36 [Kelewat Batas]

2.1K 216 14
                                    

Double Up 😘😘😘

Biar pernah hihihi 😄😄😄

Happy Reading... 💖💖💖

Borahae... 💜💜💜


 

 





Taehyung sudah sembuh dari luka lebamnya. Ia sudah kembali berangkat sekolah seperti biasa. Mengikuti kelas tambahan dan beberapa percobaan tes nasional, juga tes praktek akhir. Ia sudah akan lulus dari SHS tahun ini.

Sedangkan Jungkook masih belum mampu untuk berjalan normal. Tubuhnya bukan semakin membaik malah semakin lemah. Tak tahu apa yang tengah terjadi, namun Jungkook merasakan dirinya semakin sakit. Mungkin akibat pukulan di pungggung seminggu yang lalu.

Dokter menyarankan agar Jungkook tetap dirawat inap di rumah sakit. Tetapi anak itu menolak keras. Ia tak mau berlama-lama disana. Ia hanya ingin berdiam diri di rumah dengan begitu ia akan terus melihat ayahnya berlalu lalang.

Ya, Jungkook rindu sosok sang ayah. Sejak ia lahir ke dunia ini, sedikitpun dirinya tak pernah merasakan kasih sayang tulus dari Namjoon. Ia sudah besar, sudah bisa berpikir tentang kehidupan. Banyak anak remaja di luaran sana yang sangat beruntung karena memiliki seorang ayah yang penyayang. Tidak seperti dirinya yang tak tahu bagaimana rasanya pelukan seorang ayah juga ibu.

Perlahan, kaki Jungkook menapak ke karpet bulu kamarnya. Berjalan tertatih menuju sebuah ruang kecil di sudut kamar. Memutar kuncinya, seketika terbuka apa yang telah ia tinggalkan beberapa minggu ini.

Ia berjalan masuk, menuju sebuah kursi yang berhadapan dengan sebuah kanvas yang masih putih bersih. Ia duduk disana, meraih kuas besar lalu mencelupkannya pada cat dasar. Ia ingin melukis. Merindukan ayah dan ibunya membuat dirinya ingin berkhayal dalam lukisan.

Jungkook mengusap kuas itu penuh pengkhayatan. Hingga tak lama kemudian, lukisan itu setengah jadi. Bibirnya tersenyum gembira melihat tiga orang didalam lukisannya yang terlihat saling merangkul. Wajah dirinya dan ayahnya nampak jelas, namun tidak dengan sosok wanita disamping mereka.

"K-kookie t-tidak t-tahu s-seperti apa w-wajah ibu. J-jadi K-kookie t-tidak akan melukisnya. B-biar m-menjadi k-kejutan s-saat K-kookie m-menemuimu nanti." Jungkook benar-benar meninggalkan wajah wanita disana. Ia fokus pada lekuk indah paras Namjoon yang tersenyum memandangnya.

"A-ayah s-sangat tampan j-jika tersenyum. K-kookie suka." Ucapnya lirih. Ia tidak tersenyum, namun menunduk sedih. Jungkook tidak tahu apakah ayahnya bisa tersenyum padanya seperti yang ia lukis.

"Aakkhh...." Jungkook merunduk merasakan sakit di punggungnya. Kuas ditangan terjatuh dengan segera. Kedua tangannya mengcengkeram tepian kanvas. Menyalurkan rasa sakit yang datang tiba-tiba.

Jungkook mencoba berdiri saat rasa sakit itu menghilang. Ia tidak boleh ada di ruangan ini yang sudah dilarang Namjoon. Ia harus keluar dan tertidur di kasurnya. Ia tidak mau ayahnya marah lagi. Ia ingin menjadi anak yang penurut.

"Aarrggghhh...." Jungkook terjatuh tepat di ambang pintu. Menggigit bibirnya agar ia tak menjerit. Kakinya mendadak gemetar tak kuat berdiri lagi. Punggungnya semakin terasa sakit menyiksa.

Air mata luruh tanpa diminta. Sudah sejak ia pulang dari rumah sakit, sakit itu tetap hilang dan timbul. Ingin mengadu pada sang ayah, namun tak akan bisa terwujud. Menengok saja tidak, Jungkook tak pernah melihat ayahnya datang ke kamar.

Shadow (I'm Living On) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang