Termenung, kini yang tengah dilakukan Namjoon di rooftop gedung perusahaannya. Berdiri tegap, memasukkan kedua tangannya ke saku mantelnya seraya menatap lalu lalang kendaraan dibawah sana yang nampak berkelap-kelip. Menghela nafas panjang hingga menyemburkan asap dingin dari kedua lubang hidungnya.
Teringat akan amanah Jisoo membuat hatinya gundah. Sejak awal ia memang tak mau merawat Jungkook bagaimana pun keadaannya. Namun Jisoo justru menitipkan anak itu padanya di detik terakhirnya dengan terus mengatakan bahwa Jungkook adalah anaknya. Memang bodoh, Namjoon tak pernah percaya jika Jungkook adalah anaknya sendiri. Ia yakin, Jungkook adalah buah dari perselingkuhan Jisoo dengan Seokjin. Tidak mungkin Jungkook anaknya karena ia tak merasa melakukan hal itu diwaktu dekat.
Namun sekarang ia mulai bimbang. Seokjin menantangnya untuk melakukan tes DNA. Itu artinya Seokjin benar-benar yakin bahwa Jungkook bukanlah anaknya. Pikiran Namjoon menjadi bingung dan tak menentu. Akankah ia menerima tawaran itu?
Tetapi Namjoon tak bisa menerimanya. Hatinya telah hancur saat ia tahu Jisoo menghianatinya. Ia tak ingin masa lalu itu kembali terasa karena bekasnya saja masih tersisa di dada. Namjoon tak kuasa untuk mengingat kehidupan percintaannya yang harus kandas di waktu yang singkat dan itu karena sahabatnya sendiri.
~~~
Mingyu masih setia duduk menunduk di kursi koridor rumah sakit. Menanti pintu disamping kirinya terbuka dan menampilkan seorang dokter dari dalam sana. Ia sangat takut terjadi sesuatu pada Jungkook. Ini adalah yang kedua kalinya Mingyu menemukan Jungkook pingsan. Hal itu mengingatkannya akan kejadian pembullyan tempo hari di sekolah.
Puk
Sebuah tangan menepuk pelan bahu merosot Mingyu. Kepala bocah itu sontak mendongak cepat, bernafas lega saat seseorang yang ia nanti telah datang.
"Bagaimana keadaan temanmu?" Tanya namja sipit itu seraya memposisikan duduk disamping Mingyu. Mingyu menggeleng tak tahu, wajahnya terlihat mencemaskan Jungkook.
Namja itu menghela nafas, mengelus bahu sempit Mingyu seraya terus menatap maniknya yang memandang kebawah.
"Paman Yoongi, aku sangat takut terjadi sesuatu padanya. Keluarganya tidak bisa ku hubungi, sampai sekarang pun dokter belum keluar dari dalam." Adu Mingyu pada namja yang ternyata Yoongi.
"Apa yang terjadi padanya?"
"Dia pingsan di rumahku, paman. Aku tidak tahu kenapa. Tiba-tiba saja saat aku masuk ke kamar, dia sudah pingsan di lantai. Badannya sangat panas sekali." jelas Mingyu penuh ketakutan, suaranya bahkan bergetar.
Ceklek
Dokter berseragam putih keluar dari pintu UGD. Mingyu dan Yoongi segera menghampiri untuk menanyakan keadaan Jungkook.
"Dokter, bagaimana keadaannya?" Mingyu segera. Dokter itu tersenyum kecil sebelum memulai mengatakannya.
"Apa kalian keluarganya?" Tanya dokter itu seraya menatap bergantian Mingyu dan Yoongi.
"Ne, kami keluarganya." Jawab Yoongi cepat. Mingyu mengangguk menyetujui.
"Puji syukur, pasien baik-baik saja. Dia hanya kelelahan." Mingyu nampak menghela nafas lega, mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Yoongi mengelus punggung Mingyu, ikut merasa senang akan kondisi teman Mingyu.
"Tapi, apakah sebelumnya dia sering mengalami hal itu?"
Mingyu mengerutkan dahi bingung, hal apa yang ditanyakan oleh dokter.
"Aku menduga pasien memiliki riwayat penyakit saraf. Saat kami mengeceknya, ada sel yang tidak normal di dalam otaknya. Apakah dia menimbulkan gejala aneh sebelum pingsan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow (I'm Living On)
FanfictionAnak yang memiliki keterbelakangan mental, akankah diperlakukan dengan tidak manusiawi? Ukuran seberapa besar kasih sayang manusia bukan karena fisik maupun psikisnya. Semua anak berhak atas kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Begitupula deng...