35

17 9 1
                                    

Vote dulu ya sebelum baca
.
.
.
.
.
.
Happy reading


















Pikiranku di hantui dengan percakapanku dengan Satria kemarin, aku masih syok kala mengetahui bahwa Rechel adalah mantan Satria.

"Sel, kok ngelamun?" Aku langsung menoleh ke arah Dita.

"Hmm, nggak kenapa-kenapa kok Dit." Ujarku sambil tersenyum sangat tipis.

"Kalau ada apa-apa cerita ya, jangan dipendem sendiri." Aku mengangguk

Tiba-tiba terdengar notifikasi dari ponselku, aku langsung mengambilnya di balik saku hoodieku. Lagi-lagi nomor tidak ku kenal pasti wanita gila itu pikirku, aku langsung membuka pesannya.

Gue ada kejutan buat lo, sekarang lo cari di bagian rak buku ke 3 tentang cerita dongeng anak-anak.

Aku langsung beranjak dari dudukku, Dita yang melihatku merasa bingung.

"Sel lo mau kemana?"

"Bentar gue mau ke toilet tunggu sini ya." Dita langsung mengangguk begitu saja, dan aku langsung berjalan ke arah rak buku ke 3 dimana terdapat cerita dongeng anak-anak.

Mataku mencari di setiap rak bagian tiga, tatapan mataku terfokus dengan surat berwarna merah berada di bagian sela-sela buku. Aku segera mengambilnya dan membukanya.

Gimana kabarnya? Udah tau satu fakta atau masih nebak-nebak? Hmm, tapi Sel karena gue nggak suka lo deket sama cowok itu. Gue bakal bikin cowok itu menderita masih ingetkan janji gue dulu.

D.A.S

"Ya Tuhan, semoga Satria baik-baik saja." Batinku

Aku segera melipat kertas itu kembali dan memasukkan kedalam saku hoodieku, dan meninggalkan rak bagian tiga lalu menghampiri Dita.

"Dit pulang yuk." Ajakku

"Lo lama banget sih Sel, balik-balik ngajak pulang." Ujar Dita kesal.

"Ya maap kalau lama, ayolah pulang." Dengan terpaksa Dita beranjak dari duduknya.

"Yaudah ayo."

Langkah kaki mereka berdua keluar dari toko dan aku segera memesan taksi online.

"Udah belum pesen taksinya?" Tanya Dita.

"Udah tinggal nunggu aja." Ujarku, masih sibuk mengotak-atik ponsel.

"Hai Sel." Aku menoleh ke arah orang yang menyapaku barusan, begitupun Dita.

"Loh Kak Adam, lama nggak ketemu kak." Adam tersenyum tipis.

"Loh ada Dita juga toh." Dita hanya menoleh sekilas ke arah Adam, dan langsung menoleh ke arah lain.

"Dit lo kenapa sih?" Tanyaku sambil berbisik, aku sempat heran dengan sikap Dita.

"Gpp." Ujarnya singkat.

"Ini kalian mau pulang?" Aku langsung menoleh ke arah Kak Adam, dan mengangguk.

"Kalau gitu bareng aku aja." Aku meminta pendapat dari Dita tapi dia tak setujuh, padahal Kak Adam adalah saudaranya sendiri.

"Hmm nggak usah deh Kak, lagian kasian supir taksinya kalau di cancel." Adam mengangguk paham dan matanya melihat ke arah Dita, aku mengamati gerak-gerik yang mencurigakan.

"Dit lo pulang bareng gue ya." Dengan sepontan Dita langsung menolak dengan keras.

"Nggak, gue bareng sama Gisel soalnya masih ada tugas yang belum selesai." Aku menangkap dari pembicaraan Dita terkesan seperti menyembunyikan sesuatu.

"Owh oke, kalau gitu gue duluan." Kita berdua mengangguk.

Setelah ke pergian Kak Adam, aku langsung menoleh ke arah Dita. Dan Dita sudah mengeluarkan keringat dingin.

"Dit lo nggak papa kan." Tanyaku khawatir.

"Gue baik-baik aja." Ujarnya berusaha tersenyum.

Tak butuh waktu lama, taksi yang aku pesan tiba tepat di depan kita aku langsung mengejak Dita masuk kedalam mobil.

"Lo yakin nggak papa Dit?" Aku menoleh ke arah Dita, yang duduk dengan gelisah.

"Iya Sel, gue nggak papa sekarang lo anterin gue ke rumah ya." Gisel mengangguk.

Di setiap perjalanan hanya ada keheningan, bukan seperti biasanya Dita selalu mengisi kehengingan ini dengan candaan yang tidak menarik, tapi sekarang Dita malah diam saja dan duduk sambil menatap keluar jendela.

***

TBC







SAGI ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang