Vote dulu sebelum baca
.
.
.
.
.
.
.
Happy readingAku melihatnya di persimpangan jalan, hujan sore ini membuat tubuhku agak sedikit kedinginan. Keheningan di dalam mobil dapat aku rasakan, tapi rasa sesak ketika melihatnya bersama orang lainpun sulit untuk aku lupakan.
Sepertinya langit tau bahwa ada orang yang sedang bersedih kali ini, aku terus mengamatinya dari jauh. Aku kira dia akan bersama laki-laki itu tapi ternyata dugaanku salah.
Sebenarnya aku kesini hanya untuk mengamatinya dari jauh, sepulang dari kantor tadi hatiku gelisah entah karena apa. Tapi setelah melihat dia dengan orang lain malah membuatku panas, dan aku semakin curiga kepada laki-laki yang ada di sebelahnya. Sepertinya laki-laki itu punya niat buruk kepada orang yang dia sayang.
Aku menyalakan mesin mobilku, ketika melihat mobil yang di tumpanginya berjalan meninggalkan area kampus. Aku terus mengikuti, kemana arah mobil itu berhenti. Ternyata dia tidak langsung pulang, tapi dia pergi ke toko buku seperti rutinitasnya.
Aku mematika mesin mobilku, masih mengamatinya di dalam mobil. Tapi nyatanya rasa di dalam diriku yang ingin menghampirnya sangatlah besar, aku segerah turun dari mobil dan berjalan memasuki toko buku.
Mataku mencari keberadaannya, ternyata dia sedang membaca buku sangat serius sekali. Sekilas aku memperhatikan buku yang ada di tangannya, ternyata buku itu tentang self injury. Kenapa gadis itu suka sekali dengan buku-buku tersebut, ia semakin penasaran.
"Serius amat." Ujarku, sepertinya dia sangat kaget tapi setelah itu dia mengalihkan padangannya ke arah buku lagi.
"Sel, jangan serius-serius dong kalau baca." Ujarku, sambil menutup halaman buku yang ia baca.
"Jangan ganggu gue sekali aja, bisa?" Ujarnya sambil menatapku, tapi aku malah tersenyum ke arahnya.
"Gak usah senyum, gue eneg liat senyum lo." Ujarnya dengan malas, aku tau Gisel bukan orang yang jutek ke semua orang.
"Sel gue mau tanya boleh?" Tanyaku, meminta persetujuannya terlebih dahulu.
"Mau tanya apa?" Ujarnya, tapi tatapannya kembali mengarah ke arah buku di tangannya.
"Lo suka banget ya sama buku yang berbau self injury?" Tanyaku dengan hati-hati, tapi respon Gisel hanya diam.
"Apa aku salah bicara?" Batinku bertanya.
"Maaf ya sel seb..." Dia langsung memotong ucapanku.
"Gak usah minta maaf ini bukan lebaran." Aku langsung tersenyum lega.
"Gue sebenarnya nggak suka sama buku yang berbau self injury, gue cuman pingin tau apa sih masalah yang orang-orang hadapi sampai ngelakuin hal kayak gitu termasuk Kakak gue." Ujar Gisel panjang lebar, aku mendengarkan penjelasannya dengan seksama.
"Kakak Lo?" Beoku, aku masih tidak paham sebenarnya apa yang terjadi dengan Kakaknya Gisel, kenapa ia sampai bilang Kakaknya itu mirip denganku.
"Iya, Kakak gue ngelakuin self injury parah banget, dan lagi gue baru tau kalau di ngelakuin itu setelah dia nggak ada. Waktu itu dokter bilang banyak sayatan luka di seluruh tubuhnya, dan ada juga luka bakar di pergelangan tangannya." Jelasnya, aku hanya bisa diam mendengarkan Gisel berbicara.
"Mangkannya, gue waktu itu bilang kalau lo sama kayak Kakak gue karena lo suka nyakitin diri sendiri." Ujarnya menatap ke arahku, tapi aku berusaha menghindari tatapan matanya.
"Sekarang gantian gue yang tanya sama lo." Aku kelabakan, ketika Gisel ingin bertanya kepadaku.
"Kenapa lo ngelakuin hal gila kayak gitu?" Aku hanya bisa diam, tak tau kah ini sangat sulit untuk di ungkapkan.
"Maaf Sel, tapi gue nggak bisa cerita sekarang mungkin kalau waktunya udah pas baru gue bisa cerita ke lo." Ucapku sedikit tidak enak kepada Gisel, dia menghela napas pasrah.
"Yaudah gak apa, gue juga nggak maksa. Tapi satu hal yang gue mau bilang, jangan suka ngelakuin hal gila kayak gitu Tuhan nggak suka sama cara lo nyakitin diri sendiri." Aku terdiam, mendengar kalimat-kalimat yang terucap dari mulut Gisel.
Sampai aku tak menyadari bahwa Gisel sudah beranjak dari tempatnya, "Sel, mau kemana?"
"Pulang, Mama gue udah nyariin." Ujarnya, ia berlalu meninggalkanku yang masih termenung akan kata-katanya.
***
Pembicaraanku dengan Gisel tadi masih tersimpan dalam memoriku, entah kenapa sesuatu di dalam hatiku menghangat. Aku bahagia ternyata pemikiran Gisel sangatlah dewasa, tapi aku takut dengan keadaan Gisel yang sepertinya ia di icar oleh seseorang tapi aku belum tau siapa mereka.
Suara derap langkah kaki menggema diluar kamar, apa laki-laki itu lagi. Tapi untuk apa ia menghampiriku lagi kali ini. Suara pintu terbuka terdengar dalam telingaku. Aku menatap malas laki-laki paruh baya itu.
"Buat apa Ayah kesini?" Tanyaku tanpa basa-basi.
"Kamu kenapa selalu melawan Ayah, Satria!" Teriakan Ayahnya menggema di seluruh penjuru kamarnya.
"Satria nggak pernah ngelawan, dan yang bikin Satria kayak gini itu Ayah." Sepertinya Ayahnya murkah dengan ucapannya barusan.
PLAK
"Jaga bicara kamu!" Satria tersenyum remeh kearah Ayahnya, ia sama sekali tak merasa kesakitan sebab ia sudah kebal dengan tamparan yang selalu di berikan Ayahnya.
"Gimana Satria bisa jaga ucapan, kalau kelakuan Ayah aja kayak gini. Apa Ayah nggak ngaca kalau diluar Ayah itu cuman pencitraan." Ujarku, mengeluarkan segala uneg-uneg yang ada di hati.
Tapi yang aku dapat malah pukulan keras, hingga sudut bibirku mengeluarkan darah yang cukup banyak. Aku tersenyum mengejek ke arahnya, sepertinya Ayah menyesali perbuatannya pikirku.
"Kenapa nggak mukul lagi, udah capek?" Tanyaku.
"Kalau kamu kayak gini lagi, inget ucapan Ayah jangan sampe buat malu." Aku sangat bosan dengan kata-kata yang terucap dari mulut laki-laki itu.
Pria paruh baya itu keluar dari kamarnya meninggalkannya dalam keheningan, tak taukah sekarang ia hanya ingin kasih sayang dari Ayah dan Bundanya bukan hal seperti ini yang ia mau. Bukan hal yang membuatnya muak setiap waktu mendengarkan setiap pertengkaran yang terus saja merusak gendang telinganya.
Mau sampai kapan ia hidup dalam jurang penderitaan yang terus saja membuat hati dan jiwanya sakit.
***
TBC
Hai! Gimana sama part ini udah nemu jawaban teka-teki yang belum terpecahkan belum? Kalau belum aku bantu deh di part selanjutnya😂
Jangan lupa coment sama votenya ya, karena itu semua membantu aku supaya aku rajin update.
See you di next chapter selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGI ✔ [SELESAI]
Fiksi RemajaPertemuan Satria dan Gisel terdengar sangat absurd, berawal dari toko buku yang sering Gisel kunjungi ia di pertemukan dengan sosok Satria yang terlihat gembira ketika bertemu dengannya. Gadis itu sempat kesal dengan tingkah laki-laki yang baru bebe...