Vote dulu ya sebelum baca
.
.
.
.
.
.
Happy readingAku sudah mencari Gisel kemana-mana dan aku juga meminta bantuan Radit untuk mencari Gisel. Pikiranku kacau semua ini salahku yang tak menghiraukan teriakan Gisel.
Aku menepikan mobilku, untuk istirahat sejenak. Dering ponselku berbunyi aku segera mengangkatnya.
Halo Sat, lo dimana?
Gue lagi di pinggir jalan deket taman kota.
Oke gue kesana sekarang.
Sambungan terputus, aku mengusap wajahku frustasi. Harus mencari kemana lagi, kenapa mereka berdua seolah mempermainkanku.
Ketukan dari luar membuatku menoleh, ternyata itu Radit dia bersama dengan Dita. Aku segera membuka pintu mobil.
"Kenapa dia ikut bahaya." Ujarku sambil menunjuk Dita.
"Gue mau bantu cari Gisel juga, gimanapun dia tetep sahabat gue." Ujar Dita, aku menghela napas sejenak.
"Tapi ini bahaya Dita!" Ujarku mempringatinya.
"Gue gak peduli, yang penting gisel selamat." Ujar Dita kekeh, dengan pendiriannya.
"Lo tau siapa yang nyulik Gisel." Dita mengangguk mantap.
"Oke sekarang kita cari dia, sampai ketemu."
"Tapi Sat, lo nggak mungkin nyari Gisel sendirian liat keadaan lo sekarang gak mungkin nyetir mobil sendiri." Ujar Radit.
"Terus lo maunya, gue gimana?" Tanyaku sambil menahan emosi.
"Lo satu mobil sama kita aja, biar gue yang nyetir." Ujar Radit memberi solusi.
Kita bertiga langsung mencari Gisel, berbagai tempat sudah kami kunjungi tapi tak ada hasil yang kami dapat, sampai waktu menunjukkan jam 8 malam Gisel masih tak di temukan.
Suara notifikasi dari ponselku berbunyi aku langsung membukanya, siapa tau ada hal penting menyangkut Gisel.
Gue kasih lo teka-teki, tapi kalau semisal lo nggak bisa jawab Gisel bakal menderita.
Bangsat mau lo apa sih
Mau gue cuman Satu lo menderita, kayak gue.
Oke gue kasih teka teki, tempatnya berdebu banyak sekali permainan disana, tapi sayangnya tempat itu hanya di pakai untuk tempat pembuangan.
Selamat menebak Satria Ardan Husein
"Siapa Sat?" Tanya Radit, aku menoleh.
"Orang itu." Ujarku menahan emosi.
"Dia bilang apa?"
"Dia ngasih teka-teki ke gue." Radit mengernyitkan dahinya.
"Gila itu orang ya, masih aja suka main teka-teki." Ujar Radit memukul stir mobil.
"Terus teka-tekinya apa?" Ujar Dita, Satria langsung menoleh.
"Tempatnya berdebu banyak sekali permainan disana, tapi sayangnya tempat itu hanya di pakai untuk tempat pembuangan."
"Mungkin yang di maksud adalah taman bermain, yang udah gak di pakai." Ujar Dita, spontan.
Aku dan Radit langsung mengangguk dan Radit langsung menuju ketempat itu, dimana lokasinya cukup jauh dari tempat yang kita kunjungi.
Sedari tadi pikiranku gelisa, perasaanku nggak enak seperti ada yang hilang. Aku menoleh ke arah Dita.
"Dit lo udah telphone mamanya Gisel?" Dita mengangguk
"Iya tadi gue udah telphone, sekarang anak buah papanya juga ikutan nyari." Ujar Dita dengan sedih.
Aku tau Dita adalah salah satu teman yang paling dekat dengan Gisel, walaupun begitu usaha Dita dalam mencari Gisel cukup di acungi jempol. Ia masih peduli dengan temannya tanpa pernah tau bahaya akan terus mengikutinya.
"Dit gue tau lo sayang banget sama Gisel, secara lo sahabat dari kecilnya. Lo yang sabar ya." Ujarku kepada Dita yang sudah menangis sesenggukan.
Walaupun disini aku juga merasa kehilangan tapi aku harus tetap optimis, dan berpikur bahwa Gisel akan segera ditemukan
Mobil berhenti di area taman bermain yang sudah tak berfungsi lagi, dan sekarang tempat ini menjadi tempat pembuangan sampah.
"Lo yakin disini?" Tanyaku ragu.
"Di cek aja dulu, kalau bener ya syukur kalau nggak ya kita cari ketempat lain." Kita bertiga turun dari mobil.
Bau busuk menyengat di sekitar tamann bermain ini, tempatnya sunyi hanya disinari lampu dengan pencahayaan minim.
Langkah kakiku berusaha mencari jejak Gisel, sampai upaya berpencar sudah kita lakukan tapi nihil Gisel tak ada di tempat ini.
Suara ponselku berbunyi lagi, apakah dari orang itu pikirku, aku langsung membukannya ternyata benar.
Gimana udah ketemu?
Seru nggak main sama gue haha
Lo jawab sekarang dimana Gisel!
Kan tadi gue udah bilang
Hmm ternyata otak lo cetek banget ya,
Oke gue kasih clue lagi
Udah cepetan nggak usah banyak omong.
Oke, tempatnya menyeramkan bagi anak-anak, dan terlalu banyak siksaan sampai menjadi tempat pembuangan.
"Sat gimana?" Aku menoleh ke arah Radit, yang sepertinya sudah lelah mencari Gisel.
"Gue tau tempatnya dimana, kali ini nggak bakalan salah lagi." Kita bertiga langsung berlari ke arah mobil.
Aku hanya berharap semoga kali ini tidak salah lagi.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGI ✔ [SELESAI]
Teen FictionPertemuan Satria dan Gisel terdengar sangat absurd, berawal dari toko buku yang sering Gisel kunjungi ia di pertemukan dengan sosok Satria yang terlihat gembira ketika bertemu dengannya. Gadis itu sempat kesal dengan tingkah laki-laki yang baru bebe...