Ari melihat amplop coklat terletak diatas mejanya, tertanda nama Kartini disana. Dia tidak perlu membaca apa isi surat itu karena sudah jelas isinya hanya tentang formalitas karena sesungguhnya kemarin saat ia menolong wanita itu, adalah terakhir kalinya ia berada diperusahaan ini. Dan yah, Kartini memilih untuk berhenti bekerja menjadi sekretaris Ari walau pun terdengar tidak professional tapi tetap saja semua hal yang menyangkut dirinya pasti akan membawa masalah dalam hubungan bos nya itu. Keputusan Kartini sudah bulat, dia akan kembali pada Arsyad dan meminta agar pria itu tidak lagi menampakkan wajah dihadapan Ari atau siapapun yang mengenalnya disini. Urusan mereka sudah berakhir, sekarang hanya ada Ari dan kehidupannya seperti sedia kala.
Rasa penasarannya sudah terjawab, dan ia memang tidak ingin ikut campur masalah orang lain. Cukup lega dan terasa sangat ringan sekali pundak Ari, ia mendudukkan diri dikursi seperti biasa. Jangan ditanya kemana istrinya itu, sudah pasti sedang merumpi didapur kantor entah apa saja yang orang-orang itu ceritakan seolah tiada habisnya dan Ari tidak merasa terganggu sedikit pun. Selain karena ia tak mau merusak suasana hati istrinya yang belakangan sering berubah-ubah, dia juga tidak ingin tidur disofa hanya karena Susi kalah dalam permainan catur mereka. Menyebalkan!
"Sayang, aku mau makan pempek kapal selam. Ayo temenin". Wanita yang baru saja ia pikirkan muncul dari balik pintu dengan wajah berseri-seri, mungkinkah Susi melakukan sesuatu yang tidak ia ketahui kenapa wajah nya semakin terlihat bersinar. Cantik sekali, sesuatu telah berubahkah?
Ari melirik jam tangannya yang diberikan Susi sebagai kado empat tahun lalu, meski dengan harga diskon tapi sampai saat ini dia tetap memakainya sebagai bukti kalau ia memang sudah lama jatuh cinta pada sekretarisnya itu. Hanya saja ya kalian tahu sendiri sebelum ini mereka bahkan tidak pernah terpikirkan bisa menjadi sepasang suami istri.
"Kita baru aja sampe, dan belum ada dua jam sarapan. Kamu laper lagi? Seriously". Ari yang tadi menegakkan tubuh kini mengubah posisi menjadi bersandar, namun tatapannya intens tertuju pada Susi.
"Hmm, kayaknya pagi-pagi gini enak banget makan pempek ngirup cuko pedas. Ay lemak nian". Lidahnya berdenyut memecahkan liur hanya membayangkan saja, belum memakan langsung makanan khas kotanya itu.
"Pesan aja ya, nanti mereka antar kesini".
"Gak mau, harus beli langsung dari penjualnya sekalian mau cium bau khasnya juga". Oke, jadi ini hanyalah sebuah keinginan yang harus segera dipenuhi lagi oleh Ari kalau tidak mungkin Susi akan melakukan sesuatu yang anarkis seperti merajuk dan meraung misalnya, konyol sekali!
"Sayang, kamu tau aku ada pertemuan diluar kantor jam sepuluh nanti gak akan keburu kalo kita keluar sekarang".
"Aku mau kita beli pempek, sekarang sayang!" Susi mengatakan itu dengan nada pelan tapi tatapannya menusuk sekali membuat Ari bergidik, yang benar saja sejak kapan wanita itu memiliki wajah sadis yang dibuat-buat tapi sangat cute. Dan dia ketagihan ingin melihatnya, kalau ada orang yang tidak waras dari mereka berdua maka itu adalah Ari. No debat!
"Nanti bareng pas aku keluar rapat ya, jangan sekarang". Ari tidak menolak tapi ia ingin melihat sekali lagi tatapan menggemaskan Susi.
"Kamu dengar aku kan, sekarang sayang!!" Rasa menggelitik didalam perut pria itu membuatnya spontan tertawa lalu bangkit memeluk istrinya, mencium sekilas kening Susi dan mendekap erat tubuh itu.
"For Allah sake, kamu benar-benar membuatku ingin buka celana sekarang". Ari tertawa sendiri mendengar kalimat memualkan yang diucapkanya dengan kesadaran penuh, tapi bukankah memang ia selalu melewati batas kewarasan jika bersama Susi. Ya, memang begitu kodratnya kan.
"Sejak kapan kamu jadi mesum begini? Huh, aku ngajak kamu beli pempek bukan ngadon pempek. Gak ada bercinta dikantor ya, kalo pun ada nanti kalo kamu bikin kamar disini". Seharusnya Susi tidak mengatakan ide gila itu karena sekarang Ari ingin sekali mengabulkan perkataan Susi.
"Terima kasih idenya sayang, nanti kita buat kamar disini ya dan kamu harus menepati janji".
"Oke, tapi sekarang kita harus beli pempek. Sekarang!" Susi tidak membalas pelukan suaminya, tapi jantungnya berdebar kencang. Hell yah mereka sudah berdekatan setiap hari, setiap malam dan tiada hentinya tapi tetap saja tubuhnya selalu bereaksi seperti sekarang. Bucin mode on!
"Baiklah nyonya bos, kita berangkat sekarang. Harus selalu ada imbalan untuk setiap permintaan, setuju?" Susi tidak lagi menjawabnya, ia justru melepaskan pelukan mereka dan menatap gemas wajah Ari.
