22.

6 3 0
                                    


Hari Rabu. Walau malas bertemu Jack yang notabene-nya duduk sebangku dengan Iva, Iva harus tetap pergi sekolah. Karena Jack bukan satu satunya hal yang ia temui di sana.

Seperti sekarang, jam istirahat kedua dengan Iva yang berjalan lebih dulu menuju kantin. Jack dibiarkannya mengejar di belakang.

"Tungguin gue, dong."

Iva hanya melirik Jack yang telah berdiri di sampingnya.

"Gue 'kan udah minta maaf, Va. Ngambeknya udahan, ya?"

"Bodo."

Jack berdecak. "Gue beliin es krim, deh. Sepuluh sekalian."

Iva masih diam.

"Dua puluh? Tiga puluh?" Masih belum menyerah.

"Jauh jauh sana, ah. Malu jalan sama orang yang babak belur di mana mana."

Jack berhenti. Mendadak kesal pada Farrel yang membuat wajahnya seperti ini. Tak terlalu banyak lebam, sih. Namun tetap mendapat lirikan tak suka dari banyak siswa. "Dia yang mulai duluan,"

"Nggak nanya."

Jack kembali menyusul Iva. "Kan siapa tau lo kepo." Ia menatap sekitar. "Ke kantin? Biasanya gue tarik tarik aja nggak mau. Ada angin apa, nih?"

Abai. Malas menanggapi Jack yang entah kapan bisa diam.

"Iva,"

"Eh? Iya Bu ada apa?"

Bu Eka, orang yang memanggil Iva tersenyum bahagia. "Bisa bicara?"

"Tentu bisa, Bu." Iva tatap Jack berharap mengerti harus pergi dari sampingnya. Jack mengangguk lalu berjalan menunggu beberapa meter di depan. Iva tatap lagi Bu Eka. "Ada apa ya Bu?"

"Sekolah udah mulai bahas program pertukaran pelajar tahun ini. Kamu jadi kandidat salah satu siswa dari program ini, Va. Selamat."

Iva tersenyum senang. Rasa kesalnya lenyap begitu saja. Begitu bahagia hingga beban di pundaknya terasa hilang seketika.

"Beneran Bu?" tanyanya setengah tak percaya.

"Iya, siswa yang ikut program ini akan diumumkan resmi Senin depan. Beruntung masih bekerja sama dengan sekolah yang kamu inginkan, Seoul, Korea Selatan."

Iva mengerjap terharu. "Makasih infonya, Bu. Ini yang saya tunggu dari lama."

Bu Eka menepuk pundaknya. "Selamat, ya. Cari tahu semua yang bikin kamu khawatir di sana." Iva mengangguk mantap. "Ibu duluan,"

"Sekali lagi terima kasih banyak, Bu."

Bu Eka mengangguk. Pergi meninggalkan Iva yang berlari senang menghampiri Jack. Ditarik menuju samping perpustakaan. Tempat dimana tak banyak siswa berlalu lalang di sana.

"Gue berhasil Jack, gue berhasil!" Bangga Iva dengan senyum yang tak pernah luntur dari bibirnya.

"Berhasil apa?"

"Ikut program pertukaran pelajar!"

Sebentar. Dari masuk sekolah sampai hari ini, Jack tak tau tuh kalau Iva ikut program begituan. Ck. Teman apaan yang nggak mau cerita sekalipun perihal sekolah. Tapi mumpung Iva lupa dan tak menunjukkan perilaku ngambeknya, lebih baik ikut senang walau tak tau apa apa.

"Wah, dimana tuh?"

"Seoul,"

Jack menyerngit. "Jadi gue baru pindah di sini lo mau pergi ke sana, gitu?" tanyanya kesal. Meski begitu ia ikut tersenyum. Melihat Iva bahagia adalah suatu kebahagiannya juga. "Cukhae,"

EcstasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang