25

2.1K 248 22
                                    

Rooftop cafe tempat yang mereka datangi siang ini cukup ramai pengunjung, karena sekarang memang jam nya makan siang jadi wajar kalau ada banyak orang yang silih berganti datang.
Ari membiarkan Susi memilih tempat duduk untuk mereka, melihat dari antusias di wajah istri nya itu Ari tahu kalau Susi menyukai tempat ini. Selain dari lokasi nya yang berada di pertengahan kota, penampakan kota Jakarta pada siang hari menawarkan panorama yang membuat adrenalin terpacu. Apalagi Susi termasuk perempuan yang menyukai ketinggian, terasa ada sensasi yang berbeda setiap kali ia berdiri di dekat pagar pembatas sambil melihat ke bawah. Dia menyukai kencang nya angin yang bertiup menerbangkan rambut nya serta mengeringkan gigi saat tersenyum, semua itu adalah hiburan sederhana bagi nya.
Ari menyentuh tangan Susi yang berpegang pada pagar besi itu sambil memperingati agar jangan terlalu menyandarkan tubuh. Bukan hal yang bagus untuk di bayangkan bagaimana hancur nya jika sampai terjatuh ke bawah. Tragis!

Selesai menikmati deras nya angin, Ari menuntun wanita itu agar duduk ke tempat mereka. Menyantap makan siang yang tidak terlalu wah tapi cukup mengganjal rasa lapar di perut.
Sampai Susi menyadari satu hal yang membuat wanita itu menghentikan gerakan menyuap tangan Ari.

"Kenapa?"

"Kamu gak suka makan bawang bombay kan? Kok pesan onion ring?"

Ari tersenyum kemudian menjawab pertanyaan Susi dengan santai nya.

"Kemarin pas di Surabaya, Kartini selalu pesan onion ring ternyata rasa nya lumayan enak. Aku jadi penasaran pengen makan sendiri, beneran enak sih."

Pria itu kembali menyuapkan makanan ke mulut, sambil memuji rasa nya yang enak tanpa melihat bagaimana raut Susi sekarang. Ari sangat menikmati setiap potongan bawang berbalut tepung crispy tersebut, melupakan bahwa ada hati yang kembali di landa cemburu karena nama yang sama.

Susi menatap suami nya yang makan dengan lahap tanpa memikirkan bahwa ucapan pria itu tadi sungguh menyinggung perasaan nya, selama ini Susi sangat tahu kalau Ari bukan lah penyuka bawang. Sangat sulit bagi nya meyakinkan Ari agar mencoba tapi tidak berhasil. Setiap mereka memesan makanan, Susi selalu memeriksa apakah ada makanan yang bisa membuat lelaki itu marah karena ketidak becusan Susi dalam mengurusi nya. Bahkan meskipun mereka sudah menjadi suami istri, Susi tetap memikirkan menu masakan yang tidak akan membuat Ari keracunan atau pingsan karena alergi.

Lalu sekarang dengan mudah nya Kartini membuat Ari yang sangat benci bawang menjadi pencinta onion ring. Tidak terjadi apapun di luar sini, tapi dalam hati Susi sedang terjadi badai yang memporak-porandakan seluruh perasaan nya. Dia jelas kembali merasa tersaingi, Ari adalah suami nya namun ia tak berhasil membuat lelaki itu mau makan bawang lalu Kartini yang bukan siapa-siapa membuat Ari menambah porsi onion ring saat makan siang. Menyesakkan sekali rasa hantaman di dalam sini.

"Kartini baik banget ngajarin kamu makan onion ring. Aku aja gak bisa." Susi mengatakan nya dengan suara yang sangat pelan, hampir tidak terdengar tapi Ari hanya menanggapi nya dengan sebuah senyuman tulus.

"Mulai sekarang, kamu gak perlu sungkan masak makanan yang berbahan bawang begini. Karena aku udah suka, gak terlalu buruk kok."

Wanita itu hanya tersenyum kecut membalas tatapan Ari dengan perasaan campur aduk, kalau sudah begini bagaimana dia bisa mempercayai tentang keberadaan Kartini yang tidak mungkin bisa menimbulkan masalah dalam rumah tangga mereka.

Kembali dalam keheningan yang menyudutkan Susi, ia menyudahi makan siang yang terasa sangat hambar dan pahit. Belum hilang perasaan cemburu kemarin, hari ini sudah bertambah lagi.

Ia menatap ke samping menikmati deras nya angin, berharap kalau sesuatu yang tak kasat mata melukai perasaan nya dapat hilang bersamaan hembusan angin. Dia terlalu naif untuk menjadi seorang istri yang baik dan mampu berpikiran positif.

💮💮💮

Mereka terjebak macet selama setengah jam baru bisa sampai di kantor, tidak ada obrolan atau percakapan yang berarti di antara kedua orang itu. Mereka lebih memilih menikmati lantunan lagu bruno mars, dari pada mengobrol. Mungkin karena salah satu dari mereka mulai merasa tertekan dengan kegundahan hati yang tak kunjung hilang.

Ari memeluk pinggang Susi saat mereka memasuki pintu utama, melewati meja resepsionis sampai depan lift dengan menebarkan senyum ke arah staff yang mereka temui. Sebagai bentuk sopan santun dalam etika, banyak orang yang menganggap remeh tentang sebuah senyuman. Padahal jika mereka tahu, senyum kepada orang yang lebih tua atau kepada atasan itu adalah bentuk hormat kita. Tidak hanya menunjukkan ke-ramahan namun juga menampilkan sisi positif yang kita bagikan pada orang lain tanpa peduli mereka membalas senyum atau tidak.

Pintu lift akan tertutup saat Ari menghentikan nya karena melihat Kartini yang kesulitan berjalan karena luka di kaki nya, pria itu hendak membantu namun lintasan bagaimana Susi menampar gadis itu membuat nya mengurungkan niat. Dia hanya menahan pintu besi tersebut sambil menunggu Kartini mendekat, Susi yang tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa hanya bisa mengalihkan pandangan nya.

"Saya sudah bilang untuk libur dulu, tapi kamu masih keras kepala." Kata Ari memandang kasian sekretaris nya itu.

"Akan jauh lebih baik kalau saya tetap bekerja dari pada makan gaji buta."

Susi hanya melihat pantulan diri mereka bertiga dari pintu besi itu, seolah merasa dejavu saat pertama kali berpapasan dengan Chika saat itu. Membawa nya kembali pada kejadian di waktu Ari meminta nya agar tidak membersihkan ruangan kerja, mereka juga berada dalam lift yang sama meski perempuan itu bukan lah Chika melainkan Kartini. Susi merasakan genggaman erat di tangan nya, spontan kepala wanita itu berpaling melihat wajah Ari yang menatap lurus kedepan. Seolah mengerti apa yang sedang Susi pikirkan, Ari mengusap pelan punggung tangan Susi menggunakan jempol nya. Menyalurkan rasa hangat dan ketenangan dalam diri Susi, meski tak sepenuh nya menghilangkan keresahan.

Boss Kampret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang