26

24 10 5
                                    

Vote dulu sebelum baca
.
.
.
.
.
.
Happy reading













Hari-hari sudah aku lewati tanpa ada pengganggu di hidupku, aku masih bisa cukup bernapas lega waktu itu tapi sekarang seakan ada yang kosong biasanya jam segini si cowok resek itu bakal muncul di hadapanku.

Sudah dua jam aku berdiam diri di toko buku ini, sampai-sampai para pegawai yang ada di tempat ini memandangku sedikit aneh.

Setiap hari aku memikirkan, apa Satria marah dengan penolakanku kala itu? Apa aku sudah membuatnya kecewa? Lagi-lagi pertanyaan itu hinggap di pikiranku.

Aku beranjak dari tempat dudukku, mengembalikan buku yang tadi aku baca. Dan kakiku melangkah keluar toko buku, baru beberapa langkah aku melangkahkan kaki. Tiba-tiba ada yang memanggil namaku.

"Sel!" Aku menoleh, betapa terkejutnya aku ternyata yang memanggil adalah orang itu.

Kakiku lemas ketika ia mendekat ke arahku. "Lo kenapa? Kaget ya gue dateng lagi?"

"Chel please, jangan ganggu hidup gue." Ujarku gemetar, seketika suasana menjadi hening, bahkan orang disekitarpun hanya menengok ke arah kita berdua, tanpa peduli bahwa di sini aku sedang ketakutan.

"Gue gak bisa, kalau nggak ganggu hidup lo Sel." Aku mundur beberapa langkah, sampai punggungku terbentur tiang lampu.

"Mau lo apa dari hidup gue Chel?" Ujarku berteriak.

"Gue mau lo Mati, kayak kakak lo yang menjijikan itu." Aku langsung diam membisu.

"Lo lebih menjijikan Chel." Ujarku, seketika amarahnya tersulut.

"Lo bilang apa?" Ujarnya, yang masih bisa menahan amarah.

"Lo lebih menjijikan, Rechel Anastasya Taquella!" Ujarku memberanikan diri.

"Lo udah berani ya sama gue?" Tanyanya, aku mencoba bersikap tenang.

"Kalau iya kenapa? Ada masalah?"

"Haha nggak, gue makin suka kalau lo berani kayak gini." Ujarnya tersenyum sinis menatapku.

"Dasar wanita Gila." Ujarku sambil menatapnya penuh kebencian.

"Iya Sel, gue emang Gila itu semua karena Kakak lo Ardan yang udah bikin gue kayak gini." Lagi-lagi dia membahas tentang Kakakku.

"Emang Kakak gue ngelakuin apa, sampai lo jadi gila?"

"Kakak lo..." ujarnya terdiam sejenak.

"Apa?" Ujarku yang masih menatapnya.

"Kakak lo udah ngehamilin gue, dan dia bunuh diri karena gak mau tanggung jawab." Bagai ditikam belati tajam, pernyataan Rechel sungguh membuatku syok.

Jadi selama ini Kak Ardan meninggal bukan karena masalah di rumah dan di kantor, melainkan dia ngehamilin Rechel. Oh astaga kenyataan apa ini.

"Woi lo mau ngapain Gisel?" Ujar seseorang yang berada cukup dekat di antara kita berdua.

"Radit?" Ujar Rechel, aku semakin bingung apakah Radit mengenal cewek gila ini.

"Lo ngapain Cabe, awas ya lo ganggu Gisel." Omel Radit, tapi Rechel nampak semakin marah.

"Sampai ketemu lagi Sel." Ujarnya berbisik lalu tersenyum sinis, ia pergi tanpa memperdulikan omelan Radit.

"Sel, lo nggak diapa-apain kan sama si Cabe?" Ujar Radit, sambil menatapku khawatir.

"Gue gak apa kok, santai aja kali." Radit bernapas lega.

"Lo kenal sama dia?" Ujarku, Radit hanya mengangguk.

SAGI ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang