Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Keluarga Namjoon sudah berberes hendak berangkat ke kawasan Daegu. Namjoon dan Yuri telah siap di ruang makan, menunggu Taehyung dan Jungkook yang masih di lantai atas.
Tapakan kaki dari arah tangga terdengar menyambut Namjoon dan Yuri. Taehyung datang lebih dulu sementara Jungkook dibelakang bersama Ahn. Bawaan mereka segera diambil alih oleh supir mereka. Mereka hanya perlu sarapan bersama.
Yuri melirik Jungkook yang baru saja melepas perban kemaren. Anak itu memakai mantel tebal beserta beani rajut dengan syal yang melilit lehernya. Terlihat pucat dan nampak lesu, tapi Yuri maupun Namjoon tak urus.
Sementara Taehyung selalu memperhatikan gerak-gerik adiknya. Tidak seperti biasanya yang akan begitu aktif, Jungkook hanya diam dan makan pun tak sedap.
Selesai sarapan, mereka semua keluar rumah menuju mobil. Namjoon dan Yuri duduk bersama di bagasi belakang supir. Sementara Taehyung dan Jungkook duduk dibelakangnya lagi. Tak ada semangat yang membara atau girang kebahagiaan didiri Jungkook. Walau ini kali pertama ia merasakan dirinya ikut semobil dengan keluarganya, namun Jungkook sama sekali tak merasa senang. Ada hal lain yang tengah ia rasakan, sakit tubuhnya masih belum reda.
Berkat posisi duduk seperti ini, kecanggungan dirasakan oleh Taehyung. Jungkook masih setia menyimpan suaranya, ia fokus menatap jendela samping tubuhnya. Pantulan wajah pucatnya terlihat dari arah Taehyung, bibirnya masih terlihat putih dan wajahnya tak bersemangat sama sekali. Jika dipikir-pikir, Taehyung merasa kasihan sudah membujuk ibunya untuk mengajak Jungkook.
Melalui ekor matanya, Taehyung melirik tubuh anak disampingnya dengan ragu. Ayah dan ibunya terdengar sedap berbicara, tapi Taehyung dan Jungkook diam saja sejak tadi. Ingin rasanya Taehyung mengajak bicara Jungkook, tapi ia ragu.
Hingga Jungkook merasakan mual dalam perutnya, Taehyung menyadari itu dan langsung mengambil plastik hitam dari dalam tas kecil Jungkook yang melekat ditubuh bocah itu.
"Huek... Huek..."
"Makannya kalau tahu sering muntah, minum obat dulu!" Titah Taehyung sembari mengurut tengkuk belakang Jungkook yang tengah meluah. Jungkook tak menanggapi, ia sibuk mengeluarkan isi dalam perutnya yang ia isi dengan bubur.
Setelah dirasa telah lega, Jungkook mulai membela diri.
"K-kookie t-tadi sudah m-minum obat, kok. B-bibi Ahn y-yang menyiapkannya." Memang benar, Jungkook tadi meminum obat. Tapi bukan obat untuk mengatasi mual, melainkan obat dari rumah sakit. Taehyung sendiri baru sadar jika adiknya masih mengkonsumsi obat dokter.
"Iya iya, aku tahu. Apa kau membawanya?" Jungkook segera mengangguk cepat.
"Bagus kalau begitu." Taehyung tersenyum.
"A-apa K-kookie h-harus meminumnya l-lagi?" tanyanya polos. Taehyung membulatkan bola matanya.
"Tidak tidak! Jangan meminumnya lagi, kau kan tahu obat itu untuk tiga kali sehari. Pagi, siang dan malam." Cepat-cepat Taehyung menangkis tanya Jungkook yang membuat Jungkook mengerutkan dahi.
"K-kak Taehyung t-tahu obat K-kookie?" Tanyanya heran. Selama ini yang selalu menyiapkan obatnya adalah bibi ahn. Sedangkan kakaknya sama sekali tak tahu menahu soal dirinya.
Taehyung mendadak gelagapan. Ia tahu karena dia pernah menengok Jungkook dikamarnya dan melihat obatnya.
Belum sempat Taehyung mengatakan hal dusta untuk membela diri lagi, Jungkook lebih dulu menerka.
"A-ah... P-pasti B-bibi Ahn yang m-mengatakannya kan?"
Taehyung menghela nafas lalu mengangguk cepat. "Ya, kau benar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow (I'm Living On)
FanficAnak yang memiliki keterbelakangan mental, akankah diperlakukan dengan tidak manusiawi? Ukuran seberapa besar kasih sayang manusia bukan karena fisik maupun psikisnya. Semua anak berhak atas kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Begitupula deng...