09

2.9K 291 13
                                    

Susi baru saja selesai menjelaskan isi surat kerja sama dengan perusahaan Antariksa Grup, menunggu respon pria yang sejak tadi memandangnya dengan tatapan yang sangat sulit untuk wanita itu artikan. Selama rapat berlangsung, Susi berusaha keras untuk mengingat kapan mereka pernah bertemu selain dari kemarin. Hingga dia menyadari bahwa pria itu adalah ayah dari anak yang dia tolong waktu itu, jadi bisa dipastikan kalau gadis kecil kemarin anak yang dia selamatkan.
Pantas saja ia merasa tidak asing ketika melihat bekas luka gadis itu, ingatannya memang buruk.

Ari berdehem keras membuat semua orang menatapnya namun pria itu bertingkah seolah tidak ada maksud tersembunyi dari suara batuk nya tersebut.

Radi yang memang sejak tadi sangat memperhatikan bagaimana Susi bicara dan menerangkan semua ketidak pahamannya tentang isi surat tersebut hanya bisa mengusap tekuknya lalu menatap wajah orang-orang yang mengikuti pertemuan ini kemudian tersenyum.

"Maaf sepertinya saya terlalu terpesona dengan kepiawaian sekretaris anda, hingga tidak menyadari kalau rapat kita seharus nya sudah selesai."

Ari memandang wajah lawan bicaranya itu tersenyum masam, bukannya dia tak memperhatikan kalau lelaki itu sejak tadi hanya memperhatikan Susi tanpa berkedip sedikit pun. Kenapa dia tidak mengajak Kartini saja tadi.

"Ya, kalau anda belum ketinggalan berita, dia adalah istri saya juga."

Radi sedikit terkejut mendengarnya, namun masih tetap tersenyum mengurangi denyutan yang membuat hatinya sedikit tercubit.

Beberapa dari mereka terkekeh mendengar perkataan Ari, mereka yang tertawa tentu saja sudah mengenal bagaimana eksistensi pasangan couple goals itu sejak dulu.

"Anda terlambat jika ingin mendekatinya karena pak Ari sudah lebih dulu menikahinya." Candaan itu sama sekali tidak lucu bagi Susi, namun ia ikut tertawa demi menghilangkan gelenyar aneh yang merambat kehatinya ketika dia menyadari bahwa tatapan Radi menunjukkan kecewa. Atau cuma sekedar perasaan Susi saja belakangan ini banyak sekali ekspresi wajah orang-orang yang dia temui menampilkan sesuatu yang sedikit mengganggu namun dia tak bisa menjelaskan apa itu.

"Baiklah, sepertinya saya memang terlambat. Sekretaris saya sudah mengirim syarat dan ketentuan kerja sama kita, anda bisa mengecek nya. Dan sekali lagi terima kasih karena sudah percaya pada perusahaan kami, pak Ari."

Radi berdiri dan mengulurkan tangan pada Ari yang juga ikut membalas jabatan tangan pria itu.

"Saya harap anda benar-benar menjalin hubungan kerja tanpa berniat melirik istri saya lagi."

Ari mengatakannya dengan raut wajah penuh keseriusan namun orang-orang kembali menganggap itu hanya sebuah candaan, Radi pun ikut terkekeh tak ingin membuat suasana diantara mereka jadi canggung.

"Anda tidak perlu khawatir, karena saya pun pria beristri."

Ari lebih dulu melepaskan genggaman tangan mereka, kemudian memberi isyarat pada Susi agar segera mengikutinya. Tak ingin menambah kekacauan, akhirnya Susi pun sedikit berlari mengejar langkah Ari meninggalkan Radi yang masih tersenyum menatap kedua orang itu.

"Cantik."

💮💮💮

Setelah mereka sampai dikantor mereka, Ari langsung menghempaskan diri ke sofa, mengendurkan dasi nya yang terasa mencekik karena kembali teringat bagaimana pria itu menatap Susi dengan tatapan memuja.

"Heh, pria beristri! Kalau sudah punya istri kenapa masih melirik istri orang! Bodoh." Gumamnya sendiri yang mampu didengar oleh Susi, wanita itu tak banyak bicara sejak mereka keluar dari sana. Membuatnya jadi salah tingkah sendiri, sudah lama ia tidak melihat Ari mengumpat seperti ini.

Boss Kampret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang