20.

15 10 0
                                    


Seoul, 29 Agustus pukul 22.30 KST.

Malam mencekam ini terasa menyedihkan saat Farrel merasakan laju mobilnya bertambah cepat. Ia lirik Woojin-hyung yang sedari tadi mengumpat dan tak henti menginjak pedal gas mobil. Lelaki yang lebih tua dua tahun darinya ini tak lelah meracau acak, meminta soju dan kawan kawannya setelah menghabiskan 7 botol sendirian. Gila memang.

"Hyung!"

Farrel ada salahnya juga, sih. Bagaimana bisa membiarkan orang mabuk berat mengendarai mobil yang sudah pasti berakhir seperti ini. Awalnya Farrel hendak mengantar Woojin-hyung pulang saat tak sengaja melihat orang itu berjalan sempoyongan di tepi jalan. Sial Woojin malah mendorong kasar Farrel dan mengambil alih setir kemudi mobilnya. Beruntung Farrel bisa masuk bukannya ditinggal di jalanan begitu saja.

"Wiheomhae, hyung!"

"Nan sangkwan eopseo! Na soju jwo!"

Tangan kanan Woojin mengusap kasar wajah yang berantakan itu. Matanya menyiratkan kemarahan yang luar biasa.

"Shit!"

Tangan Farrel terasa sakit luar biasa saat Woojin berhasil memelintirnya. Woojin itu biasa berbuat kasar pada seseorang, hingga berbuat seperti ini saja mampu membuatnya menang seketika.

Namun Farrel tak menyerah. Sesakit apapun tangannya Farrel harus bisa menghentikan Woojin jika masih mau menginjak tanah setelah ini.

"Hyung juggo sipeo?!"

Bentakkan Farrel nyatanya dibalas dengan bogeman keras di pipi. Keras dan kuat hingga Farrel menunduk kesakitan. Sial! Niatnya ingin menolong, malah di ajak mati seperti ini.

"Yak!"

Farrel menghela napas sebentar. Teriak sekeras apapun tak ada gunanya karena orang mabuk manapun berada di bawah kendali. Farrel mengumpulkan tenaga. Ia tak mau mati sia sia karena orang menyebalkan di sampingnya ini.

Bugh!

Tepat pada tulang pipi Woojin hingga Woojin menabrak kaca di sebelahnya.

"Good."

Woojin sepertinya hampir pingsan saat ini. Jadi, saat suasana sedang memihaknya Farrel berusaha menyeimbangkan laju mobil yang sedari tadi oleng tak tentu arah. Sontak matanya melebar melihat satu pejalan kaki yang tengah menyebrang di jalan depan.

Hanya perlu satu detik lagi Farrel berhasil menginjak rem mobil. Sial Woojin tiba tiba bangun dan menonjok balas mukanya. Farrel biarkan karena tujuan utamanya membuat mobil yang melaju cepat ini berhenti, agar tak ada yang terluka di malam sepi ini.

Sayang semua terjadi sekedip mata. Hantaman keras memekakkan telinga terdengar saat setir kemudi ia putar sembarang arah begitu saja. Naas orang di depan tadi tersenggol mobilnya, hingga terpental kurang lebih lima meter dari mobilnya berhenti. Waktu seakan berhenti. Mempersilahkan cairan bernama darah itu masuk dalam indra penciuman yang berada di sana.

Tubuh Farrel yang terbanting ke depan setelah menabrakkan mobil pada pagar pembatas jalan ditegakkan sebisa mungkin. Bau anyir darah ini benar benar memuakkan hidungnya.

"Lo bener bener pengen mati, hyung," geramnya sembari menetralisir sakit luar biasa di kepalanya. Ia sentuh pelipisnya sejenak. Ck. Darah.

Pintu mobil ia buka. Berusaha berdiri walau berakhir jatuh di jalan. Kakinya bahkan tak bisa menopang tubuhnya saat ini.

Tak peduli.

Farrel berusaha kembali berdiri dan berjalan tertatih menuju orang yang tak bersalah itu. Woojin hyung benar benar gila.

EcstasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang