08 [Kesal]

2K 204 15
                                    

"N-namjoon?"

Seokjin begitu terkejut saat melihat orang yang masuk ke ruang rapat adalah Namjoon. Seokjin membulatkan matanya, begitu pula dengan Namjoon yang refleks menatapnya tajam hingga senyumannya luntur.

Namjoon masih mematung disana, menatap Seokjin yang juga menatapnya tak percaya. Namun kemudian Namjoon tersadar, ia segera masuk dan mempersilahkan Seokjin untuk duduk kembali.

"Silahkan dimulai." Pinta Namjoon.

Seokjin segera menyalakan monitor, mencari materi presentasinya dan mulai menjelaskan. Namjoon memperhatikan dengan seksama, seolah ia tak mengenal Seokjin.

"Apakah ada yang ditanyakan?" Seokjin sudah selesai presentasi. Namjoon membuka suara untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti.

"Aku melihat struktur tanah disana tidak stabil. Mudah bergeser bahkan membelah. Aku ingin mengetahui bagaimana kau mengatasi hal-hal itu?" Tanyanya.

Seokjin telah menduga hal ini akan ditanyakan. Beruntung ia sudah menyiapkan jawabannya.

"Kami telah merancang alat penghambat gempa bumi dibawah pondasi dan beton. Alat itu akan berfungsi mencegah bangunan bergeser akibat gesekan lempeng bumi. Alat ini telah diuji di Jepang, dengan beberapa kali uji coba dan hasilnya efektif mengurangi kerusakan." Jawab Seokjin dengan percaya diri seraya memberikan sebuah gambar alat yang dimaksud di layar proyektor. Sekretaris Namjoon mencatat hasil diskusi mereka. Rapat kali ini pun selesai.

~~~

Seokjin berjalan bersama beberapa karyawannya. Mereka tersenyum senang karena clien mereka puas dengan jasa yang mereka tawarkan. Mereka yakin, proyek ini akan berjalan dengan lancar.

Seokjin beserta manajer dan sekretarisnya menunggu pintu lift membuka. Sembari bercengkrama asyik tentang rencana mereka selanjutnya. Tak menunggu lama, pintu lift terbuka. Menampilkan beberapa orang yang keluar dari sana. Dua karyawan Seokjin pun masuk.

Kemunculan seseorang dari dalam lift mengalihkan fokus Seokjin. Ia tak jadi masuk kedalam lift melainkan menatap namja itu. Namja berjas hitam itu melirik Seokjin sekilas dan berlalu begitu saja.

"Chankamman." Pinta Seokjin. Namja bernama Namjoon berhenti. Seokjin berbalik menatap punggung Namjoon. Namjoon pun berbalik menatap Seokjin yang masih mematung. Namjoon tiba-tiba mengulas senyum, membuat debar-debar dalam dada Seokjin meringan.

"Lama tidak bertemu, Seokjin-ssi."

Seokjin membungkuk memberi hormat. Namjoon pun membalasnya dengan sukarela.

"Jungkook, b-bagaimana kabarnya?" Tanya Seokjin terbata. Entah keberanian dari mana ia bisa mengeluarkan tanya itu. Dalam hati Seokjin penasaran.

"Bukankah kurang sopan membicarakan hal pribadi di kantor? Aku tunggu di Cafe M&R nanti sore." Ucap Namjoon lalu melenggang begitu saja.

~~~

Seokjin sudah menunggu Namjoon di sebuah bangku Cafe. Netranya mengedar mencari sosok pria yang memintanya datang kesini. Belum nampak juga.

Tak lama terlihat dari pintu kaca, Namjoon masuk menghampirinya. Seketika perasaan gugup itu semakin membuncah tatkala Namjoon menyapanya dengan ramah lalu duduk didepannya.

Mereka berbasa-basi sebentar. Namun keadaan masih sama, belum mencair walau mereka memutuskan untuk bercerita hal yang tak penting.

Hingga lidah Seokjin gatal ingin mengungkapkan maksudnya. Ia beranikan diri untuk berucap.

"Kau salah paham, Joon." Ucap Seokjin yang membuat Namjoon melunturkan senyum.

"Meski aku pernah dekat dengannya, aku tak akan sampai sejauh itu." Seokjin masuk ke inti pertanyaannya. Namjoon menajamkan matanya menatap Seokjin. Seketika senyum kecil dan decakan keluar dari bibir Namjoon.

Shadow (I'm Living On) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang