PERINGATAN!
Kalo kelen bukan penyuka drama, bucin parah, dan juga menye-menye mending jangan mampir karena disini bakal penuh sama kebodohan karakter utama.
ARI-SUSI
Kita ini berumah tangga, bukan lagi main ular tangga yang bisa lempar dadu sana si...
Saat aku membuka diri untuk mu, maka detik itulah dunia ku hanya berpusat padamu.
"Hubungi aku jika kau telah selesai dengan pekerjaan mu!"
Klik!
Bunyi sambungan telpon yang dimatikan sepihak oleh wanita berambut pendek itu. Melemparkan benda persegi itu lalu berjalan keluar menuju balkoni, pemandangan kota malam hari dari lantai setinggi ini membuat jiwa nya yang sedikit tertekan menjadi lebih ringan. Mencoba untuk berdamai dengan hati, pikiran bahkan keadaan yang saat ini terasa sangat menyulitkan.
Kartini menyandarkan tubuhnya ke pagar besi itu sambil menikmati udara malam yang menyejukkan. Pikiran nya kembali melayang pada kejadian dimana pria itu hampir saja tak sadarkan diri karena penyakit sialan yang bernama Alergi, jantung Kartini seolah dipacu secepat mungkin untuk menangani kondisi laki-laki berambut gondrong tersebut agar tetap bangun. Dia tidak tahu, dan memang bukanlah urusannya untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan Ari tapi bukan berarti dia bisa bersikap tak peduli pada boss nya jika keadaan seperti tadi bisa saja terulang. Sifat keras kepala yang dimiliki para pria memang tidak pernah Kartini mengerti, sejauh ini semua laki-laki yang dia temui memiliki temperamen buruk dan sangat egois. Mengingat bagaimana dirinya setelah hal-hal menyakitkan itu merubah segala yang ada pada diri Kartini.
Wanita itu memijit pelipis nya sembari mencoba mengingat, apakah dia pernah melakukan dosa besar di kehidupan lalu atau memang kesialan dirinya yang sekarang harus terjebak di dalam situasi menyulitkan. Disaat tuntutan hidup memaksa nya untuk memenuhi tanggung jawab, maka di sisi lain pasti akan ada terjangan badai yang siap menggulung nya dalam kesulitan. Sekali lagi bayangan bagaimana tubuh Ari terjatuh di hadapannya membuat gadis itu berdecak tak suka, ia benar-benar khawatir dan sampai sekarang pun ia masih ingin tahu bagaimana kondisi pria itu. Tapi sesuatu kembali menyadarkan Kartini agar tetap menjaga batasan nya, dimana ada dua hati yang harus dia jaga.
💮💮💮
Susi menggerakan tubuhnya saat merasa sesak atas beban yang sedang menimpa dirinya. Ia menoleh kearah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam, pelan namun pasti dia menyingkirkan tangan Ari yang memeluk tubuh nya. Desakan untuk segera ke kamar mandi membuat wanita itu harus bangun.
Setelah melakukan sesi peperangan yang berakhir kemenangan pada Ari, akhirnya mereka baru bisa beristirahat menjelang waktu isya. Semua hal yang baru saja mereka lakukan masih terekam jelas dalam ingatan Susi, bahkan sampai saat dirinya hendak memejamkan mata bayangan dan sentuhan Ari kepada tubuh nya sangat terasa dan mendominasi. Tapi bukan itu yang membuat Susi merasa malu dan berharap hilang sejenak dari hadapan suami nya itu, melainkan perkataan yang di utarakan oleh Ari pada nya.
"Dan sekarang kamu bisa memastikan sendiri kalau saya tidak akan menyuruh kamu mengecek laporan pada malam pertama kita, apalagi memarahi kamu. Tapi untuk stamina kuda, ya tentu saja energi saya masih cukup banyak untuk terus bercinta sama kamu!"
Oke, ini memang tidak ada kesan lucu tapi semua hal yang diucapkan oleh Ari adalah sesuatu yang sempat dia sampaikan pada kedua sahabat kampret nya, Rani dan Winda. Lupakan tentang itu, anggaplah Susi telah berhasil menunaikan kewajiban sebagai seorang istri dan sekarang apalagi yang harus dia lakukan? Menunggu hasil sperma Ari yang mungkin sedang berlomba-lomba untuk memenangkan kompetisi dalam menembus rahim nya? Hal terkonyol sepanjang hidup wanita itu memikirkan bahwa dengan sekali saja mereka melakukan hubungan suami istri akan langsung jadi, kemudian berbentuk seorang bayi mungil yang lucu. Melupakan bahwa butuh berkali-kali berhubungan, sembilan bulan sepuluh hari demi mendapatkan makhluk kecil yang di sebut anak.
Susi tertawa sendiri memikirkan begitu banyak hal menarik yang berputar dikepala nya, ia jadi menikmati betapa menyenangkan kalau memiliki banyak anak di dalam rumah mereka. Astaga! Dia benar-benar menginginkan ada seorang gadis kecil atau Ari junior yang memanggilnya dengan sebutan ibu.
Asyik sendiri dengan lamunan pemikirannya, Susi reflek mengelus perut rata milik nya dimana tadi Ari menumpahkan semua bentuk kepuasan lelaki itu terhadap hubungan mereka. Berdoa agar salah satu dari jutaan calon anak mereka berhasil menyusup masuk kedalam perut Susi. Tak henti disana, Susi melirik tumpukan pakaian mereka yang ternyata ikut andil menjadi saksi bisu atas pelepasan perawan wanita berdarah sumatera tersebut. Waktu masih menunjukkan tengah malam namun Susi mengabaikan itu semua karena perasaan senang yang kini menyelimuti hatinya. Memungut pakaian yang berhamburan, lalu memasukkan dalam keranjang.
Sesuatu terjatuh dari kemeja Ari membuat kepala Susi menoleh dan mencari benda apa itu. Hingga mata nya menangkap sebuah anting kecil berbentuk hati mengkilap membuat kedua mata Susi menyipit.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia sangat tahu kalau benda berkilauan ini bukanlah milik nya, apalagi selama ini Susi hampir tidak pernah memakai anting-anting. Perasaan yang tadi nya dipenuhi dengan kegembiraan berubah menjadi kecut dan pahit. Dia merasakan sesuatu sedang menghantam kuat didalam kepala nya, berpikir positif sangatlah sulit karena Susi memang orang yang mudah percaya meski terkadang semua itu pasti memiliki penjelasan dan alasan kenapa bisa terjadi.
Tangan nya menggenggam erat benda berkilauan itu, kalau dia tidak salah mengingat hanya ada satu orang yang memiliki tindikan lebih dari satu di telinga nya. Siapa lagi kalau bukan Kartini.
Rasa kesal dan cemburu membuat wanita itu melirik Ari yang masih terlelap dalam mimpi indahnya, mengabaikan hatinya yang sedang berkecamuk Susi melangkah kembali keatas tempat tidur namun memberikan jarak pada pria dibelakangnya. Baru saja ia mengkhayalkan bahwa rumah tangga mereka akan baik-baik saja sampai akhir, namun harus buyar hanya karena benda kecil yang dia yakini miliki perempuan bermuka tembok itu. Memaksakan diri agar terlelap, akhirnya Susi berhasil memasuki alam mimpi. Melupakan bahwa dunia nyata, terlebih kehidupan dalam berkeluarga memiliki tantangan tersendiri dan lebih dahsyat dari sebelum nya.
Jika menurut sebagian orang kehilangan kekasih itu menyakitkan, percayalah laki-laki atau perempuan yang sudah menikah akan merasa hampa saat ditinggalkan oleh pasangan nya. Satu hubungan yang dibangun oleh dua orang, lalu didukung oleh pihak keluarga harus tetap mengikuti aturan dan di pupuk dengan rasa percaya bukan hanya sekedar cinta.
Cinta tidak akan menyempurnakan sebuah rumah tanpa ada nya kasih sayang.
Susi dan Ari sama-sama terlelap, mengarungi bahtera rumah tangga tak seindah bayangan namun bukan berarti mereka yang berjuang tak dapat lolos. Justru kekuatan dan keyakinan akan datang disaat yang tepat, tak terduga bahkan mengejutkan. Malam ini mereka bersenang-senang menikmati mimpi indah, namun besok adalah hari dimana telah dimulai kesetiaan dan kepercayaan kembali di uji.
Cinta itu indah, yang indah itu adalah mahakarya. Jika mahakarya itu sudah dibentuk sedemikian rupa, maka percayalah ada banyak cinta didalam nya. Gali rasa cinta dalam hati, dan lihat siapa yang kalian cinta dan percayai bahwa takdir dan kehidupan manusia sudah di atur sebaik mungkin oleh Tuhan. Cemburu hanyalah bumbu dari keharmonisan yang belum lengkap, agar sedikit menghibur kehampaan yang meraja lela.