28

1.8K 231 25
                                    

seminggu berlalu begitu saja, semua berjalan seperti biasa seperti tidak ada apa-apa namun jelas dihati susi sudah banyak perubahan. dari mulai sikapnya yang tidak lagi seceria dulu, bahkan wanita itu terkesan tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya apalagi sejak kehadiran kartini yang menjadi pusat perhatiannya. tak sedikit pun susi mengalihkan pandangannya dari wanita itu jika mereka berada dalam satu ruangan yang sama, menatapnya seolah ingin menguliti kartini yang tidak merasa terganggu dengan tatapan intimidasi istri bosnya tersebut. seperti yang dilakukannya sekarang hanya mengamati setiap gerak-gerik kartini, kemana pun gadis itu melangkah sepasang netra milik susi tak akan henti menatapnya. saat ini yang dilakukan kartini adalah presentasi dihadapan semua dewan direksi dan pemegang saham serta sekretaris ayah mertuanya yang ikut hadir, perusahaan mengalami penurunan drastis beberapa hari ini disebabkan oleh beberapa tangan jahil yang telah berani mengambil keuntungan dengan menjual semua barang digudang tanpa sepengetahuan ari, pria itu bekerja ekstra selama  tiga hari demi mendapatkan bukti siapa dalang semua ini namun nihil. sekarang kartini sedang mencoba berdiskusi dengan investor baru, mewakilkan ari yang hanya diam. lelaki itu nampak kusut penampilan yang nampak tak biasa, dilain sisi istrinya hanya terdiam memandang kosong kearah kartini yang semakin membuat ari tak mengerti kenapa susi bisa secemburu sekarang. padahal dulu saat masih ada chika ia sama sekali tak pernah unjuk rasa, bahkan dengan sukarela memaksa ari untuk bertanggung jawab atas hidup chika dan sekarang kehadiran kartini benar-benar menjadi batu sandungan  bagi ari, andai saja kinerja kartini tidak sebagus itu tentu ari sudah memecatnya tapi jelas itu bukan suatu penyelesaian. susi menghembuskan nafasnya, kenapa ia berpikir bahwa sosok kartini memang jauh lebih menarik dari dirinya apalagi penampilan yang terlihat simple but elegan, gaya khasnya dengan rambut pendek dan tindik yang lebih dari satu, bibir tipis yang selalu memakai lipstik nude itu sangatlah menggoda. semua pemikiran atas perbandingan diri susi yang menyudutkan dirinya itu hanyalah semakin menambah bebannya sendiri, sampai akhirnya dia sadar jika ari sedang menatapnya dengan sorot yang tidak bisa ia jelaskan, pria itu terus menatapnya seolah ingin melabuhkan kesusahannya. 

kartini masih berbicara didepan sana denga menunjukkan data saham yang merosot, lalu tangan susi bergerak memberikan isyarat secara tak langsung pada sekretaris baru itu agar berhenti. kartini yang paham dengan isyarat yang diberikan susi langsung membisikkan pada sang investor bahwa rapat hari ini cukup sampai disini dulu.

semua mata menatap ari yang hanya bisa memberikan anggukan, pria itu memijit pelipisnya sembari menunggu semua orang keluar menyisakan mereka bertiga saja didalam ruangan ini. susi yang sudah berada disamping suaminya menatap kartini, penuh keangkuhan dan sedikit rasa takut tersaingi -ini sering kali terjadi jika para gadis merasa hak miliknya terganggu padahal nyatanya prasangka didalam otak mereka lah yang membutakan.

"semua berkasnya letak keruangan saya saja" suara serak itu memecah keheningan, kartini hanya mengangguk lalu pergi sedangkan susi kembali duduk dikursi lain namun mendekatkan diri pada ari.

"kita bisa pulang sekarang kalo kamu gak enak badan, muka kamu pucet banget" kata susi mengusap kening ari yang mulai berkeringat dingin. 

"aku gak yakin bisa nyetir sendiri, dan aku juga gak bisa percaya kalo kamu bisa bawa mobil selamat sampai rumah" susi meringis mengingat ia belum bisa mengemudi sampai sekarang, tapi apalah daya sejak kecelakaan yang mengakibatkan mobil ari penyok ia tidak lagi berani belajar meski sedikit banyak sudah mengetahui dasarnya.

"terus gimana? kamu mau istirahat aja diruangan kita, atau pulang naik taksi?" ari menggeleng kemudian mengambil tangan susi sebagai penghangat, menempelkannya dipipi sesekali menciumnya. 

"kita pulang tapi aku yang nyetir" usulan ari yang langsung ditolak susi karena membahayakan nyawa mereka berdua. ia tak ingin mengambil resiko dengan mendekatkan diri lebih cepat kepada yang maha kuasa walaupun ajal sudah ditentukan sedari belum lahir tapi tetap ia tidak ingin koit secepat itu. 

Boss Kampret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang