Biasakan vote dulu sebelum baca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy readingDita Pov
Hatiku gelisah entah mengapa akhir-akhir ini aku sulit sekali tenang, pikiranku terus tertuju pada Gisel. Padahal akhir-akhir ini, aku dengannya tidak saling sapa. Tapi percayalah aku sungguh menghawatirkannya.
Perasaanku selalu kalut, ketika mengingat nama yang selalu aku curigai terus saja mengintaiku dan Gisel kemanapun Gisel pergi.
Sebenarnya waktu itu aku ingin sekali bercerita tentang seseorang yang akhir-akhir ini sering mengikuti Gisel, tapi mulutku tidak berani berucap ancaman darinya selalu saja membuatku tertekan.
Kringg
Nada dering dari ponselku lagi-lagi berbunyi, aku berharap semoga bukan orang itu lagi yang menelfonku. Tapi naas ketika aku melihat siapa yang menelphoneku, seketika aku menjatuhkan ponselku karena terkejut.
Aku tak menghiraukan panggilan dari orang itu, mataku terus terpejam berharap ini semua akan berkahir. Dan nada dering dari ponselku berhenti, tapi 1 detik setelahnya ada pesan masuk yang terkirim buru-buru aku membuka chat darinya.
Kalau sampai lo ngasih tau Gisel, hidup lo bakalan hancur. Gue bisa bikin orang tua lo sengsara.
Lagi-lagi ancaman dari orang gila itu, sampai kapan aku harus seperti ini. Apa iya aku meminta bantuan Satria, tapi bagaimana caranya.
Aku segerah mencari nama Satria, untungnya aku sempat bertukar nomor dengannya. Tangannku bergerak lincah mengetikkan sesuatu, tapi ketika aku ingin mengirimkan pesan kepada Satria. Nomor orang gila itu muncul lagi, mengirimkan pesan yang membuatku heran.
Lo pasti mau ngehubungi cowok itu kan, seberapa keras lo ngehindar dari gue. Lo gak bakal bisa lari, pergerakan lo udah gue awasin.
Demi Tuhan, rasanya aku ingin sekali membunuh orang ini sekarang juga. Tapi apalah daya, aku takkan bisa melawan dirinya seorang diri.
"Tuhan bagaimana ini." Batinku.
Mataku mengawasi sekitar, tapi tak ada tanda-tanda yang bisa aku temukan sebagai bukti bahwa aku sedang di awasi olehnya.
Suara ketukan pintu dari luar kamarku terdengar, aku langsung membukannya. Ternyata itu adalah Mamaku.
"Dita, kamu nggak berangkat kuliah." Tanya Mamaku, sambil mengelus kepalaku dengan sayang.
"Iya Ma, bentar lagi Dita berangkat." Ujarku, sambil menatap kearah Mama.
Aku tak bisa membayangkan, jika orang itu akan menyakiti Mamaku karena kepentingan pribadi. Kalau sampai itu terjadi, aku ku beri dia perhitungan yang setimpal atas perbuatan jahatnya.
"Kamu lagi ada masalah ya, sama Gisel." Tunggu bagaimana Mama tau aku, sedang ada masalah dengan Gisel.
"Mama tau dari mana?" Tanyaku penasaran.
"Dari Adam, kalau semisal kamu ada masalah sama Gisel selesaiin baik-baik ya kalian kan udah besar masa harus berantem kayak anak kecil."
"Iya Ma."
"Yaudah, kalau gitu Mama mau kekamar dulu istirahat." Mama keluar dari kamarku, meninggalkan aku sendirian.
Mama tau dari Adam, kenapa harus laki-laki itu yang memberi tau Mama. Kenapa dia selalu ikut campur urusanku.
Aku segera merapikan bukuku dan memasukkannya kedalam tas, lalu berangkat kuliah tak lupa aku berpamitan kepada Mama.
***
Langkah kakiku menyusuri setiap lorong koridor, aku seperti sedang di awasi. Tapi ketika aku menengok ke belakang, hanya satu dua orang saja yang sedang beralalu lalang dan berbeda arah denganku.
Aku melangkahkan kakiku dengan cepat, sesegera mungkin aku memasuki kelas yang sudah di penuhi oleh mahasiswa yang lain. Mataku menatap ke arah Gisel, sepertinya dia tidak sadar bahwa aku sudah datang.
Pak Malik memasuki kelas, hari ini ada kuis jadi semua Mahasiswa di wajibkan masuk kelas. Dan untungnya, semua berjalan dengan lancar tak ada kendala sama sekali.
Mataku menatap Gisel dengan pandangan sulit di artikan. Kadang aku sempat berfikir, apakah Gisel tidak mau berteman lagi denganku? ataukah aku yang selalu saja berfikir negatif tentang hubungan persahabatanku ini?
Detik berganti ke menit hingga jam, akhirnya mata kuliah hari ini selesai, aku melihat Gisel yang sedang merapikan bukunya. Sepertinya dia akan segera pulang, aku buru-buru memasukkan bukuku kedalam tas. Dan menghampiri Gisel yang sebentar lagi akan melangkah pergi.
"Sell!!" Panggilku tapi agak berteriak, aku pikir Gisel tidak akan menoleh ke arahku ternyata dia tersenyum ke arahku.
"Oh astaga kenapa aku selalu berprasangka buruk." Batinku menjerit.
"Ada apa Dit, tumben." Aku segera memeluknya, tak peduli banyak orang yang menatapku.
"Lo kenapa." Aku semakin mengeratkan pelukanku, air mataku jatuh membasahi baju Gisel.
"Sel maafin gue ya, mungkin selama ini gue udah jadi sahabat paling buruk buat lo." Gisel segera melepas pelukanku, dan menatapku.
"Dit lo kenapa sih, jangan bikin gue tambah bingung deh." Ujar Gisel.
"Intinya gue minta maaf ya, buat yang kemarin dan gue mau lo selalu sama gue terus." Ujarku sambil menatap Gisel, tapi sebaliknya dia menatapku dengan pandangan heran.
"Iya gue maafin lo, tapi ini kenapa pake acara nangis segala sih cengeng banget." Ujar Gisel, aku tertawa melihat wajahnya yang menampilkan ekspresi bingung.
"Gue gak cengeng Sel, cuman kelilipan aja ini." Jawabku asal.
"Kelilipan tapi, baju gue basa ada bekas ingus pula." Gisel cemberut, aku terkekeh.
Ternyata banyak sekali, rintangan persahabatan antara aku dengan Gisel. Mungkin begini lebih baik, aku harus bisa menjaga Gisel dengan sepenuh hati. Sekalipun aku yang tersakiti tak apa, asalkan dia bisa selamat dari orang Gila itu.
***
TBC
Gimana sama part ini? spesial partnya Dita loh. Sekian lama dia tidak muncul akhirnya di part ini muncul baikkan aku wkwk.
Oh iya coba tebak siapa orang yang ngancem Dita, apa kalian tau maksud dari orang itu
Coment langsung ya, kalau misal ada typo langsung tandai aja.
Dan nantikan kejutan dan teka-teki yang segara terselesaikan.
See you di next chapter selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGI ✔ [SELESAI]
Teen FictionPertemuan Satria dan Gisel terdengar sangat absurd, berawal dari toko buku yang sering Gisel kunjungi ia di pertemukan dengan sosok Satria yang terlihat gembira ketika bertemu dengannya. Gadis itu sempat kesal dengan tingkah laki-laki yang baru bebe...