22

23 8 3
                                    

Vote dulu ya sebelum baca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading



Sudah 2 bulan Satria masih saja mengganggu Gisel, selalu menguntit kemana Gisel pergi itupun kadang secara terang-terangan. Entah apa tujuan Satria, kadang Gisel berfikir kenapa laki-laki itu selalu saja ceria, walaupun seribu kali Gisel selalu menyakiti hatinya tapi Satria selalu saja tersenyum.

"Sel sebelumnya gue minta maaf ya." Gisel menatap Satria, yang ada di sebelahnya.

"Buat apa?"

"Maaf selama ini gue udah nguntit lo, kemanapun lo pergi." Aku masih tak percaya, mengapa Satria bilang begitu.

"Iya sih lo emang selalu ganggu gue, tapi sekarang gue udah maafin lo." Ujar Gisel tersenyum, Satria menatap itu nampak cukup lega.

Gisel mengalihkan tatapannya kedepan, melihat ke arah danau. "Sebenarnya, gue nggak tau apa tujuan lo nguntit tiap hari."

"Gue ngelakuin itu, karena gue bener-bener suka dan cinta sama lo tapi, lo pura-pura nggak peka dan kadang gue ngerasain sakit hati ketika liat sikap lo yang acuh." Ujar Satria, Gisel merasakan kesedihan dari nada bicaranya.

"Maaf Sat, gue bener-bener nggak tau. Tapi gue bisa kok memperbaiki ini semua." Ujar Gisel, lagi-lagi dia tersenyum.

"Lo mau jadi pacar gue?" Gisel melotot, dengan pernyataan yang keluar dari bibir Satria.

"Gue masih nggak mau Pacaran, gue masih belum bisa nerima siapa-siapa di kehidupan gue semenjak gue kehilangan Kakak gue."

"Owh oke." Ujar Satria datar, Gisel bisa merasakan atmosfer yang ada di sekitarnya terasa canggung.

"Balik yuk udah mau malem nih." Ajak Gisel.

"Hmm." Satria hanya merespon sekedarnya saja.

Mereka tidak tau, dibalik itu semua mereka berdua sedang di intai oleh orang yang selama ini menginginkan Gisel bersamanya. Dan senyum licik itu terbit ketika melihat Satria dan Gisel pergi dari tempat itu.

Halo

Gue udah nyiapin rencana buat kedepannya.

Dan lo tunggu aja waktu yang pas.

***

Di perjalanan pulang, Gisel dan Satria di hadang oleh orang yang tidak mereka kenal. Satria turun dari mobil dan menghampiri orang itu, meninggalkan Gisel yang sudah ketakutan.

"Lo siapa?" Tanya Satria dengan nada dingin dan datar, mungkin ia masih dalam mode kecewa sehingga suasana hatinya kian memburuk.

"Lo gak perlu tau gue siapa." Ujar orang itu, tersenyum licik di balik masker hitamnya.

"Mau lo apa?" Satria sudah kehabisan ke sabaran, menghadapi orang yang berada di depannya.

"Gue cuman mau cewek itu." Ujar orang itu, sambil menunjuk ke arah Gisel.

Gisel yang di tunjuk merasa takut, tubuhnya seketika menegang ketika melihat mata orang itu. Dia terus saja menatap sepertinya ia kenal dengan orang itu tapi siapa, Gisel masih menebak-nebak.

"Bajingan!!" Satria langsung memukul orang itu dengan bertubi-tubi, dan tak membiarkan orang itu berdiri barang sejenak. Ia seakan melampiaskan emosinya.

"Gue gak bakal, nyerahin cewek itu ke lo. Camkan itu." Ujar Satria memberi peringatan, tapi seakan orang itu tak menghiraukan orang itu.

Satria berusaha membuka masker yang di pake orang itu, betapa syoknya ketika ia melihat siapa orang di balik masker hitam itu.

"Gue nggak takut sama ancaman lo, gue bisa bertindak lebih dari ini." Ujar orang itu, dan segera berdiri memakai masker kembali dan menatap Gisel. Meninggalkan Satria yang masih diam membisu.

Ketika orang itu pergi, Gisel turun dari mobil dan menghampiri Satria. "Sat lo nggak kenapa-kenapa kan?"

Gisel berusaha memegang pergelangan tangan Satria, tapi Satria menepis tanpa berakata sepata katapun. Dan berjalan meninggalkan Gisel.

Gisel buru-buru mengejar Satria, dan mengikuti memasuki mobil. Gisel merasa aneh dengan sikap Satria

"Apa dia marah sama gue." Batin Gisel.

Satria melajukan mobilnya, tanpa mengeluarkan sepata katapun seperti biasanya. Ini sama sekali bukan Satria yang Gisel kenal.

Mobil Satria berhenti di depan rumah Gisel, tapi Gisel masih saja belum turun. "Sat lo kenapa sih dari tadi diem mulu?" Tanya Gisel sedikit menaikkan volume bicaranya, Gisel jengah melihat sikap Satria yang seperti ini.

"Gue gak kenapa-kenapa, sekarang lo turun." Gisel menatap Satria tidak percaya, ia langsung turun tanpa menoleh ke arah Satria.

Satria segera melajukan mobilnya ke arah rumah, dengan perasaan kalut dan kecewa berbaur menjadi satu.

Gisel masih tidak percaya, dengan apa yang barusan terjadi. Satria berubah secara drastis, entah ini kesalahannya atau kesalahan orang misterius itu.

Langkah kaki Gisel memasuki rumah dengan lesu, Andin yang menatap anaknya seperti orang linglung langsung menghampirinya.

"Sel kamu kenapa?" Tanya Andin khawatir.

"Gisel nggak kenapa-kenapa Ma." Ujar Gisel, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Kadang Gisel bingung dengan perasaan yang selalu menghantuinya, perasaan yang kadang membuatnya menjadi serba salah dan menjadi sakit bila dinyatakan.

***





TBC

Gimana sama part ini, udah nemu jawaban teka-tekinya atau belum.

Kalau udah jelasin di kolom coment ya hehe

Kalian bosen nggak sih baca ceritaku yang alurnya nggak nyambung sama sekali atau kalian nikmatin tulisanku, kalau iya makasih yang udah nikmatin tulisanku yang amburadul ini dan untuk yang bosen sama tulisanku maaf ya

See you di next chapter selanjutnya



SAGI ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang