Vote dulu ya sebelum baca, jangan kaget
.
.
.
.
.
.
Happy reading1 Tahun kemudian
Sudah satu tahun lamanya aku masih melakukan self injury, dimana setelah kepergian Gisel waktu itu membuat hatiku perih seketika. Hanya rasa penyesalan yang selalu menghantuiku.
Waktu di rumah Sakit kala itu, aku melihatnya tak berdaya banyak sekali darah yang ia keluarkan. Mama dan Papanya kala itu juga merasakan kesedihan melihat anaknya yang terbaring lemah tak berdaya.
Dan satu fakta yang aku tau ternyata Adam adalah anak kandung dari Wulan ibu tirinya, tapi ia tak memerdulikan semua itu. Dan lagi Ayahnya juga sudah minta maaf waktu itu kepada dirinya tapi ia masih belum bisa memaafkan apa yang sudah di perbuat oleh Ayahnya.
Aku mengusap batu nisan itu seperti mengusap rambutnya, aku tak kuasa manahan ini semua. Perihal kepergiannya mengingatkanku pada Mama, semesta memang tak menginginkan aku bahagia semua yang aku rasakan hanya semu. Dan aku hanya bisa mengingat kenangan yang aku buat bersamanya.
Air mataku luruh ketika mengingat tentang siaran radio yang kala itu, perpisahan memang tak dapat di pungkiri tapi percayalah perpisahan itu sungguh menyesakkan, dimana ada kepedihan tanpa bahagia yang menyelimuti.
Ini semua hanya tentang waktu yang Tuhan berikan kepada setiap umatnya, dan mungkin Tuhan sayang kepada Gisel.
"Sel, maafin gue ya, waktu itu gue nggak bisa nyelametin lo." Ujarku sambil mengusap batu nisan.
"Gue tau, gue nggak pantes buat lo yang baik. Gue hanya orang lemah yang melihat gadisnya terluka tanpa berbuat apa-apa." Ujarku lirih.
"Kalau lo ketemu sama Mama gue disana gue titip pesan ya, jaga diri baik-baik." Gue bakalan selalu ngunjungin lo setiap hari.
"Sat ayo balik." Ujar seseorang di belakangnya.
"Bentar Dit." Radit mengangguk
"Sel gue pamit dulu ya, sampai ketemu di kehidupan yang selanjutnya dengan cerita indah yang entah kapan akan terjadi." Aku mengusap air mataku, dan beranjak dari tempatku lalu pergi di ikutin Radit.
"Sat udahlah, jangan sedih terus masih ada orang yang sayang sama lo kok." Ujar Radit sambil mengusap pundakku.
"Dit makasih ya, lo udah jadi sahabat terbaik gue. Walaupun gue sering potong gaji lo gara-gara lo nggak becus kerjanya, tapi lo nggak dendam sekali lagi makasih." Ujarku lalu tersenyum tipis.
"Sama-sama, apapun yang terjadi kedepannya kita berdua harus ngelawan nggak boleh lemah lagi oke." Aku hanya mengangguk membenarkan perkataan Radit.
Menurutku ceritaku dengannya terdengar sangat klasik tapi yang perlu kalian tau, hal terindah yang selalu aku banggakan adalah ketika dulu aku bisa bersamanya tapi percayalah suatu saat aku bakalan bisa bertemu dengannya. Tuhan sangat baik mengabulkan permintaan umatnya yang terkedang terdengar sedikit konyol, tapi Tuhan maha adil.
Teruntuk Anandita Gisela Prananta, sampai jumpa, semoga tenang disana. Aku akan selalu mengingatmu waluapun rindu tak bisa di obati tanpa pertemuan.
***
End
Hai gimana udah end nih, maaf ya kalau semisal nggak sesuai sama apa yang kalian harapin.
Ini adalah ending yang udah aku pikirin secara matang-matang, dan berhari-hari aku mikirin ending yang pas tapi ini cukup sih buat aku
Jadi sekian dari cerita Sagi sampai ketemu di cerita-ceritaku selanjutnya ya see you teman-teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGI ✔ [SELESAI]
Подростковая литератураPertemuan Satria dan Gisel terdengar sangat absurd, berawal dari toko buku yang sering Gisel kunjungi ia di pertemukan dengan sosok Satria yang terlihat gembira ketika bertemu dengannya. Gadis itu sempat kesal dengan tingkah laki-laki yang baru bebe...