18 [Tersesat]

1.7K 189 4
                                    

Acara peresmian pabrik baru Namjoon berjalan dengan lancar. Tidak ada kendala apapun selama acara berlangsung. Kini setelah enam jam, para tamu undangan bersiap untuk pulang kembali. Begitupun dengan si pemilik hajat yaitu Namjoon, Yuri dan Taehyung.

Mereka tengah bersiap menuju mobil mereka yang terparkir di luar area acara.

"Ayah sudah merencanakan ini jauh-jauh hari, Taehyung. Lega rasanya sudah mengumumkan itu. Apa kau senang, Taehyung-ie?" Namjoon melirik wajah Taehyung yang berjalan disampingnya. Taehyung mendongak lantas mengangguk atas pertanyaan sang ayah.

"Ghamsahabnida, ayah. Aku tidak menyangka, aku akan menjadi bagian dari perusahaan ayah secepat ini." Adunya dengan wajah datar tak berselera sama sekali. Taehyung memang tidak begitu menginginkan hal ini, ia masih remaja dan bukan hal ini yang ia inginkan sekarang.

"Mulai sekarang, bantu ayah mengembangkan perusahaan ini. Ayah yakin kau bisa, Taehyung-ie. Dan inilah yang ayah katakan waktu itu. Ini adalah hadiah yang telah ayah siapkan untuk ulang tahunmu. Sesuatu yang membuatmu bertahan hingga dewasa nanti." jelas Namjoon diakhiri kekehan yang menular ke mulut Yuri. Taehyung lagi-lagi harus membungkuk berterimakasih atas hadiah dari ayahnya yang mengejutkan.

~~~

Seokjin menginjak pedal gas dengan santai, mengemudi seorang diri di jalan sepi nan teduh ini. Menyetel musik bermelodi ringan yang membawa suasana hati menjadi tenang. Kepala Seokjin mengangguk-angguk mengikuti alunan musik kuno itu.

Tiada kendaraan lain dijalan beraspal ini. Angin terlihat meliuk-liukkan pepohonan yang membuatnya menggugurkan daun-daun. Musim gugur kali ini sangat indah, apalagi di perkampungan seperti Daegu yang jarang dijamah orang kota. Mungkin ini yang diinginkan Namjoon sahabatnya, pabrik barunya berdiri di daerah yang tak berpolusi dan itu menguntungkan baginya. Karena daerah seperti ini tidak memerlukan biaya banyak dalam segi pembuatan pabrik dan pemberian upah bagi karyawan nantinya. Pintar sekali pikir Seokjin.

Alunan musik semakin dalam memimpin gerak tak sadar di diri Seokjin. Hingga sesuatu di depan sana menghalangi pandangan.

Seokjin terkejut, segera ia memelankan laju mobilnya. Ternyata sesuatu itu adalah seseorang yang tengah meringkuk ditengah jalan sendirian. Sedang apa orang berdiam diri itu disana? Apakah tidak takut akan ada kendaraan yang melintas?

Seokjin membuka pintu mobil, berjalan pelan mendekat untuk memastikan orang itu baik-baik saja.

Tapakan kakinya semakin memelan saat ia melihat wajah mendongak penuh air mata itu. Kedua matanya membesar terkejut sebab yang ia lihat bukanlah orang asing, tapi...

"Adek?"

Seokjin berjongkok menyamakan tingginya dengan seseorang yang ia kenal, yaitu Kookie. Ia mengelus punggung anak itu pelan dan terus memperhatikannya.

"Kookie kenapa disini? Kenapa kau bisa sampai disini, nak?" Tanyanya penuh kekhawatiran. Bagaimana bisa anak sekecil Kookie yang ia temui di Seoul sekarang berada di daerah nan jauh? Seorang diri? Pun dengan pakaian yang sangat formal ini?

"Hiks... P-paman... Hiks... Hiks...."

Hanya tangisan yang Jungkook berikan sebagai jawaban. Seokjin tak tega melihat wajah anak dihadapannya penuh dengan air mata. Jungkook juga amat pucat sekarang, hingga tangan Seokjin refleks menyentuh kening remaja berusia lima belas tahun itu.

Seokjin terkejut untuk yang kedua kalinya. Badan anak ini begitu panas, apakah dia sakit?

"Hiks... K-kookie i-ingin K-kakak... Hiks..." Tangisnya menatap kedua mata Seokjin penuh permohonan.

Shadow (I'm Living On) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang