12

2.4K 279 4
                                    

Suara deringan ponsel itu menggema diseluruh penjuru ruangan, membuat kedua insan yang tengah terlelap diatas ranjang itu pun merasa terusik karena tak kunjung berhenti hingga dengan mata yang masih terpejam Ari berusaha menggapai benda pipih miliknya tersebut, tanpa melihat nama ia menggeser ikon hijau dan menempelkannya ditelinga.

"Haloo." Ari mengubah posisi nya setengah duduk agar lebih leluasa menjaga volume suara, tak ingin membangunkan istrinya yang kini sedang bermimpi indah, mungkin.

"Belum ada solusi untuk menanganinya? Atau kalian yang tidak becus mengurus pekerjaan hah?!"
Ari mengatakannya penuh dengan penekanan seolah menunjukkan betapa dia sangat terganggu dengan informasi yang diberikan oleh orang diseberang sana.

"Sebaiknya kalian cari cara yang tepat dan cepat, karena jika tidak, bersiap angkat kaki dari perusahaanku hari ini juga." Dia mematikan sambungan dan melemparkan ponselnya sembarang arah lalu mengusap wajahnya, sudahlah rasa kantuk masih menghinggapi dirinya dan sekarang ia harus memaksakan diri untuk bangun dan segera bersiap pergi ke Surabaya.

Diliriknya jam yang tergantung di dinding, menunjukkan angka empat pagi. Setidak nya orang-orang bodoh itu memberi tahu nya besok pagi saja, bukan sekarang disaat matahari pun masih betah sembunyi.

"Bodoh!" Umpatnya, menyadari kalau suaranya bisa saja membangunkan Susi membuat Ari menoleh kesamping.

Ia menghela nafas berat sambil mendekatkan diri ke Susi, demi melihat bagaimana raut wajah wanita itu kala terlelap dia menyingkirkan rambut yang menutupi wajah tanpa sadar tersenyum.

"Selalu cantik."

Secepat kilat Ari mengecup bibir istrinya, tak ingin tertangkap basah melakukan hal mesum meskipun sebenarnya halal saja untuk dilakukan namun tetap saja ia tahu kalau Susi masih belum mengizinkannya melakukan semua hal yang sewajarnya suami istri lakukan. Ia mencoba mengerti dan memahami Susi, walaupun harus mati-matian menahan hasrat melihat gerak-gerik Susi yang entah sejak kapan terlihat sangat menggoda dimata pria itu.
Susi tak melakukan apapun tapi pandangannya pada perempuan itu mulai berubah, mungkin pemikiran ini karena mereka telah menikah.
Ari adalah laki-laki dewasa yang tentu membutuhkan sebuah kesenangan jika berhadapan pada istrinya, namun sampai detik ini Susi belum juga memberikan hal itu secara suka rela. Kapan pasti nya, Ari sendiri tak ingin berpikir lebih jauh.

Pelan namun pasti, ia mengusap pipi mulus istrinya dan kembali memuji betapa ia sangat mengagumi wanita ini. Setiap hari, cinta nya selalu bertambah untuk Susi.

"Saya mencintai kamu sampai rasanya sangat takut jika suatu saat ada orang lain yang jauh lebih pantas mendampingi kamu, jangan pernah berpikir untuk meninggalkan saya walau cuma setitik, sayang."

Ari menaikkan selimut dan mencium pipi Susi, melanjutkan tidurnya dan berharap hari esok masalah diperusahaan cabangnya sudah teratasi karena jika tidak, sudah bisa dipastikan bahwa dia akan mengamuk memaki orang-orang disana.
Tanpa butuh waktu lama, Ari kembali hanyut dalam tidur nya.

💮💮💮

Pagi harinya setelah sholat subuh Ari kembali dibuat kesal setengah mati karena mendapat email dari Kartini yang memberitahu nya jika Ari sendiri yang harus menangani masalah di Surabaya, pria itu menatap Susi yang sedang melipat mukenah.

"Saya harus ke Surabaya pagi ini, mereka melenyapkan dana untuk pembayaran barang. Mereka tidak akan lagi mengirim barang jika kita terlambat membayar pesanan minggu lalu, saya tidak tahu kenapa semua orang sangat lambat menangani masalah seperti ini."
Ari mendudukkan diri keranjang menunggu reaksi Susi, namun tak kunjung bersuara. Wanita itu hanya menatapnya sekilas kemudian berjalan menuju lemari tempat penyimpanan koper dan tas, mengeluarkan salah satu koper yang biasa Ari pakai jika bepergian jauh.

Boss Kampret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang