37

1.8K 221 59
                                    


Senin, adalah hari dimana semua jenis makhluk hidup yang berakal-pikiran harus memulai kembali kerja mereka, yang dimaksud adalah manusia mana pun pasti akan memulai aktivitas mereka dari hari senin. Entah itu kerja kantoran, atau bahkan berdagang, kuli bangunan, semuanya tanpa terkecuali. Termasuk juga Arifin yang berniat akan diet dimulai hari itu, tapi ternyata gagal wal bin gagal dikarenakan Winda dan Rani mengajaknya datang ke toko roti milik keluarga Rani untuk memesan beberapa kue.
Bukan tanpa maksud lain mereka membeli kue berbagai bentuk dan variasi tersebut, sebab tiga hari yang lalu mereka dikejutkan dengan postingan sang bos yang memberikan emot ibu hamil pada foto yang dia update. Dengan foto siluete dan kata-kata romantis tersebut tentu saja mereka tahu semua itu tertuju untuk Susi seorang, apalagi hari jumat yang seharusnya menjadi hari terakhir kerja suami-istri itu sengaja tidak datang. Jadilah sekarang, Winda dan Rani yang paling update akan memberikan kejutan manis pada nyonya bos mereka. Akhirnya akan menjadi emak-emak kekinian juga.

Arifin sibuk dengan imajinasinya sendiri ketika melihat beberapa gambar kue yang menurutnya sangat menarik jika diberikan pada Susi.

"Berapa lama bikin dekor kayak gini Ran?" Tanya Arifin.

"Gak sampe satu jam, walaupun agak ribet tapi biasa lah. Kenapa?"

"Gue mau kue ini, ini ,dan cupcake ini juga, terus yang ini, yang ini juga. Semua dibuat kek gini yah, bisa gak?" Arifin memberikan ponselnya pada Rani, membuat gadis itu menatap horor sahabatnya itu.

"Gila lo ndut, menantang maut banget lo anjir. Dipecat baru tau rasa lo". Seru Rani gemas, sambil memanggil Winda yang asik memilih makanan snack kotak.

"Kenapa?" Winda bersungut melihat kedua sahabatnya.

"Heh beb, lo liat nih kelakuan cowok lo mau bikin kita dipecat. Gila aja ngasih kue model beginian sama pak Ari". Winda merebut ponsel Arifin dan melihat satu-persatu gambar kue yang menurutnya lucu dan menggemaskan itu.

"Lucu kok beb, pasti mbak Sus bakal seneng banget sama hadiah kita". Arifin membusungkan dada mendengar pernyataan Winda, merasa didukung oleh teman kumpul kebonya itu.

"Gila lo bedua, seriously! Cuma orang gak waras yang ngirim kue beginian sama bos sendiri, bangke ya". Rani gusar sendiri tapi tak urung juga dia memanggil salah satu karyawan tantenya untuk membuat pesanan Arifin.

"Harus sama persis ya mbak, soalnya ini penting demi kemakmuran kami semua". Arifin berkata sekali lagi, yang membuat Rani memutar bola matanya malas menanggapi.

"Ett dah, tunggu-tunggu lo serius Fin mau ngasih tuh kue ke bos? Yakali mau mati sendiri aja ndut".

"Yakin gue, tenang aja gak bakal berani pak bos pecat gue. Gini-gini gue hadir dalam kesusahan dia, walau pun gue sempat kecewa karena tahu kelakuan dia. Tapi itu gak penting lagi, sekarang gue mau fokus menyenangkan hati nyonya bos".

"Yakin sih yakin gue Ar sama lo, tapi gak gini juga lah. Ini namanya melemparkan diri keneraka dunia".

"Emang lo tau beb rasanya neraka dunia itu gimana?"

"Gak tahu sih, tapi ini kan perumpamaan aja".

"Lo berdua berisik, neraka dunia gue belom rasain tapi kalo surga dunia sering. Ya gak win?" Rani melotot ngeri menatap wajah Winda yang memerah, pasti ada konspirasi terselubung nih kalo gini.

"Heh cunguk! Lo berdua udah ngapain aja woi, beh gila gila parah sih kalo sampe belah duren sekarang".

"Bacot lo beb, mana ada. Buntelan kentut lo percaya".

Arifin mengedikkan bahunya tak peduli, toh memang betul kan yang dia katakan barusan. Dia dan Winda itu serumah, laki-laki dan perempuan berduaan satu atap tanpa melakukan hal tak senonoh itu mustahil. Lagi pula mereka bukan lagi anak remaja yang malu-malu kucing tapi setelahnya kek guguk.

Boss Kampret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang