, mesk...