12 [Pertolongan]

2.4K 199 6
                                    

Seseorang tengah berusaha membuka pelan matanya. Setelah kesadarannya kembali, ia mengerjapkan kedua netranya dengan lembut. Untuk yang pertama kali, namja itu hanya melihat langit-langit berwarna putih. Setelah ia memfokuskan retinanya lagi, bola matanya mulai mengedar kesamping. Ada sebuah cahaya yang menyorot matanya. Menyilaukan.

"Kau sudah bangun?"

Telinganya menangkap suara seorang namja dari samping kanannya. Ia coba menoleh karena rasa penasaran. Cukup sulit untuk menggerakkan kepalanya, rasanya kaku.

"Si-siapa?" Tanyanya serak saat melihat seorang namja yang tengah menatapnya. Namja disampingnya mengembangkan senyum.

"Anyeong, aku Kim Seokjin. Kau pingsan di pinggir jalan saat aku melintas." Ucap namja itu. Remaja bernama Jungkook itu hanya mampu mengedipkan matanya lucu.

"Oh iya kita sepertinya sudah pernah bertemu. Kau masih ingat denganku?" Ucap Namja itu tersenyum. Jungkook mengangguk, ia juga merasa sepertinya paman inilah yang memberinya mantel.

Jungkook lantas merasakan sesuatu di punggung telapak tangannya. Ia mengangkatnya hingga kedua matanya melihat sebuah jarum tertancap disana.

Jungkook mulai tersadar, ini rumah sakit. Ada infus yang tersambung ke tubuhnya. Jadi dia belum sampai dirumah?

"Ko-kookie i-ingin pu-pulang..." Mohonnya pada Seokjin. Ia tak tahu sekarang jam berapa. Yang ia ingat, tadi dirinya baru pulang dari sekolah. Pasti bibi Ahn sangat mengkhawatirkannya.

"Jadi namamu Kookie?" Tanya Seokjin tenang. Jungkook mengangguk.

"Kookie, sebentar lagi ayah dan ibumu akan datang. Paman sudah menelefonnya. Mian karena telah lancang membuka ponselmu."

Jungkook teringat tadi ponselnya mati mendadak. Karena itu dirinya tak bisa memesan taksi.

"Anyeonghasimnika... Apa keluarga dari pasien sudah datang?" Dokter ruang UGD datang menghampiri. Ia mencari anggota keluarga dari Jungkook.

"Belum, dokter. Mungkin sebentar lagi." Jawab Seokjin. Dokter itu pun mengangguk dan keluar kembali. Ia akan datang lagi saat orang tua Jungkook sudah ada.

Seokjin mondar-mandir kebingungan. Dia sudah menghubungi ibu Kookie sejak dua jam yang lalu, tapi sampai sekarang belum juga datang. Apa dia harus mengubunginya lagi?

"Kookie, alamat rumah Kookie dimana?" Tanyanya agar ia dapat menjemput keluarga Jungkook. Jungkook lantas berpikir sejenak lalu menggeleng. Ia lupa dengan alamat rumahnya. Seokjin terheran. Anak remaja sebesar ini belum tahu alamat rumahnya sendiri.

Seokjin semakin bertambah bingung. Hari sudah mulai malam. Apa anak ini harus dirawat untuk menunggu orang tuanya? Tapi dokter mengatakan Kookie tak perlu dirawat inap. Dia boleh pulang setelah keluarganya datang.

"A-ayah be-belum datang?" Tanya Jungkook dengan mata yang berkaca. Seokjin tentu tak tega melihatnya. Ada apa dengan orang tuanya sehingga belum juga sampai?

"Sebentar lagi mereka pasti datang." Ucap Seokjin menenangkan. Jungkook akhirnya diam. Dia melamun membayangkan bagaimana ayah dan ibunya datang mencemaskannya. Pasti rasanya sangat membahagiakan baginya.

Tapi Jungkook sadar, ayah dan ibunya tak akan seperti itu. Jika dia hilang pun mereka tak akan mencarinya.

"Pa-paman, bi-bisakah kau me-menelepon bibiku?" Tanyanya. Seokjin mengangguk lalu mengambil ponsel Jungkook diatas nakas.

Seokjin mulai mencari nomor kontak yang bernama bibi. Beruntung hanya ada satu. Ia segera meneleponnya dan tersambung.

"Yoboseyo... Apakah benar ini nomor bibi dari Kookie?" Tanyanya ke seberang telepon.

Shadow (I'm Living On) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang