Suara tangisan menggema diseluruh ruangan, tepatnya dikamar Ari dan Susi. Pria itu sedang berjalan mondar-mandir mengacak rambutnya, merasa kesal sendiri karena sejak tadi bayi berusia lima bulan itu tidak mau berhenti menangis. Dan sekarang habislah dia kalau Susi tahu, sejak putra mereka lahir Ari jadi lebih takut pada istrinya karena keganasan Susi meningkat pesat. Ditambah lagi yang memang anak mereka sepertinya sangat senang menyiksa sang ayah.
"Kamu apain tuh anak? Dari bawah suara nya kencang banget, kamu cubit ya?". Suara itu membuat jantung Ari mencelos, tapi dia spontan menggeleng tidak terima dituduh yang bukan-bukan. Susi mendekat sambil membawa sepiring buah-buahan, segelas jus semangka meletakkannya diatas meja lalu mendekati bayi laki-laki yang sedang merengek tersebut.
Melihat wajah ibunya, anak itu diam bahkan tertawa. Ari mengumpat dalam hati karena menyaksikan itu semua dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana bisa anak umur lima bulan mengerjainya seperti ini. Kalau-kalau dia lupa, bahwa putranya itu bibit unggul.
"Aku gak apa-apain yang, sumpah! Itu anak kamu kalo nangis kayak kesetanan, bikin ayahnya kena marah terus".
"Anak aku? Bukan anak kamu juga. Lagian udah tahu nangis bukannya digendong malah dibiarin tiduran, jadi suami gak peka, gak romantis sekarang jadi ayah bodoh. Maunya apa sih?" Sudah Ari duga ia pasti disalahkan lagi, entah dimana letak ketidak pekaan pria itu sampai membuat Susi marah. Ia menutup rapat bibirnya saat kedua mata Susi menatap sinis kearahnya, rasa bersalah kembali merayap keseluruh tubuh Ari.
Susi menggendong anak mereka, membuka dua kancing teratas daster yang ia pakai kemudian memberikan asi pada bayi mungil itu. Terlihat dia sangat kehausan, memberikan tatapan polos yang sangat disukai Susi. Momen seperti ini tidak akan terulang kembali jadi dia ingin menikmati masa-masa menyusui dan menjaga anak mereka dengan sepenuh hati, melihat dia tumbuh dewasa nanti adalah suatu anugerah yang tiada banding. Ari melihat siluete istrinya yang berjalan kearah jendela dan duduk disingle sofa, sangat cantik dengan rambut acak-acakan yang sedikit memanjang dan senyum tulus yang wanita itu berikan pada buah hati tercinta adalah pemandangan terindah sepanjang hidupnya. Melupakan permasalahan diantara mereka yang sejak dua bulan terakhir, entah Ari memang bodoh atau dasarnya tidak peka dengan keinginan sang istri.
Tepat saat usia putra mereka tiga bulan, pernikahan mereka berdua berumur satu tahun. Dan Ari tidak memberikan kejutan apapun pada Susi, disaat wanita itu berharap jika suaminya akan memberikan hadiah setidaknya makan malam romantis harus pupus karena dua bulan berlalu tidak ada kejutan yang ia berikan. Susi kesal dan marah, bahkan tanpa memberi tahu Ari dia mendiamkan suaminya mengabaikan pria itu, bersikap seolah Ari tidak ada diantara mereka berdua. Yang mana itu membuat pria itu ingin menenggelamkan diri kelautan piranha, dia sangat tidak mengerti kenapa perempuan selalu membuat hal sepele menjadi rumit. Hal sepele yang dipikirkan oleh Ari adalah sangat besar dan berarti bagi Susi, itula perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Mereka tidak sepemikiran jika menanggapi suatu hal, sekarang Ari harus bertahan dirumah sendiri tanpa rasa pedulii dari istrinya.
Pria itu mendekati Susi kemudian mengusap kepala wanita itu, lalu menciumnya.
"Kalo kamu terus diemin aku kek gini, aku gak akan pernah tahu apa keinginan kamu yang. Kamu tahu kan gimana aku? Kamu gak bisa pakek kode-kode sama aku, karena aku gak akan ngerti." Ari berlutut menyentuh pipi Susi yang terasa hangat, berusaha menyelesaikan masalah diantara mereka yang seharusnya tidak perlu berlarut-larut selama ini. Dia bahkan bertanya pada Arifin apa yang sebenarnya membuat wanita marah tiba-tiba tanpa tahu penyebabnya, dan Arifin pun menjawab kalau jatah diranjang kurang. Astaga! Ari ingin mengetuk kepala pria itu dengan palu agar tidak selalu berpikiran mesum, virus mesum Susi sekarang sudah menular kepada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Kampret!
HumorPERINGATAN! Kalo kelen bukan penyuka drama, bucin parah, dan juga menye-menye mending jangan mampir karena disini bakal penuh sama kebodohan karakter utama. ARI-SUSI Kita ini berumah tangga, bukan lagi main ular tangga yang bisa lempar dadu sana si...