15

27 11 9
                                    

Vote dulu sebelum baca
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading

Satria pov

Aku melihatnya berbincang dengan seorang laki-laki apa itu Adam, hatiku sebenarnya panas melihat itu semua. Tapi sepertinya Gisel buru-buru pergi, bahkan aku bisa melihat dengan jelas raut wajah laki-laki itu tampak seperti orang bingung.

Aku terus saja berusaha mengejar Gisel, dan ternyata dia berhenti di salah satu halte sebalah kampus. Aku segerah memutar tubuhku untuk kembali ke parkiran, dan berharap Gisel masih ada disana.

Langkah kakiku tergesah-gesah, dan setelah aku sampai di parkiran untungnya keadaan masih sepi tak ada mahasiswa yang berlalu lalang. Tak butuh waktu lama aku segerah memasuki mobil dan menyalakan mesinnya, aku terus saja berdoa semoga Gisel masih di tempatnya. Tidak beranjak sama sekali.

Dan Tuhan mengabulkan segalah doaku, Gisel masih di sana sepertinya ia sedang kebingungan. Aku segerah menghampirinya, dan menyuruhnya masuk kedalam mobil.

"Sel ayo naik!" Titaku, tapi dia menolak secara mentah-mentah.

"Gak mau, udah pulang sana. Gue nunggu jemputan." Aku keluar dari mobil, dan berjalan menghampirinya. Banyak sekali mahasiswa yang melihatku sedang berdebat dengan Gisel.

"Kalau lo nggak mau naik, gue seret sekarang juga." Ancamku sambil, memegang pergelangan tangannya.

"Iya-iya gue naik, dasar cowok sinting." Aku tau dia sangat kesal kepadaku, tapi apa boleh buat kalau bukan pakai cara ini Gisel tidak akan menuruti semua perintahku.

Aku juga mengikutinya menaiki mobil, dengan senyum yang mungkin membuatnya muak.

Aku menyalakan mesin mobil, sepertinya Gisel hanya diam. Tapi aku juga tidak suka dengan suasana hening seperti ini. Akhirnya aku membuka percakapan terlebih dahulu.

"Sel jangan diem aja."

"Terus, lo mau gue ngoceh kayak burung beo gitu?" Padahal aku cuman menyuruhnya jangan diam, tapi sepertinya moodnya sangat buruk.

"Nggak juga sih, tapi kalau diem gitu cantik lo makin nambah." Godaku.

"Gue nggak mempan, walaupun lo gombalin dengan kata-kata tipu muslihat kayak gitu." Ucapnya dengan sinis.

Aku membelokkan mobilku ke arah kiri, sepertinya Gisel menyadari akan hal ini. Dalam hitungan detik pasti dia akan mengeluarkan protes

"He lo mau bawa gue kemana? kan seharusnya kita belok kanan kenapa belok kiri." Benar dugaanku, aku berusaha tak menghiraukannya

"Satria baja karatan, lo dengerkan yang gue bilang tadi."

"Iya gue denger." Ujarku dengan Santai.

"Lo diem aja ya! nanti juga bakalan tau kok."

Akhirnya dia diam, tak bertanya hal apapun, aku meliriknya sekilas ternyata dia sedang mengambil ponsel dan headsetnya yang berada di dalam tas, mungkin dia ingin meredahkan moodnya yang sedang buruk pikirku.

Hanya butuh waktu beberapa menit akhirnya kita berdua sampai pada tempat tujuan, aku memberhentikan mobilku. Aku menatap Gisel dalam.

"Ngapain lo liat-liat? Itu mata minta di colok?"

"Nggak, ternyata lo lebih cantik kalau di lihat dari samping." Godaku.

"Sekali lagi lo ngegoda gue, gue tendang lo." Acamamannya membuatku tertawa.

"Nggak usah ketawa, nggak ada yang lucu." Ujarnya sewot.

"Sekarang kita turun!" Perintahku dan aku keluar terlebih dahulu, dan membukakan pintu untuk Gisel.

"Silahkan turun ratu." Bukan senyuman yang aku dapat, malah jitakan maut yang aku dapatkan dari Gisel.

"Kasar banget sih jadi cewek." Protesku.

"Kalau tau gue kasar jangan ngedeketin, bisa-bisa habis gini gue mau mutilasi lo nggak ada yang tau kan." Aku hanya memutar mataku malas.

"Sekarang, ayo ikut gue!" Perintahku dan langsung menarik pergelangan tanganya, banyak sekali tuduhan dan sumpah serepah dari Gisel untukku.

"Lo mau bawa gue kemana? Jangan bilang lo mau nyulik gue ya."

"Iya gue mau nyulik lo." Mata Gisel mendelik melihat ke arahku, aku hanya bisa menahan tawa.

"Wah parah ini orang, kalau iya emang bener lo mau nyulik gue, gue ba....." seketika Gisel terdiam, melihat pemandangan di sekitarnya.

"Udah ngocenya?" Gisel mengangguk Aku menatap kearahnya, sepertinya dia sangat kagum dengan tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah ngocenya?" Gisel mengangguk Aku menatap kearahnya, sepertinya dia sangat kagum dengan tempat ini.

"Gimana lo bisa dapet tempat sebagus ini?" Tanya Gisel, tanpa menoleh ke arahku.

"Ini pertama kalinya gue bawa seseorang ke danau ini." Ujarku, sambil menghela napas.

"Berarti, gue orang pertama dong yang dateng bareng lo kesini." Aku mengangguk, sambil menatap Gisel dalam.

"Makasih Sat." Ujarnya, aku hanya tersenyum.

"Kita duduk disana yuk." Dia mengajakku duduk di bawa pohon yang rindang.

Langkah kaki kita beriringan, senyum Gisel terus terukir di wajahnya. Itu yang aku inginkan sedari tadi, hanya Gisel yang mampu membuat hatiku menghangat. Hanya Gisel yang mampu merubah suasana hatiku menjadi lebih baik.

Dan hari inipun akan selalu aku ingat dalam memori otakku, tentang ceritaku dan Gisel yang akan berjalan entah baik atau buruk kedepannya.

***


TBC

Hai para pembaca maap ya part ini mungkin terlalu pendek, soalnya authornya lagi sibuk banget jadi gak bisa nulis panjang-panjang.

Dan jangan lupa ya coment sama votenya

See you di next chapter selanjutnya

SAGI ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang