05

4.4K 398 104
                                    

Esok harinya, Ari dan Susi sudah kembali hidup normal meskipun Susi lebih banyak menghindar bertatap muka dengan Ari karena pasal semalam. Setelah pria itu mandi, mereka memang beribadah bersama namun saat hendak tidur Ari justru diam saja tanpa melakukan apapun. Susi yang memang belum siap hanya bisa bersikap seolah tidak terjadi apapun, bahkan ketika ia tahu Ari sudah terlelap dengan cepat ia mengganti pakaian laknat itu dengan piyama tidur biasa. Memalukan!

Pagi ini Susi tidak masak banyak, karena Ari akan ada janji temu diluar kantor. Ditambah lagi ini hari pertama sekretaris baru yang sudah Rega seleksi kemarin, mereka melakukannya sangat cepat karena memang Ari membutuhkan tambahan pekerja untuk meringankan tugas Susi.

Biarlah nanti sekretaris baru yang akan mengatur semua pekerjaannya, dan Susi hanya menemani kemana pun Ari pergi. Well, he is the bigboss!

Setelah sarapan pagi tanpa banyak melakukan pembicaraan, pasangan suami istri itu berangkat kekantor bersama.
Masih dilingkupi rasa canggung, malu dan menyesal mereka memilih untuk bungkam dan membiarkan Dua Lipa bernyanyi mengiringi perjalanan mereka, We're good judul lagunya.
Kalau sudah lagu dengan penyanyi internasional, tentu itu karena Ari termasuk salah satu penggemar lagu barat. Berbanding terbalik dengan Susi yang lebih mecintai produk lokal.

Sesampainya diparkiran khusus staff, Ari membukakan pintu untuk Susi dan memberikan kunci mobilnya pada satpam yang sudah menunggu kedatangan mereka sejak tadi.

Pemandangan yang hampir setiap hari mereka lihat dimana Ari akan melingkarkan sebelah tangannya dipinggang Susi, satu lagi digunakan untuk menekan lift menuju lantai sepuluh dimana ruangan mereka berada.

Senyum dan sapaan sudah menjadi makanan mereka berdua sehari-hari hingga Susi menyadari satu hal, kepala nya spontan menoleh kebelakang melewati bahu Ari menatap perempuan berpenampilan sederhana namun sangat elegan dengan gaya rambut pendek khas tomboy. Ia mengernyitkan alis ketika menyadari wanita itu juga menatap balik kearahnya, hingga Ari menggiring tubuhnya masuk kedalam lift barulah tatapan nya teralihkan.

"Kemarin Rega udah nerima orang baru kan?" Tanya Susi yang penasaran karena melihat sosok perempuan tadi. Wajah dingin itu membekas dalam ingatan nya, bukan karena mereka pernah bertemu namun ia sendiri tak tahu kenapa ia tak mau berhenti mengingatnya.

"Udah, saya sudah minta Rega menelpon orang itu. Dan hari ini dia sudah mulai bekerja." Jawab Ari santai tanpa tahu bagaimana raut wajah Susi yang terlihat sedikit berbeda.

"Kenapa?"

Susi menoleh kearah Ari, tanpa berkata sepatah kata pun ia memeluk tubuh tegap pria itu dari samping. Membuat Ari kebingungan sendiri dengan sikap Susi yang sering berubah-ubah tanpa sebab.

"Gak papa, nanya aja. Saya cuma takut nanti sekretaris bapak yang baru lebih menarik dari saya."

Ari melepaskan pelukan Susi, menarik dagu perempuan itu agar menatapnya. Tersenyum penuh kehangatan, mereka sudah menikah tidakkah itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Susi menghilangkan pemikiran buruk tentangnya saat bersama Chika dulu.

"Kamu! Cuma kamu yang menarik dimata saya, kamu adalah tempat dimana saya wajib untuk pulang."

"Jadi bapak pulang ke saya cuma karena kewajiban?" Ari menggeleng tidak membenarkan perkataan Susi.

"Bukan cuma sekedar kewajiban, tapi memang sebuah keharusan. Kamu adalah surga saya, tempat dimana seharusnya saya berteduh."

Mendengar kata-kata Ari membuat hati Susi mengembang senang sampai kelubang hidung pun ikut kembang-kempis.

Ia kembali memeluk Ari tanpa peduli bahwa pintu lift sudah terbuka sejak tadi dan disana, sudah ada sepuluh pasang mata menyaksikan bagaimana Susi bertingkah manja pada boss mereka.

Suara deheman menyadarkan Susi dari keterlenaannya, ia menoleh kesamping mendapati Arifin yang menatap geli dirinya, Rani dengan mulut setengah terbuka dan Winda yang menaik-turunkan alisnya menggoda pasangan suami istri itu. Yang lainnya hanya berpura-pura tidak tahu meski masing-masing mereka menyembunyikan senyuman.

"Iyee dah yang kantor punya dia, pelukan mah bebas!" Ucap Arifin sambil berlalu meninggalkan Ari yang juga menahan malu.

"Gue mah pura-pura buta aja kali ya, biar gak dosa!" Rani menimpali ucapan temannya itu kemudian melanjutkan langkah kembali ke biliknya.

"Gue sih yakin, gak lama lagi gendong dede emes kalo gini terus modelannya."
Secepat kilat dia meninggalkan Susi dan Ari sebelum mendapat tatapan horor dari atasannya tersebut.
Memang dasar gak ada yang beres, ya begini aja udah!






Ari membolak-balikkan kertas ditangannya sambil melirik kearah orang dihadapannya sesekali. Kemudian meletakkan kembali map tersebut, menyandarkan tubuh menatap tanpa ekspresi sekretaris barunya itu.

"Rega sudah menjelaskan sama kamu kan gimana cara kerja nya?" Pertanyaan pertama yang sejak tadi wanita itu tunggu, karena dua kali dia datang keperusahaan ini hanya tatapan menyelidik dan penuh kecurigaan yang dia dapat.
Kemarin pria bernama Rega, sekarang dia yakin bahwa laki-laki yang sedang memandangnya dengan kerutan dialis itu adalah seorang boss.

"Iya pak, pak Rega sudah memberi tahu detail pekerjaan saya." Jawabnya singkat tanpa ekspresi apapun, membuat Ari bertanya-tanya ada masalah hidup apa perempuan ini hingga tak bisa tersenyum barang sedikit pun.

"Baiklah kalau begitu, kamu bisa mulai bekerja hari ini dan atur ulang jadwal pertemuan saya selama seminggu kedepan. Minta tunjukkan sama Rani, dimana ruangan manager keuangan. Ambil laporan bulan ini, periksa dan berikan kepada saya setelah kamu cek ulang semua nya. Bisa?"

Gadis itu hanya bisa mengangguk tanpa suara membuat Ari jengah sendiri, kenapa Rega harus memilih patung berjalan seperti ini untuk menjadi sekretarisnya kalau pun tidak bisa seperti Susi yang suka tersenyum, setidaknya jangan yang irit bicara. Tanpa basa-basi lagi, perempuan itu pamit undur diri mengerjakan tugasnya meninggalkan Ari yang menatap prihatin kepadanya.

Mungkin dia melewati hari berat sepanjang hidupnya hingga untuk tersenyum pun terasa sangat sulit.
Pria itu menatap layar ponselnya dimana ada pesan dari Susi. Seketika senyum diwajahnya mengembang senang, katakanlah dia pria budak cinta karena baru beberapa jam ditinggal oleh Susi sudah merindukan istrinya itu.

Kedatangan Regina tiba-tiba kekantor menjemput paksa Susi untuk menemaninya pergi ke perkumpulan sosialita membuat Ari protes tak mau ditinggalkan. Ada rasa tidak rela dia membiarkan ibunya sendiri menculik Susi walau pun hanya sampai jam makan siang, namun tetap saja pria itu merasa kesepian.

Ia menoleh kesamping dimana jarak mejanya dan meja Susi tak sampai satu meter berada, biasanya perempuan sedang memainkan ponsel sambil menggerutu karena Ari tak memberikannya pekerjaan dan malah menyuruhnya duduk saja. Namun begitulah cara dia agar Susi tak hilang dari jarak pandang, hanya dengan melihat wajah Susi pun kelelahan Ari akan sirna tanpa bekas.

Belum sempat ia tadi membalas pesan Susi, kini wanita itu kembali mengirimkan pesan gambar sedang berpelukan bersama ibu Ari sambil tertawa bahagia.

Betapa ia sangat mencintai Susi lebih dari apapun, bersyukur karena Susi sangat pandai mengambil hati keluarga besarnya dengan kesederhanaan dan semua keterampilan yang dia miliki dalam menyambut pelukan kedua orang tua Ari, sudah menunjukkan bahwa Susi menerima nya sepenuh hati.

Matanya kemudian tak sengaja melihat kearah layar komputer dimana semua CCTV termonitor dari ruangan Ari, salah satu pemandangan yang cukup mengundang perhatian Ari adalah dimana sekretaris barunya itu tengah duduk terdiam sambil menatap tanpa ekspresi.

Membuat pertanyaan konyol itu kembali terlintas di benakknya.

"Mungkin dia lagi banyak hutang makanya gak bisa senyum."

Ari menggeserkan mouse dan menutup halaman komputernya, sepertinya dia harus menyusul Susi sebelum rindunya menggebu-gebu karena tak bisa mendengar tawa perempuan itu.
Pria itu bergegas meninggalkan ruangannya, keluar ruangan dan berhenti sejenak untuk melirik sekali lagi bilik Susi dulu yang ditempati oleh karyawan barunya itu dengan tatapan prihatin, setelahnya melanjutkan langkah tanpa tahu bahwa orang itu juga bisa merasakan tatapan dari sepasang mata Ari barusan.

Boss Kampret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang