24

20 9 7
                                    

Vote dulu ya sebelum baca
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading















Langkah kakiku menyusuri koridor, suara cempreng Dita terdengar nyaring di seluru lorong. Untungnya lorong masih sepi jadi kita berdua tidak jadi tontonan orang-orang.

"Sel, lo udah ngerjain tugasnya Pak Malik?" Aku kira Dita memanggilku karena ada hal penting ternyata dia hanya menanyakan soal tugas dan mencontek punyaku.

"Udah." Jawabku singkat.

"Gue liat boleh?" Benar dugaanku, aku tersenyum licik ke arahnya.

"Nggak boleh." Ujarku lalu melanjutkan perjalananku yang sempat tertunda akibat Dita.

"Sel Please." Ujarnya menyusulku, dan memohon.

Aku tak menghiraukannya, dan terus berjalan hingga aku memasuki kelas yang masih di isi oleh beberapa anak saja.

"Sel ayo lah." Aku suka sekali melihat ekspresi Dita yang seperti ini, terdengar jahat tapi wajah Dita sekarang sangat menggemaskan seperti anak kecil yang minta di belikan permen.

"Iya iya, awas aja ya besok kalau ada tugas liat punya gue. Kita kemusuhan!" Ujarku sambil menahan tawa.

Dita langsung saja mengambil buku yang berada di atas mejaku, dan ia buru-buru menyalin semua jawabannya.

Kring

Nada dering ponselku berbunyi, aku segera mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelphoneku.

Halo

Orang di seberang sana masih diam, lalu beberapa menit kemudian aku dikejutkan dengan suara yang tak asing bagiku.

Hai Sel, masih inget sama gue?

Jantungku berdetak semakin cepat, napasku memburu ketika mendengar suara orang itu. Aku langsung mematikan sambung telfon tersebut sebelum aku mendengarkan suaranya lagi.

"Sel lo gak papa?" Aku menoleh ternyata Dita, yang ingin mengembalikan buku tugasku.

"Gue nggak papa Dit, lo cepet banget nyalin tugas gue?" Ujarku mengalihkam pembicaraan, agar Dita tak curiga terhadapku.

"Lo kan udah tau, kalau masalah nyalin tugas gue juaranya hahaha." Ujar Dita, dan aku menatapnya sambil tersenyum tipis.

Suara dari satu mahasiswa terdengar begitu kencang di seluruh penjuru kelas.

"Pak Malik hari ini nggak bisa masuk, soalnya dia lagi keluar kota." Ujar Mahasiswa itu bernama Reno.

Semua mahasiswa yang ada di kelas itu mengucap syukur keculai Dita, yang mengomel karena barusan ia menyelesaikan tugas dari Pak Malik tapi nyatanya sekarang orang itu tak masuk.

"Gedek gue sama orang itu, kenapa harus nggak masuk sih."

"Gue udah capek-capek ngerjain tugas, kalau tau kayak gini gak bakal gue kerjain." Aku memutar bola mata jengah.

"Setidaknya lo bersyukur, tugas lo selesai dan lo bisa istirahat dengan cukup." Ujarku, Dita hanya nyengir.

Tiba-tiba Reno menghampiriku, "Sel bisa bicara sebentar?" Aku menoleh ke arahnya dan mengangguk.

"Dit bentar ya." Dita hanya mengangguk, dan merapikan buku-bukunya

Aku segera mengikuti langkah Reno menuju keluar kelas. Sebenarnya aku bingung dengan Reno yang tiba-tiba ingin mengajakku bicara padahal kita tidak terlalu dekat.

"Sel gue cuman mau kasih ini." Ia mengeluarkan kotak dari dalam tasnya. Kotak itu terlihat sedikit agak lusuh, aku lalu menerimanya.

"Ini apaan?" Ujarku sambil menatap kotak itu.

"Itu titipan dari orang buat lo, katanya kejutan." Ujar Reno sambil menatapku dingin.

"Kalau gitu gue duluan Sel." Aku hanya mengangguk, dan segera menghampiri Dita yang ternyata masih setia menungguku.

"Reno ngapain? tumben banget dia ngobrol sama lo." Aku hanya mengangkat bahu tak acuh.

"Ini apaan" ujar Dita, sambil menunjuk ke arah kotak yang sedang aku bawa.

"Gak tau, udahlah kita ke kantin aja." Ajakku, tapi sebelum itu aku memasukkan kotak lusuh itu kedalam tasku.

***

"Sel gimana hubungan lo sama Satria?" Celetuk Dita tiba-tiba, Aku hanya diam tak tau harus merespon seperti apa.

"Berantem lagi?" Aku segera menggeleng.

"Gue gak berantem sama dia." Ujarku dengan nada cepat.

"Yakin nih nggak berantem?" Tanya Dita sekali lagi, dan aku hanya mengangguk.

Sebenarnya aku masih ragu, apakah Satria benar-benar marah kepadaku atau tidak. Ku harap ia tak marah denganku.

"Dit gue pulang dulu ya, Mama gue udah ngechat." Aku segera pergi meninggalkan Dita, yang masih asik memakan batagor.

Aku hanya beralasan kepada Dita, agar aku bisa membuka isi dari kotak lusuh yang tadi diberikan Reno kepadaku.

Sekilas aku melihat orang misterius, yang berada di balik pilar-pilar tinggi di lorong koridor. Sepertinya orang itu mengamatiku dari jauh, tapi aku tak peduli dan aku terus saja melangkahkan kakiku hingga mencapai gerbang kampus.

Mataku mengamati sekitar, dan aku melihat sebuah taksi yang tengah melintas. Aku segera memberhentikan taksi itu dan masuk.

"Pak, ke komplek cempaka." Supir itu hanya mengangguk.

Hening, itulah yang aku rasakan. Aku mencoba membuka ponselku siapa tau ada notifikasi chat masuk dari Satria, ternyata nihil hanya chat dari grup saja yang memenuhi.

Hari ini rasanya banyak sekali kejanggalan-kejanggalan yang aku rasakan, entah itu hanya perasaanku atau memang benar bahwa selama ini aku sedang di intai oleh orang yang sama seperti dahulu.

***







TBC

Halo gimana sama part ini rada aneh ya maaf deh. Oh iya ada yang bisa nebak nggak di dalam kotak itu ada isi apa kalau tau langsung coment ya

Tetep stay terus di ceritaku ya walaupun ceritanya mulai nggak nyambung

Oke segitu aja see you di next chapter selanjutnya




SAGI ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang