Vote dulu sebelum baca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy readingSuara notifikasi dari ponselku terdengar begitu nyaring, bahkan mama yang ada di sebelahku saja sampai menoleh.
"Siapa Sel?"
"Dita Ma." Jawabku singkat.
Aku langsung membuka chat darinya, tumben-tumbenan Dita ngajak ketemuan padahal tadi di kampus ketemu, kenapa baru mau ngomong sekarang.
Dita Larasati
"Sel, bisa ketemu sekarang?"
"Kayaknya nggak bisa deh Dit, soalnya gue lagi bantu nyokap."
"Yaudah, besok di kampus aja gue ngomongnya."
"Oke"
Tak ada tanda-tanda Dita ingin membalas pesanku, sebenarnya aku sangat penasaran apa yang ingin Dita bicarakan kepadaku.
"Kenapa gue di liputi rasa penasaran sih." Batinku sambil menghela napas.
"Kenapa sel?"
"Bukan apa-apa Ma." Mama mengangguk.
"Sel, mama kangen sama Ardan." Aku melihat mamaku menahan isak tangis.
"Ma, jangan bahas Kak Ardan lagi." Ujarku memohon.
"Dia anak Mama juga Sel." Mamaku menatapku tajam.
"Iya Gisel tau, tapi Gisel takut inget tentang Kak Ardan." Setetes air mataku jatuh, membasahi pipi.
"Isel jangan nangis ya, Mama nggak bisa liat Isel nangis kayak gini." Ujar Mamaku, sambil memelukku erat.
Tangisku semakin pecah dalam pelukan Mama, tak bisa di pungkiri ternyata Kak Ardan membawa pengaruh besar dalam hidupku.
"Papa pulang." Aku menghapus air mataku, dan tersenyum menyambut kedatangan Papa.
"Hei ini ada apa? Kok pelukan kayak film kartun warna-warni itu loh aduh Papa lupa."
"Pelangi kali Pa warna-warni." Sahut mamaku.
"Bukan Mama."
"Terus apa dong?"
"Mama sama Papa udah debatnya?" Mama dan Papaku mengangguk.
Aku beranjak dari tempat dudukku, dan berjalan ke arah tangga untuk pergi ke kamar dan beristirahat sejenak.
"Kamu mau kemana? Ini belom selesai loh ngelipat bajunya." Suara mama, membuatku menoleh.
"Gisel mau ke kamar, bosen di ruang tamu terus." Ujarku dengan lesu.
Setelah itu aku melanjutkan langkah kakiku menuju kamar, aku ingin menenangkan pikiranku yang entah akhir-akhir ini terasa kalut.
Sesampainya aku dikamar, aku merebahkan diriku di tempat tidur yang menurutku nyaman. Ku pejamkan mataku sejenak, untuk menikmati segalah ketenangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGI ✔ [SELESAI]
Teen FictionPertemuan Satria dan Gisel terdengar sangat absurd, berawal dari toko buku yang sering Gisel kunjungi ia di pertemukan dengan sosok Satria yang terlihat gembira ketika bertemu dengannya. Gadis itu sempat kesal dengan tingkah laki-laki yang baru bebe...