"Aku jadi curiga sebenarnya kamu ini reinkarnasi debt collector bukannya raja, kenapa suka sekali dengan imbalan". Lalu dengan tidak pedulinya wanita itu meninggalkan Ari yang ternganga karena mendengar perkataan istrinya, apa dia bilang? Reinkarnasi debt collector? Bukan raja? Sebaiknya Ari harus memberi jatah pada Susi untuk membatasi membaca novel romansa yang selalu membuat wanita itu berkhayal. Sialan! Jika pun dia benar-benar reinkarnasi, setidaknya jangan penagih hutang juga!
Oh ya sekarang dia sendiri yang merasa bodoh, lebih tepatnya dibodohi memangnya sejak kapan agamanya memiliki sejarah reinkarnasi.
Lelaki itu mengejar istrinya yang sudah duluan berada didalam lift tapi tidak menghiraukan Ari, mungkin setelah ini Ari akan lebih banyak memakai stok kesabaran yang sudah berkarat. Tidak penting kapan terakhir kali Susi menjadi gadis paling menyebalkan, karena mungkin inilah saatnya Ari menuai segala benih yang sudah ia tanam.****
Susi sangat menikmati hidangan didepan mata, sepiring pempek dengan bermacam-macam jenis lalu semangkuk tekwan dengan kuah mengepul dan es jeruk peras yang sangat menyegarkan, ini hanya Susi yang menikmati sungguh! Karena mari kita lihat betapa menderitanya wajah Ari yang ketika sampai ditempat ini, hidungnya langsung mencium bau-bau aneh yang menyengat dan juga mengaduk-aduk isi perutnya. Astaga! Semakin lama ia mencium aroma dari minyak goreng panas dan ikan khas yang sudah diolah menjadi pempek tersebut, maka semakin menjadi perut Ari serasa dikocok.
"Hmm, ini enak banget! Kamu gak mau nyobain gitu? Serius ini enak, coba deh cicip kuah tekwannya". Wanita itu memeras jeruk dan meneteskannya kedalam kuah tekwan, sialnya aroma itu menambah pening kepala Ari.
"Kamu aja yang makan, aku kenyang". Pria itu sudah tidak tahan lagi, kepalanya berdenyut dan rasa melilit didalam sana membuat ia beranjak keluar dan memuntahkan semua isi perutnya. Tolong jangan marah karena perilaku tidak sopan lelaki itu sudah memuntahkan sarapan tadi pagi tepat didepan warung makan, sayang sekali rasa mual itu terus bergejolak hingga membuatnya kembali mengeluarkan seluruh isi lambungnya sampai kedua matanya pun ikut berair. Susi yang menyusul melihat keadaan mengenaskan suaminya, mengurut leher pria itu sambil melihat betapa menyedihkan semua makanan malang itu terkapar begitu saja. Ini lagi satu kenapa manusia gini amat, yang dikasihani orangnya bukan muntahnya!
"Kamu sehat? Kok bisa muntah, kamu mubazir buang-buang makanan. Kasian tau". Telinga Ari jelas sehat luar dalam ketika mendengar kalimat menyebalkan yang keluar dari bibir istrinya, Ya Allah!
"Mana banyak banget lagi itu keluarnya, kamu kenapa sih muntah?" Astaga! Tolong siapapun suruh bibir mungil istrinya berhenti bicara sebelum ia pingsan disini karena tekanan dari dalam perut kembali menyerangnya. Wanita itu menatap prihatin kepada Ari tapi tidak ada rasa simpati sedikit pun didalam hatinya.
"Stop ngomong kalo kamu cuma bikin kepala aku tambah sakit, kita pulang sekarang ya". Dia tidak kuat lagi berdiri jadilah ia berjalan meninggalkan Susi yang masih saja menatap bekas muntah suaminya, luar biasa kasihan! Ari membuka mobilnya mengabaikan Susi yang kembali masuk kewarung, yang Ari tahu dia sangat-sangat kesal karena ternyata wanita itu kembali duduk melanjutkan makan pempek sialan yang sudah membuat Ari kehilangan nafsu makan. Dia sudah dinyatakan sembuh seratus persen oleh dokter, gejala tipus yang dia alami juga tidak separah itu lalu ini kenapa?
Ari melipat kedua tangannya menunduk kepala ke setir mobil, pria itu mengeluh karena perasaan campur aduk yang kini dia rasakan.
Tapi ia kembali mendongak melihat Susi yang sedang bicara pada pemilik warung, sambil tertawa. Haruskah Ari memberi pengumuman kalau istrinya satu itu sangat manis dan menggemaskan jika tertawa malu-malu, astaga sejak kapan dia secinta ini pada Susi. Dari kemarin juga dia sudah jatuh cinta tapi kali ini rasanya sedikit berbeda, seperti ada magnet yang menariknya untuk terus menatap wajah cerah Susi seperti langit yang menunjukkan kuasa pagi menjelang siang ini.Dia ingat dulu pernah menulis kata-kata untuk Susi sebelum mereka menikah tapi tak pernah tersampaikan pada wanita itu karena kehadiran Chika. Lalu sekarang Ari tersenyum penuh kebucinan sambil bergumam sendiri.
"Aku adalah mega yang akan selalu menaungi dirimu dimana pun kamu berada".
![](https://img.wattpad.com/cover/255083709-288-k748471.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Kampret!
HumorPERINGATAN! Kalo kelen bukan penyuka drama, bucin parah, dan juga menye-menye mending jangan mampir karena disini bakal penuh sama kebodohan karakter utama. ARI-SUSI Kita ini berumah tangga, bukan lagi main ular tangga yang bisa lempar dadu sana si...