"Oi bang, lo ngapain berdiri disini? Lagi nyiksa diri lo biar dikasian sama bini".
Shit! Ari mengumpat dalam hati kala melihat kedatang sosok sepupunya yang sejak tadi tak henti menganggu, kalau ada pemulung yang mau ngambil nih sepupu laknat maka Ari akan memberikannya cuma-cuma, pemuda itu sangat menyebalkan dengan senyum mengejek diwajah yang ingin sekali Ari bogem.
"Sialan! Minggir gak lo, gue pecat nangis lo bajingan!" Balas Ari geram, bukan Rega namanya kalau tak pandai merusak suasana hati kakak sepupunya itu. Pria itu duduk mengambil kursi plastik yang biasa dipakai pekerja istirahat, menonton kebodohan kakaknya yang sudah salah memanggil nama istri sendiri jadilah Susi memberikan dia hukuman berdiri ditengah terik matahari tanpa alas kaki, sepatunya sudah diambil paksa oleh kupret didepannya sekarang.
"Alah-alah sok mau pecat gue, belom juga kelar hukuman lo bang, sombong mulu lo jadi boss. Rasain kan dapet bini setengah nge-fly".
"Lo selain bajingan, rupanya durhaka juga ya. Gue kasih tau bokap lo ada hubungan sama karyawan gue, abis lo digeret pulang".
Kedua pria itu saling berhadapan, tapi perbedaannya Ari harus menahan rasa panas dan terbakar matahari karena hukuman konyol istrinya, sedangkan Rega menertawakan Ari tanpa rasa simpati sedikitpun.
Dia tidak mengerti kenapa memenuhi keinginan orang hamil bisa menjadi bomerang dirinya sendiri, ini bukan memenuhi keinginan istrinya yang ngidam tapi penyiksaan lahir dan batin, lagi pula sejak kapan dia menjadi lelaki budak cinta setengah mati seperti sekarang. Dia muak beberapa kali para pekerja yang lewat menawarinya minum tapi tatapan elang dari istrinya langsung menembus jantung Ari agar menolak tawaran menyegarkan tersebut. Belum juga lahir, anak itu sudah menabuh gendang perang dengan bapaknya sendiri. Bisa bahaya kalau sampai dia memihak Susi, ada satu saja yang seperti istrinya saja sudah merepotkan apalagi dua. Entah akan jadi apa hubungan rumah tangga mereka, setiap hari dia harus menanggung keinginan-keinginan konyol ibu dan anak itu. Menyebalkan!Rega menyetuh kaki Ari dan sedikit menendangnya membuat tubuh pria itu oleng dan hampir saja terjatuh.
"Bangsat! Pergi gak?! Awas lo ya kalo minta tolong sama gue". Rega lagi-lagi tertawa dengan senangnya, sengaja melakukan itu agar Ari berkata kasar.
"Dasar calon bapak kurang ajar, siapa yang nyuruh kamu ngomong kotor? Gimana mau bimbing anak, kalo bapaknya sendiri aja suka ngomong kasar? Apa liat-liat hah?!" Ari mengetap bibirnya, membutakan mata serta menulikan telinga untuk tidak melihat wajah sepupunya yang semakin meminta untuk dibunuh. Sialan sialan! Batinnya berteriak kencang.
Susi berkacak pinggang, melotot garang kearah suaminya. Niatnya datang kesini untuk melupakan soal hadiah yang diberikan Arifin malah menjadi semakin kesal dan berang ketika Ari salah memanggil namanya, sejak kapan nama Susi berubah jadi Kartini. Perempuan itu menyusahkan, ada atau tidak dia selalu berhasil membuat emosi Susi memuncak.
Sekarang dia mau membuat Ari jera, dengan memaksa pria itu berdiri di atas pasir tanpa sepatu. Rasakan! Belum tahu dia ibu hamil bisa sekejam ini.
"Yang, itu si Rega gangguin nendang kaki aku makanya aku gak sengaja ngomong kotor, aku ini laki-laki baik loh, imam kamu, dan pemimpin dikeluarga masa kamu tega sih yang ngasih aku hukuman gini". Pria itu tidak bosan merengek dan mengeluarkan jurus merayu menampilkan wajah sedih, tapi itu tidak akan membuat Susi menyelesaikan hukumannya dengan cepat. Sesuai perjanjian, masih ada limabelas menit lagi dan Ari harus menjalaninya dengan penuh godaan.
"Udah lah Ay, biarin bang Ari sampe sore dihukum. Kebiasaan nih suka manggil akrab orang lain, istri sendiri di abaikan".
Alarm dikepala Ari semakin berdentang, bunyinya nyaring sekali.
Tolong siapapun tembak mati saja Rega, dia ikhlas dunia akhirat!
Pupil mata Susi mengecil kembali teringat Ari memanggilnya dengan sebutan 'KAR', kar kar emang dia mobil kar! Susi mendengus sebal, Ari semakin tersiksa luar dalam. Hasrat dalam dirinya semakin besar ingin menerjang tubuh Rega dan melindasnya menggunakan alat berat diujung sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Kampret!
HumorPERINGATAN! Kalo kelen bukan penyuka drama, bucin parah, dan juga menye-menye mending jangan mampir karena disini bakal penuh sama kebodohan karakter utama. ARI-SUSI Kita ini berumah tangga, bukan lagi main ular tangga yang bisa lempar dadu sana si...