20

2.1K 284 23
                                    

100 Vote untuk setiap part, boleh gak?

"Susi Aryanti!"

Teriak kesal lelaki itu melihat istri nya berlari turun dari mobil tanpa memperdulikan Ari yang mencoba untuk mengalah dan minta maaf. Perempuan itu tidak memperhatikan langkah nya menambah rasa kesal Ari, takut jika nanti wanita itu ceroboh dan berakhir memalukan kalau sampai terjungkal.

Pria itu berjalan memasuki rumah mereka, meletakkan tas dan jas di sofa ruang tengah. Kemudian melirik ke arah dapur dimana sosok itu sedang minum. Ternyata benar ada nya jika sifat dan tingkah laku seseorang akan berubah dan kelihatan buruk nya kalau sudah menikah, mungkin saja selama ini Susi terlihat layaknya wanita dewasa penuh pengertian, nyata nya perempuan itu juga bisa membuat kepala Ari berdenyut karena rasa cemburu yang dia pun tidak mengerti sama sekali. Kartini? Ya Tuhan, sekali pun dia bekerja sama dengan Gigi Hadid tidak akan bisa posisi istrinya itu tergantikan.

Susi berusaha mengabaikan kehadiran Ari di belakang nya, rasa sakit yang pria itu berikan karena pembelaan terhadap Kartini masih menyisakan rasa nyeri.
Ari berjalan lebih dekat lagi memeluk pinggang ramping itu, mencium aroma yang keluar dari rambut Susi lalu menyandarkan kepala nya di bahu.

Perdebatan ini tidak akan memiliki akhir jika tidak ada salah satu dari mereka yang mengalah, Ari juga bisa merasakan kalau tadi kata-kata nya cukup kasar.

"Lepasin saya pak! Saya gak mau di peluk sama bapak, minggir gak?" Singkir Susi mencoba membuka pelukan Ari yang semakin erat mendekap nya.

"Masih marah ya?"

"Saya marah pun bapak gak peduli, kok sekarang nanya?"

Masih dengan sikap ketus penuh ketidak terimaan atas perlakuan Ari, Susi kembali mencoba melepaskan dekapan pria itu namun nihil.

"Saya gak ngerti kenapa kamu sangat cemburu sama Kartini, padahal dia orang yang baik dan juga professional. Kamu bahkan belum mencoba untuk berkenalan dengan nya."

Susi tidak berniat menjawab lagi meskipun pikiran nya bersikeras untuk mengadukan betapa memuakkan sikap Kartini pada nya waktu itu, masih terekam jelas di kepala Susi bagaimana sorot dingin yang di tujukan wanita itu pada nya padahal Susi hanya menawarkan duduk bersama. Bangke!

"Saya udah pernah nyoba untuk dekat sama dia, tapi dia membuat saya berhenti detik itu juga!"

"Benarkah? Kapan? Saya gak pernah lihat kalian berbincang."

Ari menatap wajah Susi dari samping, menunggu jawaban pasti wanita itu.

"Dan memang gak akan pernah lagi ngobrol, saya gak suka sama dia!"

Lama mereka terdiam sibuk dengan pemikiran masing-masing, mencoba untuk merenungkan segala sesuatu nya meski bukan dengan kepala dingin karena Susi masih di liputi emosi dan kecewa tapi ia tetap pada pendirian nya.

"Sus, kamu tahu saya gak bisa pecat orang sembarangan apalagi dia masih dalam tahap training. Meski pun kamu gak suka sama dia, tapi kinerja dia sama bagusnya dengan kamu. Saya butuh orang yang cekatan seperti dia." Kata-kata Ari di ucapkan dengan penuh kelembutan dan pengertian, berharap kalau Susi akan memahami situasi mereka. Terlalu banyak pekerjaan yang menunggu untuk di selesaikan, Susi seharus nya duduk dirumah saja menyambut kepulangan Ari tapi dia mengenal bagaimana tabiat istri tercinta nya itu. Susi menyukai banyak kegiatan meski hanya sekedar berkumpul dengan teman sekantor nya untuk ghibah.
Tapi bukan berarti Ari mau mengizinkan Susi untuk terjun ke lapangan lagi setelah selama ini perempuan itu membantu perjuangan nya membangun perusahaan sampai sekarang.

"Terserah bapak aja lah, tapi jangan terlalu dekat sama si cembok. Saya gak suka, saya cemburu pak!"

Akhir nya satu senyuman terbit di wajah Ari mendengarkan perkataan Susi barusan, dia tahu banyak hal yang akan terjadi dalam hidup mereka nanti tapi tentu dia tidak akan melupakan kebaikan hati Susi yang selalu mudah memaafkan kesalahan orang lain, ya walau pun tadi itu sikap nya sedikit berlebihan terhadap Kartini.

"Saya mencintai kamu, memang tidak akan bisa menjamin kebahagiaan selalu bersama kita tapi percayakan pada saya bahwa seburuk apapun keadaan nya jangan pernah menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam rumah tangga kita. Mari bersama menyelami diri sendiri agar nanti kita tidak akan saling mencurigai lagi, hm?"

Kepala wanita itu mengangguk, meski sebagian dalam diri nya masih tidak terima tapi mendengar kata-kata manis Ari barusan membuat kepercayaan itu kembali ada walau belum penuh seperti sedia kala. Ari melepaskan dekapan nya kemudian membalikkan tubuh Susi mencium pipi wanita itu sekilas sebelum menyatukan bibir mereka.

Kedua insan itu hanyut dalam ciuman mereka, menciptakan desiran yang memenuhi diri masing-masing hingga di rasa oksigen menipis baru lah Ari melepaskan tautan mereka sepihak.

"Ngomong-ngomong, saya sebenarnya suka melihat kamu cemburu. Cemburu berarti cinta kan?"

Rona merah mewarnai kedua pipi Susi membuat Ari gemas sendiri, menangkup wajah cantik istrinya lalu mengecup seluruh sisi wajah perempuan itu tanpa ada yang terlewatkan.

"Besok jalan-jalan mau?"

"Kemana?"

"Kemana aja yang penting sama bapak!"

"Apa tawaran ini membuktikan kalau kamu sudah memaafkan saya?"

Susi memang tidak bisa marah, mulut   mungkin bisa berkata sinis tapi hati  tetap selembut sutra yang dengan mudah menerima perlakuan orang lain pada dirinya. Tapi mengenai kecemburuan nya terhadap Kartini, itu murni karena dia takut akan ada Chika yang lain di antara mereka.
Entah itu Kartini atau wanita lain di luar sana yang mungkin banyak menginginkan suami nya sebagai sasaran empuk.







PESAN BAGI SELURUH PEMBACA TERCINTA 🙃

DI lapak ini, mungkin cerita mereka bakal lebih panjang atau justru sangat pendek karena aku gak mau ngasih konflik banyak jadi ya siap-siap memberikan salam perpisahan 🤣

Kenapa aku tulis note seperti ini, karena setiap part bakal terasa pendek bagi kalian.

Disini Susi akan banyak berubah, Ari akan tetap seperti diri nya sendiri yang labil. Wkwk

Ayo ramaikan grup kuy!
Cek bio yang mau join yaww 😘

Boss Kampret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang