01

12.5K 525 84
                                    

Kehidupan setelah menikah tidak lah sama lagi dengan sebelumnya, apapun yang biasa kita lakukan sendiri sekarang harus terbiasa berbagi meski terdengar tidak penting tapi sangat berarti untuk diketahui oleh pasangan.
Apapun itu, kita harus belajar menerima segala kekurangan mereka tanpa merasa bahwa ini bukan hanya sekedar kewajiban melainkan karena dilandasi oleh cinta yang tulus.

Setelah menikah, ada banyak hal lagi yang perlu kita kenali dalam diri pasangan masing-masing.
Baik saat kita masih berstatus pacaran, belum tentu baik ketika sudah menikah.

Karena banyak sekali orang yang berpacaran lama tapi kandas setelah menikah, bukan karena mereka tidak saling kenal melainkan tidak bisa menerima kekurangan pasangan hingga menimbulkan banyak sekali prasangka, pemikiran dan niat agar berhenti untuk peduli.
Tidak ada yang baik setelah menikah, semakin jauh kita melangkah menuju kebaikan maka akan semakin jahat apa yang kita lihat. Begitu pula dengan mencintai pasangan, semakin kita ingin menerima kekurangannya maka akan semakin banyak Tuhan menunjukkan keburukannya pada mu. Bukan untuk membuatmu menjauh melainkan agar kau semakin yakin bahwa ini adalah pilihanmu ketika berdoa, bagaimana pun dia tetap sudah menjadi permintaanmu sendiri.

Sebuah rumah tangga tidak akan kuat jika tidak memiliki landasan pondasi yang kuat, dari mana kita bisa melihat letak kuat atau tidaknya pondasi rumah tangga tersebut?
Dari seberapa besar cinta yang kita tanamkan dalam hati masing-masing, meyakini bahwa tidak ada jalan yang hanya lurus melainkan ada terjal, turunan dan tikungan. Tak ada cinta yang tulus kecuali memberikan setiap doa mu kepada Tuhan agar menguatkan diri menghadapi segala rintangan.

Susi tak menyangka jika setelah menikah ia akan lebih banyak melihat keburukan sang suami, ya walau pun tidak bisa dikatakan banyak tapi itu cukup untuk membuatnya memahami apa yang disukai dan tidak disukai oleh suami nya.

Ari tidak suka minum air putih dipagi hari karena ia akan merasa mual, pria itu juga tidak suka makan bawang bombay -untuk yang ini Susi sudah lama tahu, pria itu menyukai kebersihan dan kerapian apalagi kamar dimana mereka tempati, dia tak ingin ada satupun baju yang bergantungan apalagi seluruh ruangan harus wangi. Jadilah setiap pagi Susi menyalakan Humidifier dengan berbagai macam wangi. Demi menyenangkan sang suami, dia juga memajang bunga tulip atau mawar putih diatas meja dekat jendela besar dimana mereka sering menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol dan membahas pekerjaan. Menikmati senja bersama dari balkon adalah salah satu cara mereka menjalin komunikasi agar tidak ada lagi rasa canggung diantara mereka, wanita itu berperan sangat baik dalam menjalankan tugas sebagai seorang istri.

Kala pagi menyapa, ia sudah siap menyambut Ari dengan secangkir teh hangat, sepiring nasi goreng atau roti bakar, semangkuk buah karena ia tahu Ari sangat suka makan buah. Kemudian saat petang tiba, mereka akan kembali dari bekerja dan Susi lebih dulu menyiapkan air hangat untuk mandi sang suami, memasak makanan mereka lalu membersihkan diri setelahnya. Makan bersama adalah kewajiban mereka, dimeja yang sama mereka akan saling bercerita mengenai hal-hal lucu apa yang pernah mereka lewati.

Setiap hari dalam kehidupan setelah pernikahan mereka, semua tertata dengan rapi dan mulus sesuai yang dibayangkan.

Dan sekarang masalah pekerjaan, sebenarnya Ari tidak ingin lagi Susi bekerja namun kalau melihat wanita itu tidak memiliki kegiatan lain jadilah ia mengizinkan istrinya kembali kekantor dengan catatan ia harus berada didalam ruangan yang sama dengan Ari, yang berarti meja Susi tepat berada disebelah meja Ari.

Entah apa yang dipikirkan pria itu hingga berniat sekali mendekor ulang ruangan kerjanya agar lebih luas untuk ditempati dua orang, sekarang mereka akan bertemu selama 24jam setiap hari tanpa bisa beralih sedikitpun.

Setidaknya itu jauh lebih baik dari pada harus berdiam diri dirumah.

Dan ini adalah hari ke-tujuh Susi kembali bekerja, tak banyak yang berubah dari tugasnya karena sekarang suaminya itu pun sedang mencari seorang sekretaris tambahan agar tak membuat Susi terlalu lelah.
Pernikahan merubah segalanya, bahkan Susi harus menahan iri karena tak bisa bergabung makan siang bersama ketiga sahabatnya lagi. Bukannya Ari tak mengizinkan, tapi semua terasa berbeda dan ya membuatnya merasa berat meski hanya untuk keluar pintu ruangan dan berteriak memanggil Arifin untuk membeli thai tea.

Wanita itu melirik kesebelahnya melihat Ari yang sedang fokus menatap layar komputer sambil sesekali jarinya bergerak mengetik.
Susi mengusap wajahnya sebentar lalu menyandarkan punggung kekursi merenggangkan otot tubuh yang terasa kaku. Melirik sekali lagi wajah Ari, kenapa sejak menikah aura bossy Ari semakin terasa dan membuat nyali Susi menciut jika ingin mengatakan sesuatu.

Apalagi selama sebulan menikah mereka belum juga melakukan ritual malam pertama, salahkan saja mimpi Susi yang membuatnya geli sendiri jika berdekatan dengan Ari. Gara-gara mimpi sialan itu dia jadi segan pada Ari, kalau pun tak sengaja mereka bersentuhan maka Susi akan sangat cepat menarik diri.

Bayangan mimpi dan cerita-cerita konyol yang dia dengar dari Winda membuatnya geram sendiri karena mudah sekali terhasut. Bangke!

"Pak, saya mau keluar boleh gak?"

Akhirnya ia bisa mengatakan itu, panggilan "pak" belum bisa diubah karena lidah Susi sudah terbiasa memanggil Ari dengan sebutan itu, lebih manusiawi dibandingkan "mas". Errh

"Masuk aja belom, mau keluar aja."

Susi merinding mendengar jawaban Ari yang entah kenapa memiliki maksud tersembunyi, membuat tubuhnya sedikit menegang karena kembali teringat mimpi itu lagi.

Ari menatap datar wajah orang yang telah menyandang status istrinya itu dengan pandangan geli namun tertutupi karena wajah dingin pria itu.

"Saya pikir kamu lebih suka menahan diri untuk gak keluar, kenapa hari ini baru minta?"

Kembali Susi disergap rasa aneh yang mengerubungi hatinya, tak paham maksud dari perkataan Ari.

"Maaf pak, saya cuma mau keluar doang ketemu Arifin. Kangen." Jujur sekali Susi mengungkapkan isi hatinya, membuat Ari gemas sendiri.

Bukannya ia tidak tahu kalau selama seminggu ini Susi berusaha menahan diri untuk tak beranjak dari sini demi menjaga perasaan Ari, walau pun sebenarnya dia sama sekali tak merasa keberatan. Justru ia merasa senang karena Susi sudah terbiasa dengan status mereka, namun sejauh ini sikap wanita itu tidak seperti sebelumnya.

Susi tak menunjukkan kebiasaan konyol dan menyenangkan seperti dulu, seolah pernikahan mereka mengikat gadis itu agar bersikap layaknya wanita bangsawan yang kalau melangkah pun harus diajari.
Ari lebih menyukai Susi yang blak-blakan, bukan Susi yang pendiam dan menyembunyikan keinginannya. Itu tidak seperti Susi Aryanti yang dia kenal selama ini. Dia terbebani oleh semua ini

"Keluarlah, tapi jangan lupa nanti siang bakal ada interview calon sekretaris baru." Ucap Ari kembali pada posisi semula menghadap komputer, membiarkan Susi mencerna sendiri perkataannya.

"Saya gak akan lama kok pak."

"Sehabis makan siang, balik lagi kesini."

Melihat wajah Ari yang terlihat serius, akhirnya Susi pun berdiri dan keluar dari ruangan.

Kenapa dia merasa bersalah karena terlalu banyak menjaga jarak dengan Ari, salahkan Winda yang memenuhi kepala perempuan itu dengan cerita berdarah dimalam pertama. Susi hanyalah gadis polos yang bahkan ia tidak tahu apa itu Vibrator, mungkinkah itu sejenis alat penggetar syaraf?
Kata Arifin alat itu bisa membantu kaum hawa bergetar dan melayang, memang nya seperti apa bentuk benda tersebut hingga mendengarnya saja membuat Susi merinding.

Boss Kampret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang