4

50 15 14
                                    

Vote dulu ya sebelum baca
Dan kalau ada typo langsung tandain aja oke
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading




Satria pov

Langkah kakiku menyusuri setiap rak buku yang terdapat di toko ini, dan ini adalah kali pertama aku menginjakkan kakiku di toko buku. Sebelumnya aku nggak pernah ke tempat seperti ini.

Dan ternyata banyak sekali buku-buku menakjubkan yang ada di tempat ini. Tanganku menggapai satu buku yang menurutku cukup menarik. Untungnya, di tempat ini ada tempat khusus untuk membaca. Aku mencari tempat duduk yang berada di pojok ruangan.

Ternyata tempat ini sungguh menenangkan, bukan seperti rumah yang suasananya udah kayak neraka. Mungkin aku harus ke sini setiap hari, untuk menghilangkan rasa penat akibat masalah-masalah yang selalu menimpahku.

Tanganku membolak-balikan setiap halaman, sampai tak terasa sudah lebih dari 15 menit aku menghabiskan waktuku. Padahal ada banyak sekali tugas yang harus aku selesaikan.

Suara ribut dari luar membuatku melangkahkan kaki, untuk melihat sedang terjadi apa di luar sana. Ternyata di sana terdapat dua cewek yang sedang berargumen.

Senyumku mengembang ketika melihat gadis cantik, yang menurutku sangat manis. Aku penasaran dengan nama gadis itu, aku terus mengamati setiap gerak-gerik mereka berdua. Sesekali aku memfoto gadis itu, dan memberikan kepada asistenku untuk mencari tau siapa gadis manis yang sedang bersama temannya itu.

Suara notifikasi dari ponselku, membuatku mau tak mau mangalihkan fokusku dari objek yang dari tadi aku amati. Aku tersenyum melihat sederet informasi yang di berikan oleh asistenku.

"Oh, jadi nama dia Gisel." Gumamku pelan, sambil menyunggingkan senyum bahagia.

Pandanganku mengedar ke segalah penjuru, ternyata gadis itu sudah pergi. Buru-buru aku keluar dari toko ini, semoga gadis itu masih ada di sekitar sini.

Mataku menelusuri setiap sudut depan toko, dan aku menemukannya. Entah dari mana keberanian ini muncul aku langsung menyapanya. Bodoh amat dikira kanal sok kenal yang penting bisa deket, pikirku.

"GISEL!!" Seruku, langkah kaki gadis itu berhenti dan menoleh ke arahku. senyumku mengembang, hatiku berdegup sangat kencang.

Aku berjalan menghampirinya, dan gadis bernama Gisel ini menampilkan ekspresi kebingungan. Tapi bagiku dia sangat menggemaskan.

"Lo, Gisel kan?" Tanyaku, dan dia mengangguk.

Dan dengan percaya dirinya, aku mengajaknya berkenalan. "Ah iya, nama gue Satria. Lebih tepatnya Satria Ardan Husein, lo bisa manggil gue sesuka hati lo."

Aku tau pasti dia kebingungan, dilihat dari ekspresi wajahnya sudah pasti dia meneliti pakaianku dan mungkin dia merasa aneh dengan keadaan ini.

"Emang masnya ini kenal saya dari mana? Kok bisa tau nama saya Gisel?" Aku suka sekali ketika melihat ekspresi penasarannya seperti ini.

"Nggak penting gue tau dari mana, yang penting gue bisa deket sama lo." Jawabanku membuatnya bergidik ngeri, apa aku terlihat seperti psikopat? kenapa sepertinya dia takut denganku.

Aku lihat teman yang ada di sebelahnya sedang membicarakan tentang aku mungkin, dari tatapan mata temannya jelas sekali dia mengagumiku.

"Gue denger, nggak usah bisik-bisik." Dia melihat ke arahku, dan sepertinya dia buru-buru untuk pergi.

"Gue permisi dulu." Sepertinya dia berusaha menghindar.

Bahkan teriakan temannya yang sungguh memekahkan telinga ini, tak menghalanginya untuk berjalan dengan langkah lebar dan memberhentikan taksi.

"Nama gue Dita, lo bisa anterin gue pulang?"

Drama macam apalagi ini, padahal niatku tadi mau mengajak pulang Gisel. Sekalian aku bisa kenal lebih dekat sama dia, tapi apesnya malah nganterin temannya pulang. Nggak apalah sekalian tanya-tanya tentang Gisel, sapa tau temannya yang bernama Dita ini bisa membantu mencari tau info dari gadis bernama Gisel tadi.

