33

16 8 2
                                    

Vote dulu ya sebelum baca tapi aku ingetin kalau baca part ini siapin hati dulu wkwk, udah gitu aja.
.
.
.
.
.
.
Happy reading











































Mata Gisel menatap ke arah sekitar, tempat ini. Danau yang Gisel pernah kunjungi dengan Satria waktu itu, mata Gisel berbinar Gisel rindu dengan suasana danau ini.

"Udah ngagumin pemandangan disini." Gisel menoleh ke arah Satria dan mengangguk.

"Duduk di situ yuk." Ujar Satria dan Gisel hanya mengikutinya di belakang.

"Hmm Sat, lo mau cerita tentang apa?" Ujarku Satria menunduk dan menghela napas.

"Gue masih nggak yakin, kalau mau cerita hal ini ke lo." Gisel segera menatap Satria.

"Sat, kalau lo nggak yakin nggak usah ceritain sekarang, dan satu hal yang perlu lo tau, gue siap kok dengerin cerita lo kapanpun kalau lo udah siap buat cerita." Ujar Gisel lalu tersenyum, yang membuat hati Satria tenang.

"Tapi Sel, gue mau cerita sekarang gue udah nggak mau nundah-nundah lagi." Ujar Satria sambil menatap ke arah manik mata Gisel.

"Kalau lo udah siap cerita sekarang, yaudah cerita, gue siap ngedengerin semua, tentang cerita lo." Ujar Gisel

"Lo harus siapin hati lo dulu ya, jangan nangis kalau semisal lo nangis dengerin cerita gue, gue bakal berhenti cerita." Gisel mengangguk, dan Satria memulai cerita.

18 tahun yang lalu

"Mama jangan tinggalin Satria." Ujar seorang anak kecil yang masih berusia 5 tahun, ia menangis sesenggukan di atas tanah gundukan.

"Satria, jangan menangisi wanita murahan itu." Yah anak laki-laki itu bernama Satrai, lebih tepatnya Satria Ardan Husein. Satria menatap laki-laki di hadapannya dengan penuh kebencian.

"Ayah puas, liat Mama meninggal?" Ujarnya dengan nada penuh kebencian.

"Satria kamu kan sudah punya Bunda, jadi nggak usah mikirin wanita itu lagi." Satria menatap sinis ke arah wanita yang berada di sebelah ayahnya.

"Bunda? Satria cuman punya Mama bukan bunda yang suka ngerebut milik orang lain." Satu tamparan mendarat di pipinya, hingga darah segar keluar dari sudut bibirnya

"Jaga bicara kamu." Ujar Reza Ayah Satria.

"Ayah kalau mau tampar Satria lagi nggak apa kok, emang kenyataannya begitu." Reza hendak mengangkat tangannya tapi ditahan oleh Wulan istrinya.

"Satria, kita pulang ya." Ujar Wulan dengan sabar.

Satria tak mendengarkan perintah dari Wulan, Reza yang melihat tingkah anaknya segerah menyeret Satria dan menyuruhnya untuk masuk.

Satria sempat memberontak, tapi apa daya waktu itu Satria masih umur 5 tahun. Kekuatannya masih sangat lemah.

"Jangan membantah perintah Ayah." Ujar Reza penuh dengan amarah.

Dan hari itu berlalu, Satria melewati semua harinya dengan penuh kekangan bahkan penyiksaan dari Ayahnya membuat mentalnya rusak. Bahkan saat Satria menginjak usia remaja, Satria masih mendapat perilaku kejam dari Ayahnya.

"Kamu ini malu-malu in Ayah aja, kalau di sekolah jangan buat ulah." Tamparan keras mendarat di pipi Satria.

Satria hanya bisa diam, ia tak mau mengeluarkan suara.

SAGI ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang