Vote dulu gaes sebelum baca
.
.
.
.
.
.
Happy readingSatria pov
Sudah 2 bulan lamanya aku meninggalkan Kota Bogor, hari itu dimana aku meninggalkan rumah dan berpamitan kepada Bi Asri, aku pergi ke Surabaya ingin menenangkan Diri tentang pertengkaran dengan kedua orang paruh baya itu. Padahal aku tidak punya niat pergi ke sana.
Tapi waktu itu hatiku juga hancur akibat penolakan yang entah sengaja dibuat atau tidak oleh Gisel, perasaan kalut yang berakibat aku meninggalkan Kota Bogor.
Ponselku berdering ternyata panggilan itu dari Radit.
Halo Sat
Kenapa?
Lo jadi pergi?
Heem
Singkat amat bang
Dit gue minta tolong ya
Minta tolong apa?
Jagain Gisel, selama gue pergi kalau semisal ada yang ganggu dia lo kasih pelajaran aja buat orang itu.
Siap pak bos
Oke kalau gitu, makasih ya
Oh iya satu lagi kalau Gisel tanya tentang gue, lo bilang gue baik-baik aja intinya jangan bilang gue ke surabaya.
Iya-iya, lo di sana jaga diri baik-baik jangan bunuh diri, kalau sampe lo nyakitin diri sendiri gue bakar lo.
Iya elah bawel banget dah.
Aku segera mematikan ponsel, aku memandang wajah Gisel yang ceria, senyuman Gisel mampu membuat hatiku bergetar. Tiba-tiba satu pesan masuk aku segera mengecek, mataku memicing ketika membaca apa yang di tulis oleh sang pengirim.
Gue pastiin lo bakal sengsara, biar kita impas
"Apa ini semua ada hubungannya sama Gisel?" Batinku kalut.
Aku segera menelphone orang itu tapi tak di angkat sama sekali, pikiranku kalut. Apa tujuan orang itu sebenarnya, oh astaga aku sangat mengkhawatirkan Gisel disana.
Aku berdiri dari dudukku, dan melihat ke arah jendela pemandangan Kota Surabaya sangat indah, sempat terbesit di pikiranku. Aku ingin sekali mengajaknya kesini hanya sekedar menikmati Kota Surabaya, dimana Mamaku pernah tinggal.
Disini aku hanya tinggal sendiri tanpa ada yang menemani tapi rasanya berat sekali mengingat Bi Asri disana sendirian, dan Gisel yang dalam bahaya.
Aku tidak habis pikir dengan orang itu, Rechel mantan yang dulu aku sayang dan cintai itu malah menghianatiku menghempaskan semua rasa cinta dan sayang itu menjadi muak ketika tau soal dia dan Kakak Gisel di masa lalu, sebenarnya aku sudah memaafkan perihal Rechel tapi dia malah membuat kesalahan fatal berulang kali. Aku kira dulu dia akan berubah tapi nyatanya dia sangat licik, untuk urusan uang dan menarik ulur perasaan.
Mataku beralih ke arah foto Mama, betapa cantik wanita itu. Tapi Ayah malah selingkuh, dengan wanita lain yang sekarang menjadi ibu tiriku. Mengingat itu semua membuatku sakit aku menahannya selama 18 tahun, tapi tak ada perubahan sama sekali dari sikap Ayahku.
Aku melangkahkan kakiku ke arah ranjang dan merebahkan diriku sejenak, hari ini aku hanya ingin beristirahat tanpa memikirkan apapun terlebih dahulu.
***
Ponselku berdering, aku segera bangun dari tidurku untuk melihat siapa yang mengangguku.
Halo
Lo siapa
Aku melihat ke layar ponsel ternyata disana tertera nomor yang tidak aku kenal, orang di seberang sana tertawa.
Masa lo nggak inget sama gue?
Buat apa gue inget,
sama lo orang gila.Haha, lo kali yang gila
Brengsek, kalau ngomong langsung ke intinya jangan bertele-tele seolah lo kayak orang bodoh
Santai aja kali nggak usah ngegas
Kalau nggak ada yang mau di omongin gue tutup.
Yaelah sabar napa, gue cuman mau ngasih tau sebentar lagi lo bakal ngerasain sengsarah kayak gue.
Tunggu aja waktunya
Sambungan telephone tiba-tiba terputus begitu saja, padahal hari ini Satria tidak ingin merasakan lagi yang namanya sengsarah dalam hidupnya ia ingin damai tapi seolah-olah semesta tak menginginkan hal bahagia itu terjadi denganku.
Aku beranjak dari tempat tidur lalu mengambil pisau lipat di laci nakas. Lagi-lagi aku membuat sayatan yang begitu perih tapi tak sebanding dengan rasa sakit yang di torehkan selama belasan tahun.
Aku memejamkan kedua mataku, menikmati rasa sakit yang terus saja berangsur hingga ceceran darah mengalir di lantai.
Aku hanya menunggu waktu, kurang satu bulan lagi aku harus kembali ke Bogor untuk memastikan ke adaan Gisel baik-baik saja, dan aku harap semoga ia suka dengan kado yang aku beri kepadanya. Bukan sepertiku yang setiap hari menahan rasa sakit.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGI ✔ [SELESAI]
Teen FictionPertemuan Satria dan Gisel terdengar sangat absurd, berawal dari toko buku yang sering Gisel kunjungi ia di pertemukan dengan sosok Satria yang terlihat gembira ketika bertemu dengannya. Gadis itu sempat kesal dengan tingkah laki-laki yang baru bebe...