"Lo, temen deketnya Gisel?"

"Hooh, lebih tepatnya sahabat dari kecil." Keberuntungan macam apa ini, sesuai prediksi dia bakalan tau semua tentang Gisel.

"Lo, tertarik sama Gisel?" Tanya gadis beranama Dita ini, aku mengangguk membenarkan pertanyaan dari Dita. Tapi, entahlah aku benar-benar tertarik atau nggak sama gadis bernama Gisel itu.

"Lo, tau semua tentang Gisel?" Dita mengangguk, senyumku mengembang kala Dita memberikan informasi tentang apa yang Gisel suka dan apa yang Gisel tidak suka. Informasi ini sama persis dengan yang di kasih sama asistenku, tapi aku masih belum yakin sepenuhnya.

***

Setelah mengantar Dita, aku buru-buru ke rumah Gisel. Dengan membawa bingkisan, yang mungkin Gisel akan suka. Tak membutuhkan waktu lama, aku sudah sampai di depan rumah Gisel.

Aku melihat sekeliling komplek tempat rumah Gisel berada, ternyata pemandangannya sangat asri bahkan rumah Giselpun nampak sederhana, tapi masih menampilkan kesan elegan dari model rumahnya.

Aku membuka pintu mobil dan setelah itu menutupnya, lalu aku merapikan hoodie yang aku kenakan. Langkah kakiku berhenti, ketika melihat Gisel yang baru turun dari taksi. Senyumku mengembang, tak kala jantungku juga berdegup dengan sangat kencang.

Sepertinya dia juga kaget, melihat diriku berdiri di depan rumahnya.

"Lo, kenapa disini?" Tanyanya tanpa basa-basi.

"Gue nunggu lo pulang, dan gue cuman mau kasih ini buat lo." Kataku, sambil menyerahkan bingkisan yang aku bawa.

Kelihatan dari tatapan matanya ia sungguh senang, tapi itu tak berlangsung lama sampai kata yang membuatku menahan tawa itu muncul dari mulut Gisel.

"Lo kenapa ngasih ini ke gue, jangan bilang ini sogokan. Kalau iya ambil lagi," aku menampilkan senyum licik, mungkin ia berfikir bahwa aku ini psikopat.

"Kok tau sih." Aku menggodanya, tapi mungkin dia berfikir bahwa aku ini adalah laki-laki gila yang agresif untuk mendekatinya.

"Udah ini gue balikin, dan sekarang lo pulang gak usah muncul di hadapan gue lagi." Segitu kejamnya dia mengusirku, aku benar-benar menahan emosi untuk sekarang ini. Ia meninggalkanku.

"GISEL, GUE SUKA SAMA LO!!" Aku berteriak dengan tak tau malu, mungkin saja selepas ini aku bakal digebukin warga komplek. Tapi gadis bernama Gisel ini benar-benar tak menghiraukanku, aku jadi semakin penasaran.

***

Aku pulang dengan keadaan kacau selepas penolakan tadi, sungguh sangat memalukan sekali. Seorang bernama Satria di tolak secara mentah-mentah oleh gadis bernama Gisel, harga diriku seperti terinjak-injak tapi aku suka dia aneh mungkin.

Langkah kakiku menuju ruang makan, mungkin saja disana ada makanan yang bisa aku makan untuk meredahkan moodku yang hancur berantakan. Hening selalu saja seperti ini, rasanya aku ingin cepat-cepat mati kalau tinggal di rumah sebesar ini tanpa ada penghuni yang bernama keluarga.

Rasa sesak setiap kali aku melihat foto kedua orang tuaku, rasa ingin membenci mereka kadang sangat besar. Sampai-sampai aku harus melakukan hal-hal yang selalu melukai diriku bahkan jiwaku ikut tersayat-sayat oleh piluhnya kehidupan yang tak seindah bayanganku.

Ketika sampai di ruang makan, ternyata tak ada sama sekali makanan. Aku buru-buru mengganti pakaianku, mengambil kunci motor dan keluar untuk mencari makanan.

***



TBC

Hai para pembaca gimana sama part ini kalian suka nggak atau membosankan?

Oh iya jangan lupa vote yak sama coment karena vote sama coment dari kalian tuh bikin aku semangat nulis hehe

See you di next chapter selanjutnya

SAGI ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang