30

1.9K 234 34
                                    

Ari dirawat dengan baik oleh ibu mertuanya, begitu juga Susi yang sudah tidak lagi menaruh kecurigaan padanya hubungan mereka membaik dan berkembang dengan pesat hanya dalam waktu beberapa hari. Terlebih saat ini mereka sedang menghabiskan waktu ditaman rumah sakit, duduk berdua dibangku yang terletak dibawah pohon sambil mengamati kegiatan orang-orang disini dengan tatapan yang menyiratkan bahagia. Suami-istri itu tidak tahu jika rasanya sangat menyenangkan bisa menghabiskan waktu berdua hanya dengan duduk saja, membicarakan hal-hal kecil yang dapat membangkitkan gairah semangat dalam diri masing-masing agar lebih bisa membuka diri. Belajar dari kesalahan tentu kali ini Ari tidak ingin mengulangi kejadian yang sama dengan hampir kehilangan wanita yang dicintainya tersebut, perhatian mereka tertuju pada seorang wanita hamil yang sedang berjalan ditemani suaminya. perut yang membesar itu sangat  menarik untuk mereka amati, apalagi setelah melihat tatapan khawatir suami wanita tersebut yang jelas menunjukkan kalau ia sangat cemas melihat keadaan istrinya. Lalu sesuatu yang menggelitik dalam diri sepasang sejoli itu membuat susi meremas tangan suaminya pelan, membuat ari menoleh kearahnya.

"Ada apa?" pertanyaan retoris yang sepatutnya tidak perlu dia tanyakan karena saat ini dia jelas bisa melihat keinginan yang begitu besar dari pancaran mata istrinya.

"Kapan aku bisa merasakan perut membesar seperti dia, dan melihatmu mencemaskanku setiap saat? Sepertinya sangat menyenangkan jika saja bisa merepotkanmu, iyakan". Susi nyaris berbisik ketika mengatakan apa yang sedang ia pikirkan saat ini, tapi bayangan jika wanita itu adalah dia pasti sangat membahagiakan. tatapan ari yang akan selalu tertuju padanya memang sejak dulu ia harapkan, tapi sepertinya rejeki besar itu belum datang dan ia harus bersabar untuk menanti.

"Bagaimana kamu bisa mengandung anakku jika setiap kali aku meminta hakku, kamu selalu mengatakan datang bulan? Apa bulan tidak bisa datang lain kali, setidaknya jangan disaat aku benar-benar menginginkan kamu sampai rasanya celanaku menyempit". Susi tidak tahu bahwa waktu benar-benar dapat mengubah seseorang termasuk suaminya yang dengan berani mengatakan hal vulgar seperti barusan, terdengar sangat menggelikan sampai membuatnya tertawa dan mencubit pipi lelaki itu. Membuat ari semakin gemas dengan tawa susi yang sangat merdu untuk didengar, kenapa mereka tidak melakukan tabungan bertahap untuk seorang bayi yang lucu, mungkin setelah keluar dari rumah sakit ari akan mulai melakukan tabungan pertamanya dengan menjadikan kaki atau tangan terlebih dulu. seperti mereka membuat adonan roti yang tidak terlalu sulit namun cukup berkeringat.

"awwh... kenapa mencubitku?" rengek ari saat merasakan cubitan susi yang cukup membuatnya berjengit nyeri. 

"kamu tersenyum sambil melihatkan wajah mesum, aku gak like ngeliatnya". 

"jangan bicara dengan kata-kata seperti itu, aku geli mendengarnya. kamu terdengar seperti seseorang yang belakangan ini sedang viral, i don't like this". ucap ari  penuh ketidak sukaan, mereka sedang bicara omong kosong yang membuat susi terbahak-bahak.

"aku gak suka, gelayy. . ."

"stop susi aryanti".

"kita belum mulai apa-apa untuk berhenti sayang, jadi kapan kita bakal mulai nabung kuping?" susi menyandarkan tubuh dan kepalanya dibahu ari, membiarkan lelaki itu merangkulnya. semilir angin yang berhembus menerbangkan segala kesusahan, berganti dengan rasa nyaman yang sangat sulit untuk dijelaskan.

"besok, karena tadi dokter teddy bilang aku udah boleh pulang dan itu artinya kita bisa mulai nabung besok. siap-siap begadang keringetan setiap malam ya". susi tidak mengerti sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan tapi yang jelas mulai detik ini ia akan semakin membuka diri dan meletakkan kepercayaan penuh pada suaminya, belajar memahami bahwa pria dalam pelukannya saat ini bukan hanya seorang suami melainkan juga seorang boss. cemburu hanyalah bagian yang harus mereka rasakan dalam suatu hubungan sebagai bumbu pemanis dalam diri pasangan kita, dan susi memaklumi hal itu kini dia harus belajar menjadi dewasa. 

Boss Kampret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang