20

23 7 6
                                    

Biasakan vote dulu ya sebelum baca
.
.
.
.
.
Happy reading






Gisel masih tak percaya, dengan apa yang baru saja terjadi. Dita, gadis itu menghampirinya dan meminta maaf. Gisel menatap Dita yang ada didepannya dengan pandangan curiga, sebenarnya apa yang sudah di sembunyikan gadis itu sehingga Gisel tak mengetahui apa-apa tentang dibalik berubahnya sikap Dita.

Sedangkan Dita, gadis itu masih memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa menyelamatkan Gisel dari orang gila yang selalu menerornya. Sungguh Dita sangat kasihan dengan nasib Gisel yang dalam bahaya.

"Dit, lagi mikirin apa?" Dita menatap ke arah Gisel, dia tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.

"Mikir tugas kuliah, yang masih numpuk." Gisel menatap Dita dengan pandangan aneh, Dita yang ia kenal tak pernah memikirkan tugas sampai sebegitunya. Lalu, apa yang di sembunyikan Dita.

"Kalau ada masalah cerita, lo inget kan kita masih sahabatan jadi gue gak mau lo terlalu larut dalam masalah yang lo hadapin sekarang." Lagi-lagi Dita hanya tersenyum, Gisel sampai heran dengan perubahan sikap Dita yang drastis. Tapi Gisel tak mau terlalu ikut campur urusan Dita karena Dita masih butuh privasi siapa tau masalah keluarga.

"Sel ke toko buku biasanya yok." Ajak Dita.

"Ayok aja, sekalian nanti beli baksonya mang Parjo." Ujar Gisel dengan cengiran.

"Bakso mulu ya dari dulu di otak lo, kapan sih tentang makanan itu hilang dari otak lo." Protes Dita.

"Yaelah mikirin makanan tuh enak tau, kalau kita nggak makan udah mati."

"Tapi anehnya lo gak kelihatan gendut ya, padahal porsi makan lo ngalahin kuli." Gisel melotot mendengarkan penuturan Dita, ia tak habis pikir dengan apa yang di ucapkan Dita barusan.

"Masa gue yang cantik ini di bilang kayak kuli, lo pikir gue ini apaan." Selalu saja  adu mulut setiap kali bertemu, tapi mereka berdua menikmati setiap detik, menit dan jam yang serasa cepat berputar.

***

Langkah kaki mereka memasuki toko buku, baru saja masuk seseorang bernama Satria menghadang mereka berdua.

"Hai Sel." Sapanya sambil tersenyum menyebalkan.

"Eh ada Dita, hai." Satria menyapa Dita, dengan senyum yang dipaksakan.

"Lo, mau cari buku lagi Sel?" Tanya Satria, tapi Gisel menatapnya acuh.

"Gue yang mau cari buku Sat." Jawab Dita dengan cepat.

Satria memandang Dita, dan setelah itu pandangannya mengarah ke Gisel.

"Sel ikut gue bentar, ada yang mau gue omongin." Gisel, menatap Satria bingung.

Satria langsung menarik tangan Gisel menjauh dari Dita, sedangkan Dita menatap mereka berdua dengan pandangan heran.

"Apa yang mau di omongin sama mereka." Batin Dita.

Langkah kakinya terus menyusuri rak buku, sebenarnya Dita kesini hanya ingin menenangkan pikiran, Dita hanya ingin hatinya tentang untuk sekali saja sebelum orang gila itu menerornya lagi.

Ting

Bunyi notifikasi pesan dari ponsel Dita terdengar, Dita membuka layar kunci ponselnya. Dita pikir Mamanya ternyata dari orang gila itu. Dita segera membuka pesan dari orang itu. Dan seketika ia terkejut membacanya.

Gue tau lo sekarang ada di toko buku, sama Gisel kan? Dan sekarang lo sendirian haha

Dita menoleh ke arah sekitar, tapi tidak ada tanda-tanda orang gila itu. Lagi-lagi pesan masuk berbunyi. Dita segera membalas chat dari orang itu

Gak usah nyariin gue, gue tau sekarang lo ketakutan kan. Dasar wanita lemah.

Please, jangan macem-macem sama gue

Cuma satu macem kok, gimana kalau lo deketin gue sama Gisel

Gue gak mau.

Oke kalau lo nggak mau, gue bisa bunuh Gisel sekarang. Lo masih ingetkan kata-kata gue.

Kalau misal gue gak bisa sama Gisel, berarti cowok itu juga gak bisa sama Gisel impas bukan haha.

Udah gila ya lo.

Dita segera mematikan ponselnya, rasanya hari ini jiwanya mati rasa. Napasnya memburu dan detak jantungnya tak beraturan. Dita duduk dilantai dan menelungkupkan kepalanya.

"Dit, lo kenapa." Gisel berjongkok di sebelah Dita.

Dita melihat kearah Gisel, matanya sembab. "Gue gak kenapa-kenapa." Jawab Dita sedikit serak.

"Lo bilang nggak kenapa-kenapa, tapi lo habis nangis." Gisel menatap Dita dengan pandangan heran.

"Sel, dengerin kata-kata gue ya. Lo harus bisa jaga diri kepanpun dan dimanapun lo berada." Gisel semakin bingung dengan apa yang di bicarakan Dita.

Sedangkan Satria ia hanya bisa bungkam, entah apa yang dipikirkannya sekarang.

"Maksud lo?" Dita hanya diam, tak mau menjawab pertanyaan dari Gisel.

"Intinya lo harus jaga diri."

"Gue yang bakal jagain Gisel, lo tenang aja." Ujar Satria secara tiba-tiba, mereka berdua menatap ke arah Satria, tapi Dita menatap Satria seakan berucap terima kasih.

"Yaudah deh, sekarang kita pulang. Makan-makannya besok aja." Ujar Gisel, Dita hanya menatap malas Gisel.

"Lo mau makan?" Tanya Satria.

"Nggak." Jawab Gisel dengan cepat.

"Ayo Dit, pulang!" Gisel segera menggandeng tangan Dita, dan meninggalkan Satria yang senantiasa sabar ketika Gisel yang selalu meninggalkannya.

"Gini amat sih nasib gue." Batin Satria miris.

***














TBC

Hai gimana sama part ini? Masih menebak-nebak kah? Kalau iya berarti kita sama wkwk kagak ding

Nantikan kejutan dan teka-teki yang segera terungkapkan.

Jangan lupa coment ya, kalau ada yang salah tandain aja.

Oh iya kalian bisa follow igku

najsma_adelia

Kalau minta follback langsung dm aja.

See you di next chapter selanjutnya





SAGI ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang