"K-kak Taehyung?"
Jungkook membulatkan matanya, menatap satu sosok yang ia kenal jelas. Tetapi sosok itu malah menatapnya tanpa rona lalu meninggalkannya begitu saja tanpa peduli apapun padanya, seperti tak mengenal sama sekali.
Jungkook menundukkan kepala, entah mengapa hatinya merasa perih setiap kali kakaknya mengabaikannya. Padahal Jungkook juga tahu, kakaknya itu selalu bersikap demikian. Kata bibi, Taehyung kakaknya memang memiliki kepribadian seperti itu. Sehingga Jungkook tidak boleh merasa sakit hati. Tetapi lama kelamaan Jungkook perlahan merasakan lara dalam hatinya. Walau bibi Ahn selalu mengatakan itu tidak apa-apa, namun Jungkook selalu merasa teriris. Ada sesuatu yang tak mengenakkan didalam sana.
"Yak kenapa masih disitu saja?! Hush Hush pergi sana!!!"
Lamunan Jungkook buyar, ia pun berlalu meninggalkan tempat itu. Kakinya melangkah melewati deretan bangku kantin dengan dilihat oleh banyak pasang mata. Mereka menatap Jungkook dari atas kebawah lalu keatas lagi dan berdecih. Jungkook hanya berjalan pelan. Ia diam saja dengan menenteng kotak bekal yang pecah berisi gimbap kotor.
"Kook!!" Mingyu berlari mendekati Jungkook. Ia merangkul bahu Jungkook dari belakang. Jungkook pun menoleh kearah Mingyu yang membawa makanan pesanannya.
"Aigoo kenapa kau pergi? Bangku kita diduduki orang lain, Kook." Ujar Mingyu lagi. Jungkook menolehkan kembali kepalanya kedepan, membelakangi Mingyu. Mingyu yang melihat perubahan sikap Jungkook pun heran. Jungkook temannya tak biasanya diam seperti ini, apalagi sampai tak menjawab pertanyaannya.
"Kook, kau tidak apa-apa?" Tanya Mingyu yang kini sudah dihadapan tubuh Jungkook. Jungkook hanya mengangguk pelan.
"Mi-mingyu-ah, k-kita makan d-di pinggir lapangan saja, ne?" Ucap Jungkook lirih dan lesu.
"O-oh..." Mingyu mengiyakan. Pandangan Mingyu tak sengaja melihat bekal yang dibawa Jungkook, matanya pun membelalak.
"Kook, kotak bekalmu, kenapa? Kenapa pecah seperti ini? Lalu, kemarikan! Gimbapnya kotor semua... Siapa yang melakukannya?" Mingyu menyambar kotak bekal kuning itu. Melihatnya tak percaya. Kekhawatirannya datang, ini pasti ulah siswa-siswa disini yang berani merendahkan Jungkook.
Jungkook menggeleng lemah. Mingyu tahu semua ini pasti ulah anak-anak nakal.
"Yasudah, aku pesankan makanan dulu ne?"
"T-tidak perlu. A-aku sudah t-tidak i-ingin makan."
"Bagaimana kalau makan tteokboki bersama?" Mingyu menyodorkan semangkuk tteokboki kepada Jungkook. Jungkook lagi-lagi menggeleng lesu.
"Kalau begitu, kita ke kelas saja. Aku juga tidak ingin makan."
Mingyu dan Jungkook pun ke kelas. Membawa makanan mereka masing-masing tetapi mereka letakkan dilaci meja. Mereka memutuskan tidak akan makan untuk istirahat hari ini.
***
Di kamar mewah nan luas, seorang remaja menelungkupkan tubuhnya diatas kasur. Ponselnya ia tegakkan diatas bantal dengan gambar dua orang laki-laki dan perempuan.
Taehyung tengah melakukan video call. Di layar ponselnya terpampang nyata wajah ayah dan ibunya. Taehyung beberapa kali tersenyum dan tertawa karena membalas kata ayah dan ibunya. Mereka bertiga terlihat sangat senang dan harmonis.
"Ayah, Ibu, ulangan harian fisikaku minggu ini berjalan lancar. Aku bahkan mendapat nilai sembilan puluh delapan, nilai tertinggi di sekolah." Ucap Taehyung bangga membuat kedua orangtuanya disana pun tersenyum senang.
"Syukurlah, anakku.. Ibu yakin kau pasti bisa. Anak ibu kan yang paling pintar. Benar tidak, ayah?"
"Kau benar, sayang. Taehyung kita yang paling pintar. Jika ibunya saja pintar sekali, bagaimana dengan anaknya, Taehyung? Ayah percaya padamu, nak. Terus kembangkan prestasimu dan banggakan kami disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow (I'm Living On)
FanfictionAnak yang memiliki keterbelakangan mental, akankah diperlakukan dengan tidak manusiawi? Ukuran seberapa besar kasih sayang manusia bukan karena fisik maupun psikisnya. Semua anak berhak atas kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Begitupula deng...