38

1.9K 222 29
                                    


Ari memuntahkan semua isi perutnya di wastafel kamar mandi ruangannya, pria itu kemudian bersandar pada dinding karena tak kuat menahan beban tubuh sendiri. Hilang sudah kewarasannya membayangkan bentuk kue yang diberikan Arifin tadi, baru kali dia benar-benar syok melihat kepala bayi berlumuran saos merah dan sangat mengerikan.

Ini baru kue, bagaimana nanti kalau istrinya melahirkan sungguhan. Bisa saja dia pingsan karena tidak kuat membayangkan betapa besarnya kepala bayi keluar dari sana, sialan! Ari mengapit kedua pahanya, ikut merasakan ngilu. Yang benar saja! Arifin harus bertanggung jawab karena sudah membuatnya gemetar dengan kue itu, kampret!

Tak lama kemudian Ari keluar, Susi sudah menunggunya sejak tadi untuk mencicipi kue dengan bentuk alat kelamin pria tersebut. Lagi-lagi dia meringis, kenapa otaknya tidak bisa berhenti berpikir negatif sih.

"Kok disini, emang udah selesai acaranya?" Ari bertanya seraya mendudukkan diri disofa, melonggarkan dasinya.

"Belom, aku suruh mereka ngabisin makanan dulu baru balik kerja. Mau nyobain gak kue nya?"

Susi memegang piring kecil yang berisi kue, menyodorkannya pada Ari tapi ditahan oleh pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Susi memegang piring kecil yang berisi kue, menyodorkannya pada Ari tapi ditahan oleh pria itu.

"Yang, emang gak ada kue lain yang lebih sopan ya? Kenapa milih ini sih". Protesnya tak kuasa membayangkan benda itu jadi santapan mereka, ya allah ngilu!

"Kenapa? Kamu gak suka sama kue nya, aku udah ngambil banyak nih. Ayo dimakan, coba dulu yang". Susi meletakkan kuenya kemeja lalu mengambil sendok untuk memotong ujung alat kelamin yang bertransformasi menjadi cake tersebut. Ari yang melihat itu semua menelan ludahnya susah payah, otaknya kembali membayangkan wajah Susi yang tiba-tiba menjadi sangar penuh kemarahan.

"Apa liat-liat hah?! Awas kamu ya kalo berani bikin ulah, aku potong burung kamu kayak gini!" Tangan wanita itu lentur sekali ketika membelah kue hingga Ari yang spontan memegang kemaluannya pun menjerit histeris.

"AMPUN YAAANGGG!! AMPUN, AMPUN SAKIT YANG!" Teriakan lelaki itu yang hanyut dalam imajinasinya sendiri membuat Susi melongo tak mengerti. Ari menggelengkan kepalanya sambil meraung kesakitan memegang celananya, tak kuasa menahan ngilu karena Susi sudah memotong burung perkututnya itu.

"Ampun yang, sudah cukup! Jangan dipotong lagi masa depan kita, aduhh". Susi yang sadar suaminya memejamkan mata pun langsung menempelkan kue kewajahnya, lalu menyiramkan air minum melalui mulutnya sendiri karena sudah menganggap Ari kesurupan.

"Ahhh!" Lagi-lagi pria itu menjerit tapi kali ini merasa kesal karena semburan air tepat mengenai mukanya sekaligus bercampur krim manis yang lengket.

Boss Kampret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang