Vote dulu ya sebelum baca
.
.
.
.
.
.
Happy readingSudah 3 bulan lamanya aku menunggunya, tapi tak sekalipun aku mendengar kalau ia kembali. Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke toko buku hanya sekedar menenangkan pikiran, akibat tugas kuliah yang terus saja berdatangan.
Langkah kakiku memasuki toko buku itu, para karyawan juga menyapaku dengan hangat terutama Sasa karyawan yang cukup mengenalku.
"Pagi Mbak Gisel." Sapanya ramah.
"Eh Sasa, pagi juga." Ujarku tersenyum.
"Udah lama ya nggak ketemu." Ujarku Sasa mengangguk.
"Iya mbak, Mbak Gisel kemana aja kok jarang banget datang ke toko."
"Gak kemana-kemana kok, cuman lagi banyak tugas aja sih." Ujarku sambil menggaruk tengkukku, yang tak gatal.
"Owh gitu toh, mau Sasa temenin cari buku?"
"Nggak usah Sa makasih, aku kesana dulu ya." Sasa mengangguk dan tersenyum kepadaku.
Langkah Kakiku menyusuri setiap rak buku yang menjulang tinggi. Mataku mencari sesuatu yang bisa membuatku tertarik, dan akhirnya aku menemukan sebuah buku tentang Psikologi. Tapi buku itu ada di rak bagian atas, tanganku tak bisa menggapai buku itu sekalipun aku berjinjit. Tiba-tiba ada tangan yang sepertinya ingin mengambil buku itu dan betapa terkejutnya aku ketika mengetahui siapa orang itu.
"Satria." Ujarku kaget.
"Hai Sel, lama nggak ketemu." Ujarnya dengan datar, tapi setelah aku perhatikan dia masih sama menggunakan hoodie hitam dan tatapannya semakin sendu.
"Lo kemana aja selama ini?" Ujarku sambil mengalihkan tatapan mataku kearah lain.
"Gue nggak kemana-kemana." Aku melotot menatapnya, masih tidak percaya dengan perkataan Satria yang kelewat santai.
"Lo udah pergi selama 3 bulan dan tanpa kabar."
"Lo kangen ya." Sifatnya kembali lagi, dia menggodaku. Aku jengah dengan tingkahnya.
"Apaan sih lo, nggak ya." Ujarku lalu meninggalkannya begitu saja.
"Sel tungguin gue." Aku berhenti secara tiba-tiba, lalu menghadapnya.
Mata kami memandang satu sama lain, sorot mata Satria banyak sekali menyimpan sebuah rahasia yang selama ini ia tutup-tutupi.
"Lo mau apa?" Tanyaku, pandangannya ia alihkan ke arah lain.
"Bisa bicara sebentar?" Tanyanya meminta persetujuan, aku mengangguk lalu kami berdua mencari tempat duduk di sudut ruangan baca.
"Sel." Ia memanggil namaku dengan sangat pelan, aku menatap manik matanya sekali lagi.
"Maafin gue ya." Aku menatapnya bingung, untuk apa Satria meminta maaf pikirku.
"Buat?"
"Karena..." ujarnya sedikit memberi jeda, lalu bernafas.
"Karena gue, nggak ngasih kabar sama sekali." Aku tersenyum mengejek ke arahnya.
"Cuman itu doang?" Ujarku tak percaya akan pikiran Satria.
"Bukan itu aja, tapi masih banyak hal lagi yang harus gue omongin." Jelasnya
"Oh iya, lo udah liat video itu?" Aku mengangguk, dan tersenyum kepadanya.
"Gue udah maafin lo Sat, jangan takut gue marah karena bagi gue lo itu seperti malaikat pelindung kayak Kak Ardan." Ujarku dengan Tulus.
"Serius." Tanya Satria dengan senyum yang mengembang.
"Biasa aja kali, nggak usah hebo gitu malu diliat orang." Ujarku sinis.
"Tuh kan, sifat lo masih sama jutek kapan berubahnya coba." Aku melotot ketika mendengar penuturan yang keluar dari mulutnya.
"Sekali lagi lo bilang gue jutek, gue gak bakal ya maafin lo." Ujarku penuh emosi
"Eh eh iya, jangan marah dong." Aku hanya diam, tak menanggapi omongannya.
"Sel, gue mau cerita, boleh." Aku menatapnya, lalu mengangguk.
"Hmm bukan disini tempatnya, gue nggak mau ada yang denger kisah menyedihkan tentang Satria Ardan Husein." Ujarnya penuh dengan kesedihan.
"Terus dimana?" Tanyaku bingung.
"Ikut gue, dan jangan banyak tanya sebelum kita sampai ketempat dimana gue mau cerita berbagai hal sama lo."
"Tapi Sat, gue masih mau disini dan lagi gue masih mau baca buku." Ujarku, bukan aku menolak tapi aku masih ingin menenangkan diri.
"Sel please, sekali ini aja lo nurut sama gue. Kisah yang bakal gue ceritain bakalan buat lo terhanyut sampai lo nggak bisa berkata-kata lagi." Aku menatapnya bingung sekaligus heran, apa yang dimaksud kisah cerita yang dia bilang.
"Maksud lo apa sih, gue gak paham." Satria menghela napas.
"Lo bakal tau maksud gue, kalau lo mau ikut gue." Aku pasrah dengan keadaan seperti ini, entah apa tujuan Satria.
Langkah kakiku keluar dari toko buku dengan Satria yang menggandeng tanganku, suasana ini membuatku tak nyaman sama sekali. Dimana orang-orang memandangku dengan tatapan yang beraneka ragam membuatku malu seketika.
Untuk pertama kalinya aku berpikir tentang kisah yang di maksud Satria adalah kisah hidupnya entah itu menyenangkan atau tidak aku tak mau menebak yang aku pikirkan sekarang adalah semoga hatiku kuat mendengarkan kisahnya.
***
TBC
Hai para pembaca gimana sama part ini? ada yang kangen sama Satria? Hmm kira-kira Satria mau cerita apa ya, penasaran nggak?
Kalau penasaran nantikan kejutan di chapter selanjutnya.
Tapi siapin hati dulu ya jangan baper oke
Jangan lupa coment sebanyak-banyaknya
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGI ✔ [SELESAI]
Teen FictionPertemuan Satria dan Gisel terdengar sangat absurd, berawal dari toko buku yang sering Gisel kunjungi ia di pertemukan dengan sosok Satria yang terlihat gembira ketika bertemu dengannya. Gadis itu sempat kesal dengan tingkah laki-laki yang baru bebe...