Penyesalan Seorang Ayah

2.7K 201 34
                                    

Denting jarum jam menjadi satu-satunya suara yang terdengar di ruang ini. Seorang namja berusia matang masih tetap mematung di tepi ranjang. Pandangannya kosong lebih terlihat melamun. Mata sembabnya memerah dengan kantung yang membengkak besar. Bibir tebal yang sedikit terbuka dengan warna merah muda serupa dengan hidungnya yang bengkak.

Tak ada orang lain yang berani masuk menemaninya. Semuanya akan pergi menjauh kala namja itu mengamuk hebat tak mau diganggu. Mengunci diri di kamar besar penuh lukisan dengan wangi strawberry kesukaan yang tersayang.

Sayup-sayup telinganya mendengar perbincangan didepan pintu. Dua namja yang sibuk dengan urusan yang tak penting dirumah ini.

"Semuanya sudah selesai, hyung. Tinggal menunggu Namjoon hyung keluar maka mereka akan berangkat."

"Gomawo, Yoongi. Kau turun saja temani Taehyung, aku yang akan membujuk Namjoon."

Selepas itu, tak ada suara lagi selain ketukan pintu dan permohonan Seokjin untuk dibukakan pintu.

"Namjoon-ah, buka pintunya. Kau harus segera keluar untuk menemui Jungkook." Serunya.

Namjoon tak bergeming sedikitpun. Lamunannya tak bisa dialihkan dengan suara Seokjin.

"Namjoon-ah, semuanya sudah bersiap. Hanya kau yang belum terlihat." Serunya lagi.

Namjoon masih tetap sama. Menghiraukan suara diluar sana.

"Namjoon-ah, Jungkook menunggumu. Keluarlah, temui dia sekali saja." Pintanya lagi.

"Tidak ada kesempatan lain selain hari ini. Tidak akan ada pertemuan lain selain saat ini. Jika kau tak menemuinya sekarang, maka selamanya kau tak akan dapat melihatnya lagi. Mau keluar atau tidak, aku tetap menyegerakannya." Ancaman Seokjin benar-benar manjur. Namjoon yang begitu kacau kini bangkit dari duduknya. Berjalan pelan ke ambang pintu lalu memutar mata kuncinya.

Seokjin dapat melihat kekacauan yang terjadi pada sahabatnya itu. Surai hitam yang tak disisir, kemeja putih dibalut jas hitam dengan garis putih tiga melingkar di lengan kirinya yang terlihat kusut seolah sudah lama ia memakainya. Wajah yang lembab karena air mata yang mengering. Seokjin tak sanggup melihat penderitaan Namjoon yang teramat dalam.

"Kajja, kita berangkat."

Seokjin menggandeng lengan Namjoon untuk menuruni anak tangga dengan hati-hati. Kondisi Namjoon yang masih lemas akibat syok yang ia alami kemarin membuat tubuhnya limbung sana-sini. Apalagi gejolak hatinya yang masih terluka, Seokjin takut Namjoon akan kembali mengamuk hebat.

Sampai di anak tangga ketiga dari bawah, detak jantung Namjoon menjadi cepat. Dadanya kembali sesak dan air mata kembali turun. Ia melihat semuanya dibawah sana. Beberapa tamu berpakaian serba hitam yang sebagian besar adalah sanak saudaranya ditambah teman sekoleganya tengah berdiri di sana. Satu fokus yang mengembalikan ingatannya di hari kemarin. Peti mati berwarna cokelat tergeletak ditengah ruangan.

"T-tidak!!! T-tidak!!! T-tidaakk!!! Pergi kalian!!! Kenapa semuanya berkumpul disini?!! Aku tidak mengundang kalian ke rumahku! Mau apa kalian hah?!" Namjoon berontak, ia berlari ke tengah kerumunan lalu mengusir mereka yang datang.

"Namjoon!!! Tenanglah!! Kau tidak boleh seperti ini!" Seokjin mencoba menenangkan Namjoon dengan memegang kedua tangannya. Yoongi ikut mendekat untuk membantu Seokjin menenangkan Namjoon.

"Biarkan aku mengusir mereka, Jin! Mereka tidak sepatutnya berada disini! Mereka membuatku muak! Tidak ada yang meninggal tapi mereka datang dengan pakaian serba hitam! Aku tidak terima ini! Aku tidak terima!!!" Namjoon berteriak keras hingga Taehyung menangis ketakutan. Mingyu yang bersamanya segera mengelus punggung Taehyung untuk menenangkan.

Shadow (I'm Living On) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang