04

5.1K 424 26
                                    

Sepulangnya mereka dari jalan-jalan, yang dimana hanya Susi yang bersenang-senang tanpa memperdulikan sosok Ari yang hanya mengiringi kemana langkahnya, tepat pukul sembilan malam mereka sampai dirumah.

Ari meletakkan barang-barang Susi diatas kasur, dirinya pun ikut merebahkan tubuh menghilangkan sejenak kelelahan yang mendera tubuh. Pekerjaan memang tidak terlalu menumpuk karena Rega benar-benar membantu, dan hasilnya pun memuaskan. Dia membiarkan Susi lebih dulu membersihkan diri, sambil menunggu wanita itu selesai dengan ritual mandinya Ari membuka jas dan melepaskan dasinya lalu kembali tiduran dan memejamkan mata.

Entah sudah berapa lama ia terpejam hingga suara pintu terbuka membuatnya ikut membuka mata, namun belum ingin beranjak.

Dari tempatnya sekarang, Ari dapat mencium aroma segar buah-buahan yang berasal dari sabun mandi Susi. Dan sial nya, wangi itu malah membuat pria gondrong itu seketika bangkit dan melepaskan kemeja tanpa menoleh kebelakang dimana ada Susi tengah berdiri menatapnya.
Belum habis hasratnya terganggu karena wangi yang berasal dari tubuh Susi kini pria itu menahan nafasnya sejenak karena pemandangan yang luar biasa menakjubkan dan halal menodai matanya.

Bukan apa-apa, tapi . .

"Kamu ngapain?" Pertanyaan konyol keluar begitu saja dari bibir Ari membuat Susi harus menahan segala rasa malu dalam dirinya. Dasar temen bangke, ngasih saran gini amat!

"Niatnya sih mau ngajak bapak malam pertama, tapi liat reaksi bapak gini jadi mau bubaran aja lah."

Susi sudah menyiapkan diri sebaik mungkin, bahkan mandi dengan tiga macam jenis sabun lalu membersihkan setiap lekukan yang ada ditubuhnya demi membuat Ari terpana namun tatapan pria itu membuat kepercayaan diri menghilang seketika, kalau dilihat dia sudah tampil berani menggunakan lingerie sialan hadiah dari Rani dengan pakaian dalam yang tadi dia beli, rasanya sekarang Susi mau menenggelamkan diri kedasar bumi. Kenapa dia mudah sekali percaya saran dari ketiga kampret itu! Huwahhh. . Teriak batin Susi malu.

Ari menelan ludahnya kesat, sejak kapan tenggorokannya berasa ada pasir. Ia tidak tahu dan tidak ingin menatap terlalu lama tubuh ramping dan mulus milik Susi, karena sejujurnya dia sangat tergiur tapi entah kenapa ia merasa raut wajah Susi penuh keterpaksaan atau itu hanya pemikiran Ari saja, entahlah.

Ari berjalan mendekati Susi yang menunduk malu, kemudian memegang kedua pundak wanita itu -meremasnya pelan penuh gelora yang siap meledak.

"Seharusnya kamu izinkan saya mandi dulu." Suara serak Ari menunjukkan sekali bahwa ia tidak yakin bisa menahan diri lebih lama, membuat tubuh Susi sedikit bergetar karena cengkraman Ari yang membuat perutnya terasa kram.

Ari menarik wajah Susi agar menatapnya, lalu mengecup kening perempuan itu lama.

"Saya mandi dulu, habis itu kita sholat sama-sama. Saya gak akan maksa kalau memang kamu belum siap."
Susi tidak tahu kenapa dia merasa sangat lega saat Ari melepaskan pegangan pada pundaknya dan memilih masuk kekamar mandi, kemudian wanita itu berlari melompat keatas kasur kemudian membekap mulutnya sendiri dengan bantal lalu berteriak keras demi menuntaskan rasa malu nya yang mendarah daging. Ya Allah, ini gimana lee?!

Ia meremas rambutnya sendiri gemas, lalu kembali berteriak sambil menutul mulut dengan bantal agar Ari tak bisa mendengar suaranya.

"Dasar temen setan, kenapa juga gue dengerin mereka! Waaaahhhhh." Rengeknya kesal karena malu semalunya Susi pada Ari.

Sudah berpakaian seksi, mandi kembang tujuh rupa eh malah begini. Anjim!

Wanita itu berdiri dan mematut dirinya sendiri dihadapan cermin sambil menggingit bibir menatap penuh prihatin penampilannya yang mengenaskan.

"YA ALLAH DOSA APA HAMBA MU INI!" Ucapnya sendiri penuh penyesalan, tak ingin melihat lebih lama lagi bagaimana penampilannya Susi merebahkan diri dikasur membiarkan barang-barang yang dia beli tadi berjatuhan. Masih terbayang bagaimana raut wajah Ari barusan, Susi menendang-nendang kosong kakinya keudara. Dan menghempaskan dirinya sendiri, sekali lagi dia harus mengingatkan diri agar tidak mendengarkan saran tiga sahabatnya itu. Tidak lagi! Ini yang pertama dan terakhir!

Berbeda dengan Ari yang masih bersandar dibalik pintu kamar mandi, rupanya pria itu juga merasakan debaran kuat didalam dadanya karena ulah Susi yang dengan berani memakai pakaian laknat tembus pandang hingga menampilkan bagaimana bulat nya ewwhh ... Pria itu menggeleng keras kepalanya, tak mau membayangkan apalagi mengingat betapa berkilaunya tubuh Susi dan harum yang memabukkan Ari. Stop! Teriak batin Ari, semakin ia berusaha mengenyahkan bayangan Susi memakai lingerie maka semakin kuat pula hasrat nya sebagai lelaki ingin belah duren. Ewhh!

Pria itu berjalan mendekati cermin dan melihat bayangannya sendiri, namun lama kelamaan bayangan bagaimana Susi bertingkah menggoda seperti yang dia mimpikan selama ini mulai membuat Ari merasa nyeri dan ngilu sendiri.

"Sial." Umpatnya pelan, menghidupkan kran air dan membasuh wajahnya membiarkan titik-titik air menetes.

"Lama-lama gue yang mati keras karena diginiin terus."

Tak mau merenungkan bagaimana moleknya tubuh Susi tadi, Ari memutuskan untuk mandi dan mengakhiri semuanya sendiri. Semoga istrinya yang polos itu berubah pikiran, karena jika tidak Ari tidak tahu bagaimana nanti mereka akan memulainya.

"Bodoh!" Erangnya lagi, sebenarnya dia merasa malu dengan diri sendiri karena walau bagaimana pun dia tidak memiliki pengalaman apapun.

Perkataan Rega beberapa waktu lalu sangat mengganggunya.

Kalo yang begitu gak perlu belajar bang, nanti juga mahir sendiri. Percaya deh sama gue! Langsung buka sitik joss!

"REGA SIALAN." Teriakan Ari tertutupi oleh suara gemericik air, pria itu akan menghajar Rega besok karena sudah menebarkan racun dipikiran Ari.

Boss Kampret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang