9

30 10 7
                                    

Vote dulu sebelum baca ya
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading





Dita pov

Hari ini Gisel nampak berbeda, tak seperti biasanya yang selalu nampak ceria dan tadi pagipun sebenarnya aku mengamatinya dari balik pilar koridor, aku sempat berfikir ingin menemuinya tapi ia bersama kak Adam sepupuhku. Sebenarnya aku sangat kasihan kepada keadaannya saat ini, tapi rasanya aku harus menahan diri untuk menanyakan apa penyebab Gisel murung, sampai jam mata kuliah berakhir.

Mataku sama sekali tak fokus melihat ke arah dosen yang ada di depan sana, fokusku hanya berada pada Gisel yang semakin lama terlihat lesu.

"Stttt... Sel." Gisel menoleh ke arahku, dan menampilkan ekspresi seperti bertanya ada apa?

"Lo kenapa, kok lesu dari tadi." Gisel hanya menggeleng tanda ia tak apa-apa. Aku tau Gisel tak semudah itu untuk membagikan kisah hidupnya kepada orang lain. Walaupun aku dan dia adalah sahabat dari kecil, tapi Gisel masih tak bisa terbuka kepadaku.

Akhirnya Bel yang aku nantikan berbunyi, aku melihat Gisel buru-buru merapikan buku-bukunya. Aku yang melihat itu, segera menyusul Gisel.

"WOI SEL, LO MAU KEMANA?" Teriakanku menggema, disetiap penjuru lorong, masa bodoh dengan orang-orang yang melihatku. Akhirnya Gisel menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arahku yang masih mengatur napas yang memburu.

"Gue mau pulang, lo mau main ke rumah gue?" Aku mengangguk antusias, pikirku sudah lama aku tidak bermain ke rumah Gisel karena akhir-akhir ini tugas kuliah yang sangat banyak.

"Tapi kita nunggu Pak Pardi dulu ya."

"Oke." Aku pun, menyetujui permintaannya.

Aku mendengar suara notifikasi dari ponsel Gisel, dan sekilas aku melihat nama Satria terpampang di layar ponselnya. Aku melihat raut wajah gisel berubah menjadi sangat kesal, aku mencoba bertanya kepadanya.

"Muka lo kenapa?" Dia terkejut ketika aku bertanya. Apa aku mengejutkannya, pikirku.

"Habis dapet chat dari sapa?" Sebenarnya ini hanya alibiku, apakah Gisel menutup-nutipi kalau ia sedang dekat dengan Satria.

"Gak tau salah kirim katanya, biasa orang iseng." Ujar Gisel dengan santai, aku tau Gisel sedang berbohong kepadaku. Aku hanya bisa diam.

"Lo masih inget, cowok yang namanya Satria itu?" Aku memancing pertanyaan apakah Gisel suka dengan topik ini atau tidak, tapi respon Gisel hanya mengagguk malas.

"Kenapa lo ngebahas dia? Lo suka ya?" Goda Gisel, aku hanya bisa mengusap wajah dengan kasar mana mungkin aku menyukai Satria, sedangkan aku sudah mempunyai pasangan walaupun tanpa status tapi Gisel tidak mengetahuinya.

"Gue nggak suka dia Sel, tapi ini masalahnya penting banget." Aku melihat raut wajahnya yang tampak penasaran.

Mobil jemputan Gisel sudah datang, aku dan dia masuk ke dalam mobil, tapi sepertinya Gisel memikirkan tentang perkataanku tadi. Dan aku berpura-pura membuka ponselku, tapi ekor mataku menatap dengan jelas bahwa ia bosen dengan keadaan seperti ini.

Aku memulai percakapan, dengan memperlihatkan foto Satria yang berada di IG."Lihat deh IG nya Satria, dia kelihatan misterius banget nggak sih?" Gisel menoleh dan mengangkat bahu tidak peduli.

"Gue ngerasa, dia punya beban hidup yang selama ini ia tanggung." Aku mencoba menilai penampilan Satria, yang selalu memakai hoodie.

"Gak usah sok tau. Emangnya lo udah kenal dia lama, nggak kan." Sepertinya, Gisel tidak menyukai pembicaraan mengenai Satria.

"Iya sih, gue aja ketemu dia masih satu kali pas waktu di toko buku itu." Ujarku.

"Eh tapi.." Seketika aku mengingat-ingat kembali kejadian beberapa minggu lalu, ketika aku habis dari supermarket untuk membeli camilan. Malam itu aku melihat Satria jalan dengan sempoyongan tanpa tau arah, sebenarnya aku ingin membantunya tapi rasa takutku lebih mendominasi. Tatapan mataku saat itu juga tak sengaja, melihat tangan Satria yang terluka dengan Parah.

"Tapi apa?" Sepertinya Gisel penasaran dengan Ceritaku, mengenai Satria.

"Waktu itu gue ngeliat dia, tapi anehnya tangannya berdarah banyak banget dan lagi dia kelihatan seperti orang linglung."

"Apa mungkin, dia ngelakuin self injury?" Gisel menatap tak percaya ke arahku.

Tak terasa mobil yang kita tumpangi sudah terparkir dengan rapi, didepan halaman rumah Gisel. Aku turun dan mengikuti langkah kaki Gisel, ternyata rumahnya tak banyak berubah. Ia kira semenjak kejadian itu, rumah Gisel di renovasi ternyata pemikiranku salah.

"Dit, kalau lo mau minum atau mau makan sesuatu langsung ambil aja ya!"

"Loh, Bi Parni emang kemana?" Tanyaku.

"Mungkin, Bi Parni lagi belanja. Udahlah ambil sendiri aja jangan manja." Aku hanya mengangguk, dan Gisel melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamar.

Langkah kakiku menyusuri ruang tamu rumah Gisel, foto keluarga masih terpampang di sana. Bahkan tak berubah sama sekali, langkahku terhenti saat mataku tak sengaja melihat foto dua anak kecil yang sedang berpelukan. Ia tau ini foto Gisel dan kakaknya.

"Dita, lo ngapain?" Aku tersentak mendengar suara Gisel.

"Eh Gisel, gue cuman liat-liat ini doang." Ucapku jujur.

"Lo masih inget? namanya Satria kan Satria Ardan Husein, kayak namanya Kak Ardan." Ujarku, tanpa melihat raut wajah Gisel yang sudah berubah masam.

"Dit please, jangan sebut-sebut nama Kak Ardan lagi."

"Sorry."

Aku tau sekarang, kenapa sedari tadi Gisel nampak lesu. Ini semua, karena Gisel masih memikirkan, Kakanya.

"Kalau gitu, gue pulang dulu ya Sel. Takut nyokap nyariin gue, jangan lupa sampein salam gue ke Tante Andin." Gisel hanya mengangguk dan tersenyum samar ke arahku.

Aku melangkahkan kakiku untuk keluar dari rumah Gisel, setelah aku menutup pagar rumah. Aku tak sengaja melihat seseorang yang sedang memperhatikan rumah Gisel dari balik pohon, dengan jaket hoodie hitam memakai topi dan masker sepertinya orang itu mencurigakan.

"Apa itu Satria?" Gumamku, bertanya kepada diri sendiri.

Aku tak begitu peduli dengan orang itu, langkah kakiku terus berjalan menuju pos satpam komplek dan memberhentikan taksi.

***




TBC

Halo pembaca setia Sagi gimana sama part ini seru nggak?

Ini spesial partnya Dita

Besok kalau misal update next chapter, kalian minta spesial partnya siapa? langsung coment aja ya dan juga jangan lupa votenya

See you di next chapter selanjutnya

SAGI ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang