Shadow (I'm Living On)

Semuanya Terungkap

Tidak ada yang lebih berharga dibanding keluarga. Harta manapun tak akan bisa menggantikan keutuhan sebuah keluarga. Jika harus memilih, antara hartamu atau keluargamu? Jawabannya susah pasti keluarga.

Namun tidak dengan ibuku. Wanita terhebatku yang selalu aku bangga-banggakan, yang selalu aku junjung tinggi dan ku hormati mati-matian, ternyata seorang pecinta harta. Tak dapat ku sangka, pemikiran ibuku jauh dari sikap baiknya selama ini.

Saat aku kehilangan seorang ayah, saat itulah masa-masa terberatku. Orang yang paling aku sayangi, lelaki yang selalu menjadi tulang punggung kami, pemimpin keluarga kami yang selalu aku jadikan panutan, telah pergi meninggalkan kami dalam sekejap mata. Saat itulah arti sebuah keluarga menjadi sangat berharga dimataku. Tidak ada harta lain yang lebih berharga selain keluarga.

Ibuku syok dan depresi. Dia selalu mengurung diri di kamar. Aku menjadi bingung. Kami berdua tak pernah berbincang lagi semenjak kematian ayah.

Namun saat ayah Namjoon datang ke kehidupan kami, semuanya berubah. Ibumu kembali lagi. Ia menjadi pribadi yang terbuka dan selalu menceritakan ayah Namjoon padaku. Semua sisi baik ayah Namjoon, ibuku katakan. Namun tidak dengan anaknya.

Ayah Namjoon memiliki anak tunggal yang cacat. Ibuku menceritakan semua tentangnya. Tak ada yang baik, semua yang melekat di diri Jungkook adalah hal yang buruk. Dia cacat, tidak bisa bicara dengan benar, otaknya pendek, penyakitan, dan yang paling membuatku semakin hanyut dalam rayuan ibuku untuk membencinya adalah Jungkook bukan anak kandung ayah Namjoon.

Anak haram. Ya. Yang terpikir dalam otakku saat itu Jungkook hanyalah anak haram yang menumpang di rumah besar Kim dan menjadi pusat masalah.

Ibuku akhirnya menikah dengan ayah Namjoon. Kehidupanku disana sungguh berbeda begitupula dengan ibuku. Meskipun ibuku sudah mendapat harta waris dari ayah, tapi di keluarga Kim ini, ibuku mendapat lebih banyak dari yang ayahku berikan semasa hidup. Ibuku juga sering diajak keluar negeri dan pulang dengan membawa oleh-oleh berupa barang eksklusif untuk kami berdua. Tentu aku senang hidup seperti ini. Kami pun hidup sejahtera bersama keluarga baru.

Tetapi tidak dengan sesosok anak kecil yang begitu polos. Aku kira Jungkook itu memang anak yang bodoh, nyatanya dia lebih dari apa yang aku pikirkan. Jungkook sangat sangat bodoh, mau maunya diabaikan di rumah keluarganya sendiri. Setiap ia bertanya atau tersenyum pada ayah tiriku, ayah Namjoon tak pernah sekalipun menoleh. Aku merasa iba, namun pikiran yang mengarah ke kondisi dimana Jungkook merupakan anak pembuat masalah pun terus mengekor hingga aku pun ikut membencinya.

Aku benci Jungkook. Dengan keadaan yang buruk, cacat dan gagap, aku malu memiliki adik sepertinya. Bagaimana jika teman-temanku tahu? Aku pun berusaha menutupinya.

Berbulan-bulan aku hidup dengan keluarga Kim. Kini sudah dua tahun lamanya aku disini. Selama dua tahun ini aku mendapat banyak perhatian dari ayah tiriku. Dia adalah laki-laki baik yang bisa menuruti semua kemauanku. Aku meminta mobil sebagai hadiah ulang tahunku, dia malah memberi bonus berupa saham anak perusahaan. Aku menginginkan sekolah di Amerika pun dia akan kabulkan. Namun, jauh dari lubuk hatiku yang terdalam, aku hanya menginginkan satu. Memiliki teman baik yang mampu menghiburku bukan hanya menumpang kepopuleran semata. Dan itu ada pada Jungkook.

Saat ku tersadar, Jungkook merupakan anak yang baik dan polos. Tidak ada yang mampu aku benci darinya lagi sesaat setelah aku mengenalnya lebih dekat. Dia mengingatkanku akan kehidupan yang sederhana, hanya menjalaninya dengan rasa terima. Jungkook yang aku kenal tak banyak menuntut. Ia anak polos yang tahunya hanya komik dan lukisan.

Hidupku menjadi berwarna setelah mengenal dia. Namun justru teman-temanku mulai berbalik membenciku. Aku tak urus. Saat Jungkook sakit karena ulah Kai pun aku sudah tak peduli pada teman-temanku.